Karena Rasuullah SAW. pun bersabda, “Khotibunnaas „ala Qodri „Uquulihim” yang artinya “berbicaralah kalian menurut kadar
kemampuan mereka ”.
Maka dengan demikian sebagai seorang da‟i harus mengetahui dan menyesuaikan diri dengan kondisi mad‟u yang dihadapi. Karena
dengan demikian audiencepun akan mudah memahami pesan dakwah yang kita sampaikan. Sehingga pesan dakwah yang kita sampaikanpun
akan sampai kepada audience.
2 Taysiirul Lugah Bahasa yang mudah.
Memang sudah menjadi syarat mutlak, dalam penyampian pesan dakwah harus dengan bahasa yang mudah dan ringan agar
mudah dipahami dan diterima dengan baik oleh mad‟u.
Menurut ustadz wijayanto dalam berdakwah haruslah dengan bahasa yang ringan yang mudah dimengerti oleh audience agar pesan
dakwah yang disampaikan mengena dihati audience.
6
Maka menurut hemat penulis pendapat ustadz Wijayanto tersebut sesuai berdasarkan teori dakwah yang telah dibahas pada bab
sebelumnya mengenai unsur pesan rekreatif dalam perspektif dakwah yaitu Qaulan Maysuran perkataan yang ringan.
Karena dalam penjelasannya Qaulan Maysuran atau kata maisuran merupakan perkataan yang mudah diterima, ringan, pantas
dan tidak berbelit-belit. Dalam artian pesan yang disampaikan itu
6
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ustadz Wijayanto
sederhana, mudah dimengerti dan dipahami tanpa memerlukan pemikiran yang mendalam.
Ungkapan qaulan maisuran terdapat dalam surah al- Isra‟ ayat
28:
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang
pantas[851]”.Q.S. Al-Isra‟: 28
Dan hal tersebutpun juga sesuai dengan teori komunikasi yang telah dibahas pada bab sebelumnya mengenai unsur pesan rekreatif
dalam perspektif komunikasi yaitu pembahasan tentang menghindari rangkaian gagasan yang sulit.
3 Billisaani Qaumihim sesuai dengan bahasa kaumnya.
Agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audience. Tentu kitapun harus menyesuaikan dengan keadaan
audience itu sendiri. Menurut Ustadz Wijayanto ketika berdakwah kita harus pandai
membaca psikologi audience sehingga kita mampu menggunakan bahasa yang tepat dan sesuai dengan keadaan audience masing-
masing. Sebagai contoh: jika kita berdakwah di daerah yang mayoritas
penduduknya suku sunda maka minimal paling tidak kita menyapa
audience dengan bahasa sunda. Guna untuk menselaraskan diri kita dengan keberadaan audience. Karena dengan demikian audience
merasa diakui dan dihormati keberadaaanya. Sehingga audiencepun merasa senang, dan kitapun akan mudah menyampaikan pesan
dakwah terhadapnya. Atau dengan contoh lain: jika audience yang kita hadapi anak-
anak tentu kita harus menggunakan bahasa yang sering digunakan dan disenangi oleh anak-anak. Jika audience kita ibu-ibu tentu kita harus
mengerti bagaimana bahasa yang disenangi oleh kaum ibu-ibu, dst.
b. Basysyiru Wa laa Tunaffiruu Gembirakan jangan ditakuti
Dalam proses penyampaian pesan rekreatif dalam dakwah, menurut Ustadz Wijayanto ada beberapa hal yang harus diketahui dan dipahami oleh
seorang da‟i. Beliau menjelaskan beberapa hal, yang kemudian penulis klasifikasikan sebagai berikut:
1 Seorang Da’i Harus Cerdas dalam Mengorganisasikan Pesan
Rekreatif
Dalam melakukan dakwah rekreatif seorang Da‟i harus cerdas dalam mengorganisasikan pesan rekreatif yang akan disampaikan.
Atau dituntut bagaimana kemampuan seorang da‟i dalam mengolah pesan sehingga menghasilkan sebuah humor atau unsur pesan
rekreatif. Dan tentunya harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat.
Sebagai contoh menurut hasil pengamatan penulis, disini terdapat beberapa langkah-langkah Ustadz Wijayanto dalam
mengorganisasikan pesan rekreatif
7
, diantaranya: a
Menyesuaikan humor dengan topik pembicaraan. b
Menghubungkan dengan kejadian lucu yang aktual.
c Menyampaikan humor yang diambil dari kisah-kisah atau
cerita lucu, dan biasanya yang dijadikan sebagai contoh, beliau ambil dari pengalaman pribadi. Tetapi didalamnya tentu
terdapat pesan-pesan dakwah yang bisa kita ambil hikmahnya. 2
Seorang Da’i Harus Memahami Karakteristik Rekreatif dalam Dakwah
Menurut Ustadz Wijayanto, ada banyak cara untuk membuat orang lain terhibur dengan dakwah yang kita sampaikan. Ada yang
menghiburnya dengan cara melalui gerakan tubuh, mimik, dsb. sehingga audience merasa gembira dan tertawa dengan apa yang kita
sampaikan.
8
Tetapi menurutnya untuk menghibur seseorang dalam dakwah itu, adalah bagaimana kita mampu menyajikan humor dalam dakwah
cukup melalui pesan yang kita sampaikan, tetapi didalamnya terdapat pesan dakwah yang dapat membangun
seseorang. Karena seorang da‟i
7
Hasil Observasi Pribadi pada saat beliau menjadi narasumber dalam program “Cerita Hati Spesial Ramdhan
” Kompas TV” episode 6 pada tanggal, 23 Juni 2015.
8
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ustadz Wijayanto
yang baik adalah mereka yang mampu menyisipkan pesan-pesan dakwah kedalam humor yang disampaikan. Karena rasa humor juga
dapat di gunakan untuk menciptakan suasana yang serius menjadi santai. Sehingga yang kita berikan kepada audience tidak hanya
sebatas lelucon atau guyonan belaka saja.
9
Dan sebenarnya yang menjadi tolak ukur jama‟ah atau mad‟u
terhibur dari dakwah yang kita sampaikan itu, tidak hanya sebatas orang tertawa saja. Tetapi dengan penyampaian pesan yang baik,
dengan penuh hikmah, dengan penuh lemah lembut, dsb. sehingga pesan yang kita sampaikanpun membuat auidence merasa
mendapatkan ketenangan dan pemahaman yang baru tentang agama. Maka itupun termasuk dalam kategori rekreatif dalam dakwah.
10
Maka berdasarkan hal tersebut, menurut Ustadz Wijayanto dalam proses penyampaian pesan rekreatif seorang da‟i pun harus
betul-betul memahami apa saja yang menjadi karakteristik rekreatif dalam dakwah. Sebagaiamana yang telah beliau jelaskan berikut:
sebuah pesan dapat dikategorikan sebagai pesan rekreatif jika pesan tersebut: pertama, memiliki unsur kelemah lembutan bahasanya yang
santun. Kedua, bahasanya ringan sehingga mudah dipahami. Ketiga, “Taasur fil qolbi” atau dalam artian pesan yang disampaikan harus
berkesan dihati. Dan indikatornya adalah orang merasa gembira dan tenang setelah mendengarkan pesan dakwah yang kita sampaikan.
9
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ustadz Wijayanto
10
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ustadz Wijayanto
3 Seorang Da’i Harus Memahami Batasan-batasan Rekreatif yang
Menjadi Prinsip dalam Dakwah.
Segala sesuatu tentu memiliki batasan masing-masing. Karena sesuatu yang berlebihan akan menimbulkan dampak yang kurang
baik. Begitu pula sama halnya dengan penyampaian pesan rekreatif dalam dakwah. Tentu juga harus memiliki batasan-batasan yang harus
dipahami. Karena menurut Ustadz Wijayanto, dalam proses penyampaian
pesan rekreatif atau penyampaian humor ketika berdakwah, seorang Da‟i tidak hanya pandai membuat orang lain tertawa, terhibur, dsb.
Tetapi seorang da‟i juga harus memahami dan memperhatikan yang
telah menjadi batasan-batasan pesan rekreatif dan menjadi prinsip dalam dakwah. Paling tidak ada dua hal prinsip mendasar yang harus
diketahui dan dipahami oleh seorang da‟i
11
, diantaranya: 1
Dalam penyampaian pesan rekreatif atau memberikan humor, seoran
g da‟i tidak boleh menghina atau merendahkan orang lain. Kecuali, “al‟alim bir ridho” atau sudah ada kesepakatan
sebelumnya yang satu sama lain saling ridho, menerima, dan tidak saling menyakitkan hati. Lihat riwayat sahabat Nabi yang
jenaka yang bernama N u‟aiman bin Amr al-Anshari.
2 Dalam penyampaian pesan rekreatif juga, seorang da‟i tidak
boleh memberikan humor yang berkaitan dengan sex. Karena
11
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ustadz Wijayanto
mungkin hal ini merupakan sesuatu yang sangat mudah sekali untuk membuat orang lain tertawa atau merasa terhibur.
Namun hal demikian tidaklah dapat mengindahkan siapapun untuk disampaikan kepada khalayak, terlebih oleh seorang
da‟i. Karena hal tersebut dapat merusak esensi atau nilai-nilai daripada dakwah itu sendiri.
B. Penerapan Dakwah Rekreatif Ustadz Wijayanto
Setelah mengetahui tentang hal-hal yang terdapat didalam dakwah rekreatif, sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
Pada pembahasan kali ini, terdapat beberapa contoh-contoh pesan rekreatif yang Ustadz Wijayanto terapkan dalam dakwahnya, pada tayangan episode
ke- 6 dalam program “Ceria Hati Spesial Ramadhan” Kompas TV. Yang
kemudian penulis klasifikasikan berdasarkan garis besar outline dalam berpidatoceramah, yang pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:
pengantar, isi, dan penutup. 1
Bagian Pengantar Pembuka 1
Diawal pembukaan, Ustadz Wijayanto menarik perhatian audience dengan candaan humor bersama bapak H. Qomar.
Karena ketika itu yang menjadi bintang tamu adalah Bapak H. Qomar beliau adalah seorang pelawak fenomenal dan
sekaligus seorang anggota DPR periode 2004-2009 dan 2009-
20014 untuk daerah pemilihan Jawa Barat VIII. Dengan contoh sebagai berikut:
“Untung saya peduli orang kecil bu”. sambil berdiri disamping bapak H.Qomar dan merangkulkan tangannya ke
pundak beliau.
12
“Kalo saya dipanggil ganteng, kalo dia dipanggil aki-aki saja sambil menunjuk bapak H. Qomar.
13
” Pada humor tersebut menunjukkan bahwa Ustadz
Wijayanto membuat kelucuan yang diarahkan pada bintang tamu, walaupun ditunjukkan secara main-main bercanda.
Dan hal tersebut sesuai dengan teori organisasi pesan rekreatif, tentang urutan bermotif dari Alan H. Monroe, yang termasuk
pada tahap perhatian. Karena dalam tahap perhatian ini, dijelaskan bahwa
seorang da‟i menghubungkan pembicaraan dengan kejadian lucu yang aktual yang diarahkan kepada pembawa acara atau
siapa saja. Dalam hal ini seorang da‟i cerdas dalam membaca
situasi dan memanfaatkan keadaan untuk dijadikan sebagai bahan humor. Dan pada humor diatas terlihat bahwa, Ustadz
Wijayanto mengarahkan humornya kepada seorang bintang tamu bapak H. Qomar yang ditunjukkan secara becanda atau
main-main.
12
Hasil Observasi Pribadi pada saat beliau menjadi narasumber dalam program “Cerita Hati Spesial Ramdhan
” Kompas TV” episode 6 pada tanggal, 23 Juni 2015.
13
Hasil Observasi Pribadi pada saat beliau menjadi narasumber dalam program “Cerita Hati Spesial Ramdhan
” Kompas TV” episode 6 pada tanggal, 23 Juni 2015.
Tetapi walaupun candaan Ustadz Wijayanto tersebut dilakukan dengan main-main. Sebagaimana yang telah
dijelaskan pada tahap perhatian. Namun hal tersebut tetap menunjukkan telah menyimpang dari prinsip dakwah. Karena
dalam berdakwah atau dalam memberikan humor seorang da‟i tidak boleh menghina, menyinggung, bahkan merendahkan
orang lain. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan mengenai prinsip-prisnip dakwah rekreatif.
2 Bagian Pembahasan Isi
1 Pada bagian pembahasan ini, diawal pembahasan pesan
rekreatif yang disampaikan oleh Ustadz Wijayanto, masih ada kesamaan dengan bagian pembuka. Dimana ketika bapak H.
Qomar menjelaskan sesuatu, Ustadz Wijayanto langsung menyambung
dengan candaan
humor. Humor
yang disampaikan oleh Ustadz Wijayanto sebagai berikut:
“Saya Cuma ngebayangin gimana nanti kalo dosennya kaya gini nanti mahasiswanya kaya apa ya? sambil menyindir
bapak H. Qomar.
14
Tentu hal tersebutpun juga tidak sesuai dengan prinsip dakwah rekreatif. Karena hal tersebut termasuk dalam kategori
menyinggung dan merendahkan orang lain. 2
Bahasa ringan yang biasa beliau gunakan dalam dakwahnya untuk memberikan pemahaman kepada audience biasanya
14
Hasil Observasi Pribadi pada saat beliau menjadi narasumber dalam program “Cerita Hati Spesial Ramdhan
” Kompas TV” episode 6 pada tanggal, 23 Juni 2015.
beliau menggunakan bahasa yang mudah dengan analogi, sebgaimana berikut:
“….Tapi rasa kan di hati tergantung pada kondisinya. Digaruk itu enak kalo ia gatal, tapi kalo sudah luka di garuk itu
luar biasa sakit. Api itu mohon maaf kalo dipedesaan nyalakan api itu ditiup, betul gak bu? Di tiup-tiup biar keluar api? Tapi
kalo untuk memadamkannya? Ditiup juga. Jadi hal yang sama menjadi berbeda tergantung kondisinya, dan tergantung
perasaan kita. Sama-sama puasa ada yang merasakan puasa itu berat betul gak bu? Tapi ada gak, yang orang itu bisa
menikmati puasa? Yah tergantung pada keimanan kita. Rasulullah itu senang kalau mulai puasa, tetapi kalo puasanya
mau habis itu sedih. Berbeda dengan diri kita kalo mau puasa sedih tapi kalo puasanya mau habis senang. Nah itulah
makannya perasaan. Maka agama itu adanya di perasaan dihati. Makannya kalo dia senang yang jauh jadi dekat, tapi
kalo dia benci yang dekat jadi jauh. Tapi kalo ia senang, melirikpun tambah memikat, dicubitpun tambah nikmat, tai
kucing pun rasanya coklat.”
15
Maka berdasarkan contoh analogi diatas berkaitan dengan konsep ilmu retorika yang teorinya telah dikemukakan
oleh Aristoteles. Menurut Aristoteles,
“Anda meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti.
Dan disini merupakan pendekatan terhadap khalayak melalui otaknya logos”.
16
15
Hasil Observasi Pribadi pada saat beliau menjadi narasumber dalam program “Cerita
Hati Spesial Ramdhan ” Kompas TV” episode 6 pada tanggal, 23 Juni 2015.
16
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis Bandung: PT Rosda Karya, 2011, h. 7.