Unsur-Unsur Pesan Rekreatif dalam Perspektif Dakwah

b Qaulan layyinan Perkataan yang lembut Al- Qur‟an sangat kaya dengan ayat-ayat yang menunjukkan kelemah lembutan berbicara dengan mad‟u. Sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam surah Taha ayat 43-44: ِا                “Pergilah kamu berdua kepada Firaun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya fir‟aun dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia sadar atau takut.Q.S. Taha: 43-44 Atau firman Allah tentang Nabi Ibrahim ketika mendakwahi ayahnya dengan kelembutan:                 “Ingatlah ketika dia Ibrahim berkata kepada ayahnya; Wahai ayahku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?”. Q.S. Maryam: 42 Dalam seruan nabi Ibrahim kepada ayahnya itu terdapat ikatan seorang ayah yang harus diungkapkan dengan penuh cinta, lembut, dan sayang. 30 Maka menurut hemat penulis unsur kelembutan itu merupkan unsur pesan rekreatif dalam dakwah yang harus ada dalam setiap penyampaian dakw ah, sehingga mad‟u pun merasa diayaomi dari setiap dakwah yang disampaikan. c Qaulan Ma‟rufan Perkataan yang baik Berkaitan tentang perkataan yang baik Allah telah jelaskan dalam al- Qur‟an, dalam surah an-Nisaa‟ ayat 8:               “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu [271] sekedarnya dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik”.Q.S. An- Nisaa‟: 8 Salah satu pengertian ma‟rufan secara etimologis adalah al-khair atau al- ihsan, yang berarti “baik”. Jadi qaulan ma‟rufan mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang pantas dan ba ik. Qaulan ma‟rufan berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran 30 Taufik al- Wa‟iy, Dakwah ke jalan Allah; muatan, sarana, dan tujuan Jakarta: Robbani press 2010, h. 382. menunjukkan pemecahan terhadap kesulitan kepada orang yang lemah. 31 Sehingga menurut hemat penulis perkataan yang baik juga merupakan unsur pesan rekreatif dalam dakwah yang mengindikasikan bahwa setiap pesan dakwah yang disampaikan dapat bermanfaat dan memberikan solusi dari setiap permasalahan hidup. Sehingga mad‟u pun merasakan ketenangan dalam jiwanya, setelah mendengarkan dakwah yang disampaikan dengan baik. d Qaulan Maysuran Perkataan yang Ringan Kata maisuran merupakan bentuk isim maf‟ul dari yasara-yasiru-yusran, yang artinya mudah. Maka qaulan maisuran dapat diartikan “perkataan yang mudah diterima, ringan, pantas dan tidak berbelit-belit. Dakwah dengan qaulan maisuran berarti pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dipahami tanpa memerlukan pemikiran yang mendalam. 32 Ungkapan qaulan maisuran terdapat dalam surah al- Isra‟ ayat 28: 31 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010, h. 51-52. 32 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 52.              “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut ”.Q.S. Al-Isra‟: 28 Berdasarkan penjelasan diatas, menurut hemat penulis qoulan maysuran juga merupakan unsur yang termasuk dalam dakwah rekreatif. Karena perkataan yang ringan yang mudah dimengerti merupakan indikator keberhasilan dalam dakwah sehingga dakwah tersebut dapat mudah diteri ma oleh mad‟u. Sebagai contoh: Alm. Ust jeffry al-Buchori beliau berdakwah dengan gaya bahasa yang gaul. Sehingga hal tersebut menjadi unsur pesan rekreatif tersendiri yang dapat menghibur masayarakat sehingga banyak jamaah yang mengikuti dakwah beliau. e Qaulan Kariman Perkataan yang mulia Istilah Qaulan Kariman bisa ditemukan dalam surah al- Isra‟ ayat 23:                            “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua- duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang m ulia[850]”.Q.S. Al-Israa‟: 23 Dakwah dengan qaulan kariman sasarannya adalah orang yang telah lanjut usia. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah ialah dengan perkataan yang mulia, santun, penuh penghormatan dan penghargaan, tidak menggurui. Dalam perspektif dakwah, qaulan kariman diperlukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut, sebab kondisi fisik yang sudah mulai melemah membuat mudah tersinggung jika menerima perkataan yang keras dan menggurui. 33 Pesan dakwah janganlah menggunakan redaksi perintah, terkesan sombong, atau arogan sehingga mad‟u merasa tertekan atau terpojokkan. Sasaran dakwah itu tidak akan senang dengan pemaksaan dan penindasan. Mereka lebih senang dengan 33 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 52-53. kerendahan hati tawadhu‟. 34 Sebagaimana seusai dengan ayat yang tertera dalam surah Ali-Imran ayat 159:                                    “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya”.Q.S. Ali-Imran: 159 Seorang da‟i harus menjauhkan diri dari perasaan isti‟la lebih tinggi dari mad‟unya. Ia harus menjauhkan diri dari segala sesuatu yang menyakiti mad‟u atau menyebabkannya terluka. Seorang da‟i harus menjauhkan diri dari sikap meremehkan mad‟u, menantangnya, atau menampakkan diri lebih mulia darinya. Seorang da‟i seharusnya berbicara dengan ruh nasihat penuh kasih sayang yang ikhlas dan tawadhu‟ serta menuntun kepada kebaikan. 35 Maka jika dilihat dari penjelasan diatas, menurut hemat penulis qaulan kariman merupakan salah satu unsur yang masuk dalam karakteristik dakwah rekreatif. Karena perkataan yang 34 Taufik al- Wa‟iy, Dakwah ke jalan Allah; Muatan, Sarana, Dan Tujuan, h. 380. 35 Taufik al-Wa ‟iy, Dakwah ke jalan Allah; Muatan, Sarana, Dan Tujuan, h. 382. mulia dan penuh penghormatan juga hal yang harus diperhatikan dalam berdakwah terlebih mad‟u atau jama‟ah dari kalangan usia lanjut yang harus dimuliakan agar merasa digembirakan dan dihormati, sehingga mad‟u merasa nyaman ketika mendengarkan dakwah.

b. Unsur-Unsur Pesan Rekreatif dalam Perspektif Komunikasi

Setelah kita mengetahui unsur-unsur rekreatif dalam perspektif dakwah yang menjadi karakteristik dari dakwah rekreatif itu sendiri. Maka kita juga akan mengenal sekaligus membahas beberapa unsur-unsur pesan rekreatif dalam perspektif komunikasi 36 , yang diantaranya: 1 Tidak melulu melucu. Dakwah rekreatif tidak selalu harus melucu. Anda dapat menceritakan pengalaman yang luar biasa, aneh tetapi nyata, aneh tetapi tidak nyata. Selama Anda menyampaikan hal-hal yang menarik perhatian pendengar, mengendurkan saraf mereka, atau membuat mereka santai. Hal tersebut juga termasuk dalam unsur pesan rekreatif. 2 Gembirakan diri Anda dahulu. Anda tidak akan dapat menghibur orang lain, bila kabut kesedihan menutup wajah anda. Dakwah rekreatif harus disampaikan 36 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis Bandung: PT Rosda Karya, 2011, h. 125-126. oleh orang yang berwajah ceria, riang, gembira santai, “easy going”. Tetapi wajah cerminan hati. Anda harus memulai dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan; dan melupakan, untuk sementara apa saja yang merisaukan. 3 Hindari rangkaian gagasan yang sulit. Dalam dakwah rekreatif, susunlah topik secara sederhana juga hindari gagasan-gagasan abstrak, kalimat-kalimat yang panjang, dan kata-kata yang ambigu. 4 Gunakan gaya bercerita naratif. Masukkan berbagai cerita, anekdot, contoh kongkret. Sebaiknya Anda tidak menceritakan humor yang terlalu dikenal atau terlalu sering dibicarakan. Bila perbendaharaan humor Anda memang sedikit, kemaslah humor-humor lama dengan cara yang orisinil dan kreatif. Cerita-cerita itu sebaiknya dijalin begitu rupa sehingga berkaitan satu sama lain. 5 Berbicaralah singkat. Humor adalah bumbu dalam dakwah. Artinya kita jangan terlalu lama atau berlebihan dalam memberikan humor. Berbicaralah singkat dalam menyampaikan humor. Karena humor adalah sekedar pengikat perhatian audience saja, agar audience atau mad‟u tetap stay tune atau fokus dalam memperhatikan dakwah yang disampaikan oleh da‟i.

5. Teori-teori Humor dalam Perspektif Retorika Komunikasi

Dikalangan para filusuf ada tiga teori humor yang dikenal, 37 diantaranya: 1 Teori Superioritas dan Degradasi. Kita tertawa bila menyaksikan sesuatu yang janggal mengikut Plato, atau kekeliruan atau cacat kata Aristoteles. Objek yang membuat kita tertawa adalah objek yang ganjil, aneh, menyimpang. Sebagai subjek, kita mempunyai kelebihan superioritas, sedangkan objek tertawa kita mempunyai sifat-sifat yan g rendah. “Ketika kita tertawa”. Teori ini tepat untuk menganalisis jenis-jenis humor yang termasuk satire. Satire adalah humor yang mengungkapkan kejelekan, kekeliruan, atau kelemahan orang, gagasan, atau lembaga untuk memperbaikinya. Satire dapat bersifat langsung, dengan membongkar hal-hal yang jelek atau membesar-besarkannya exaggeration; atau tidak langsung, melalui parodi, ironi, dan burlesque. 37 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, h. 126-128. 2 Teori Bisosiasi. Teori ini dirumuskan oleh Arthur Koestler, tetapi berasal dari filusuf-filusuf besar seperti Pascal, Kant, Spence r, Schopenhauer. “Kita tertawa”, kata filusuf yang saya sebut terakhir, “bila secara tiba-tiba kita menyadari ketidaksesuaian antara konsep dengan realitas yang sebenarnya”. Ia memberikan contoh dengan kisah ini: Beberapa orang sipir penjara mendapat kesempatan bermain kartu dengan seorang napi. Ternyata napi itu mengecoh mereka. Para sipir marah dan menendang napi itu ke luar penjara. Menurut teori ini, humor timbul karena kita menemukan hal-hal yang tidak diduga, atau kalimat juga kata yang menimbulkan dua macam asosiasi. Yang pertama kita sebut teknik belokan mendadak unexpected turns; dan yang kedua, asosiasi ganda puns. 3 Teori Pelepasan Inhibisi. Ini adalah teori yang paling “teoritis”, sehingga tidak begitu banyak manfaatnya buat kita. Seperti yang kita lihat dari istilah inhibisi, teori ini diambil dari Sigmund Freud. Kita banyak menekan ke alam bawah sadar kita, salah satu diantara dorongan yang kita tekan adalah dorongan agresif. Bila dorongan ini dilepaskan dalam bentuk yang bisa diterima oleh masyarakat, kita melepaskan inhibisi. Kita merasa senang dan karena itu kita tertawa.