Teknik-teknik Humor Pesan Rekreatif dalam Dakwah Tablighul Busyro

Karena itu, saya hanya ingin bercerita tentang dirinya saja. Ia mempunyai anak yang belajar di Fakultas Psikologi. Ketika ditanya mengapa anak kiyai belajar psikologi psikologi klinis lagi, Gus Dur menjawab, “Di NU banyak yang gendeng”. Saya bertanya lagi.”Apakah bukan karena ia ingin berkhidmat pada bapaknya?.” g. Belokan Mendadak Teknik ini dirumuskan Monroe sebagai berikut: bawalah khalayak Anda untuk meyakini bahwa akan berbicara yang biasa: kemudian katakanlah sebaliknya. Sebagai contoh: “Sekali waktu saya mengambil program S3 doctor di UNPAD. Saya menghadiri kuliah dengan rajin, di samping mengajar mahasiswa S2. Saya sangat dekat dengan para profesor dan pimpinan Fakultas Pascasarjana. Otak saya juga rasanya lumayan. Karena itu, setelah bekerja keras selama bertahun-tahun, saya mendapat hasil yang membahagiakan. Saya di-DO. Kata terakhir ini disebut dengan istilah belokan mendadak ”. h. Puns Puns adalah teknik mempermainkan kata-kata yang mempunyai makna ganda. Jalaludin Rakhmat pernah memberikan contohnya pada kata “conceive” dan “deliver” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, kita memiliki banyak sekali kata yang seperti itu. Perhatikan kalimat- kalimat dibawah ini: Pemilu betul-betul membuat saya pilu. Saya menolak dia karena pertimbangan kepribadian. Ia tidak mempunyai kendaraan pribadi, sopir pribadi, perusahaan pribadi, rumah pribadi.

7. Prinsip-prinsip Dakwah Rekreatif

Ada sebuah hadits yang menjadi prinsip dasar dakwah rekreatif. Ketika itu Nabi SAW. memilih waktu yang tepat untuk memberi nasihat dan mengajarkan ilmu agar para sahabat tidak meninggalkan majelis. Turunlah sabda Nabi Saw.: ها َّص َلا اك لاق ْوعّْم ْبا ع ا لَوختي مَّسو ْيّع ارك ماَي ْلا ْ ف ظعْو ْلاب ْيّع م َّلا راخب اور 68. Dari Ibnu Masud, bahwa Nabi SAW selalu memilih waktu yang tepat bagi kami untuk memberikan nasihat, karena beliau takut kami akan merasa bosan. HR. Bukhari Keterangan Hadits 39 : لَوختي artinya َ عتي Memperhatikan, sedangkan ظعْوم berarti nasihat atau peringatan. Kalimat yang disebutkan dalam judul bab mengandung maksud kedua hadits yang akan dijelaskan, sebab kata م َّلا bosan dan ل رْوّ meninggalkan mempunyai kemiripan makna. Adapun korelasi antara hadits ini dengan hadits sebelumnya adalah, bahwa hadits-hadits tersebut menekankan untuk menyampaikan ilmu tabligh seperti yang dilakukan oleh Abu Dzarr. Hal ini dapat dilihat pada sebagian besar bab pada kitab ini. 39 Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, h. 307-308. ا لَوختي اك Selalu memilih waktu yang tepat bagi kami. Menurut Al Khaththabi, kata Al khaa il isim fail dan khaala berarti orang yang memperhatikan atau menjaga harta. Oleh karena itu, maksud dari hadits ini adalah bahwa Rasulullah selalu memperhatikan aspek waktu dalam memberikan nasihat kepada kami. Beliau tidak memberikan nasihat setiap waktu supaya kami tidak merasa bosan. Berdasarkan hadits dan penjelasannya diatas, menunjukkan bahwa Rasulullah SAW. adalah salah seorang da‟i yang sangat memahami psikologi audience. Beliau sangat cerdas dalam membaca keadaan audiencenya. Beliau tidak ingin mad‟u merasa bosan dengan dakwah yang beliau sampaikan. Kemudian selanjutnya turunlah hadits berikut ini, dan hadits inilah yang menjadi prinsip dalam dakwah rekreatif: ح ا ثَ َ حم ْب راَّب لاق ا ثَ ح يْحي ْب يعس لاق ا ثَح ْعش لاق ثَ ح وب حاَيَتلا ْ ع س ْب كلام ْ ع ِ َلا َّص َّلا ْيّع مَّسو لاق اورِّي الو اورِّعت اورِّبو الو اورِّ ت راخب اور 69. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Said berkata, telah menceritakan kepada kami Syubah Telah menceritakan kepadaku Abu At Tayyah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: permudahlah dan jangan persulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari. HR. Bukhari Keterangan Hadits 40 : Faidah penambahan kalimat الو اورِّعت adalah sebagai penegasan. Menurut Imam Nawawi: Jika hanya menggunakan kata اورِّي berilah kemudahan, maka orang yang hanya memberikan kemudahan sekali dan sering mempersulit orang lain termasuk dalam hadits tersebut. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, الو اورِّعت Janganlah mempersulit dengan maksud untuk mengingatkan, bahwa memberikan kemudahan kepada orang lain harus selalu dilakukan dalam setiap situasi dan kondisi. Demikian pula dengan sabda Nabi, الو ِّ ت اور setelah kata اورِّبو. اورِّبو Dan berilah berita gembira. Dalam bab Adab, Imam Bukhari meriwayatkan dari Adam, dari Syubah dengan menggunakan lafazh اْو َّسو berilah ketenangan yang merupakan antonim lawan kata dari الو اورِّ ت Sebab kata س ّ ْو ketenangan adalah lawan kata dari رْورّ meninggalkan, seperti halnya kata راّ لا berita gembira merupakan lawan dari kata راذَلا berita buruk. Akan tetapi karena menyampaikan kabar buruk pada awal sebuah pengajaran dapat menyebabkan orang tidak menghiraukan nasihat yang akan diberikan kepadanya, maka kata راّ لا berita gembira di sini diikuti dengan kata رْيّْت meninggalkan. Adapun maksud dari hadits ini adalah 41 : 40 Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari, h. 308-309. 41 Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari, h. 309 1 Kita harus berlaku ramah kepada orang yang baru memeluk Islam dan tidak mempersulitnya. 2 Lemah lembut dalam melarang perbuatan maksiat agar dapat diterima dengan baik. 3 Menggunakan metode bertahap dalam mengajarkan suatu ilmu, karena segala sesuatu jika diawali dengan kemudahan, maka akan dapat memikat hati dan menambah rasa cinta. Berbeda halnya jika pengajaran itu dimulai dengan kesulitan. Berdasarkan penjelasan hadits diatas, menunjukkan Rasulullah pun berdakwah, beliau berusaha untuk memberikan kemudahan, dengan cara menggunakan metode bertahap ketika memberikan penjelasan atau pemahaman ilmu. Hal ini menunjukkan bahwasanya dalam berdakwah haruslah cerdas dalam memilih bahasa yang tepat, ringan, dan mudah untuk dimengerti. Kemudian Rasulullahpun dalam berdakwah selalu mengutamakan berita gembira terlebih dahulu, agar mad‟u tidak lari. Karena menyampaikan kabar buruk pada awal sebuah pengajaran dapat menyebabkan orang tidak menghiraukan nasihat yang kita berikan. Dalam artian dalam penyampaian dakwahnya, beliau selalu menenangkan mad‟u dengan cara bersikap lemah lembut, memberikan kabar gembira, menghibur, dsb. Sehingga mad‟u pun merasa nyaman dan pesan dakwah yang disampaikanpun mengena dihati mad‟u.