Pengertian dan Tujuan Dakwah

dsb. dari keadaan yang kurang baik menjadi keadaan yang lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam berdasarkan petunjuk al- Qur‟an dan as-Sunnah.

2. Ciri-ciri Dakwah yang Efektif

Sebagai suatu usaha, aktivitas dakwah harus bisa di ukur keberhasilannya. Oleh karena itu, tujuan dari aktivitas dakwah harus dirumuskan secara definitif, terutama tujuan mikronya. Dari sudut psikologi dakwah, ada lima ciri dakwah yang efektif 11 : 1 Jika dakwah dapat memberikan pengertian kepada masyarakat Mad‟u tentang apa yang didakwahkan. 2 Jika masyarakat Mad‟u merasa terhibur oleh dakwah yang diterima. 3 Jika dakwah berhasil meningkatkan hubungan baik antara Da‟i dan masyarakatnya. 4 Jika dakwah dapat mengubah sikap masyarakat Mad‟u. 5 Jika dakwah berhasil memancing respons masyarakat berupa tindakan.

3. Klasifikasi Materi Dakwah Pesan Dakwah

Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da‟i kepada mad‟u. Semua materi dakwah harus merujuk pada sumber pokok, yaitu al- Qur‟an dan al-Sunnah al-Nabawiyah, sebab yang menjadi materi dakwah itu ialah ajaran Islam. Secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga masalah pokok 12 : 11 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah Jakarta: Kencana, 2006, h. xv. 12 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010, h. 82.

a. Akidah keimanan

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah, karena aspek inilah yang akan membentuk moral akhlak manusia. Menurut bahasa, kata akidah berasal dari: „aqada-ya‟qidu-„aqdan wa „aqidatan yang berarti, “ikatan al-rabth, janji al-„ahd, keyakinan yang mantap al-jazm. Jadi, secara harfiah akidah bisa diartikan “keyakinan, ideologi, kepercayaan, agama. Dalam pengertian istilah, akidah ialah “keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan serta pegangan hidupnya”. Adapun dasar-dasar akidah Islamiah, yaitu: iman kepada Allah QS al-Baqarah2:177; QS an- Nisa‟4:136, iman kepada para Malaikat QS al- Baqarah2:97,98,177,285; QS an- Nisa‟4:136, iman kepada para Rasul QS al-Baqarah2:98; QS an- Nisa‟an-Nisa‟4:136, iman kepada Qadha dan Qadar QS al-Furqan25:2; hadis jibril.

b. Syariah

Secara et imologis, syariah berarti “jalan ke tempat pengairan atau tempat berlalu air di sungai”. Kata syariah muncul dalam beberapa ayat al- Qur‟an, seperti pada surat al-Maidah5:48; al-Syura42:13 dan al- Jasiah45:18 yang mengandung arti “jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan”. Syariah ini bertujuan untuk mewujudkan tatanan sistem kehidupan yang teratur dan sempurna. Sebagaimana diungkapkan dalam kaidah ushul: “Ma Syuri‟a min hukmin illa wa fihi mashalih li al-nas” tidaklah suatu hukum itu disyariatkan, melainkan untuk kemaslahatan bagi umat manusia. Syariah merupakan seperangkat kaidah yang mengatur perilaku manusia yang mencakup dua aspek hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Allah vertikal dan hubungan manusia dengan manusia serta dengan lingkung an hidupnya horizontal atau mu‟amalah kemasyarakatan. Maka materi dakwah di bidang syariah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar, serta pandangan yang jernih dalam melihat setiap persoalan yang muncul sesuai dengan ketentuan hukum Islam yang bersumber dari al- Qur‟an dan Sunnah.

c. Akhlak

Perkataan akhlak berasal dari kata „khuluq”, yang berarti: “perangai, sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti”. Akhlak merupakan sistem etik dalam Islam, yang bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan bahkan dengan alam semesta sekalipun. Akhlak dalam ajaran Islam tidak dapat disamakan dengan etika. Jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah, maka akhlak lebih luas maknanya. Yakni mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tidak bernyawa. Adapun yang menjadi sumber akhlak yaitu al- Qur‟an dan Sunnah, bukan akal pikiran. Maka baik maupun buruknya suatu perbuatan, al- Qur‟anlah yang menilainya. Misalnya: sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan jujur dinilai baik. Begitu juga sebaliknya, pemarah, kufur nikmat, dendam, kikir dan dusta dinilai buruk. Dan penilaian sifat baik buruk tersebut berdasarkan al- Qur‟an dan Sunnah.

B. Pesan Rekreatif dalam Dakwah Tablighul Busyro

1. Pengertian pesan rekreatif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI pesan adalah perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain. 13 Kata rekreatif berasal dari kata rekreasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan. 14 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 1064. 14 , Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 1158.