antara lain kepadatan penduduk, harga rata-rata lahan sawah, panjang jalan aspal dan variabel dummy.
Nuryati 1995 dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan non sawah di Jawa Barat
dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan non
sawah di tingkat wilayah adalah kepadatan penduduk, kontribusi sektor non tanaman pangan dalam PDRB, dan lokasi Kabupaten dari pusat pertumbuhan
ekonomi. Masing-masing faktor tersebut berkolerasi positif dengan luas konversi lahan.
2.4 Dampak Konversi Lahan Sawah
Menurut Nuryati 1995, masalah yang timbul akibat konversi lahan sawah ke penggunaan non sawah adalah terancamnya swasembada beras yang telah
dicapai dengan susah payah. Di samping itu konversi lahan sawah ini mempunyai opportunity cost
yang sangat besar, diantaranya adalah penurunan produksi pangan lokal atau nasional yang secara tidak langsung akan mengurangi
kontribusi sektor pertanian dalam PDRB, penurunan laju daya serap tenaga kerja sektor pertanian, mubazirnya investasi irigasi dan dampak konversi terhadap
lingkungan dan sosial budaya masyarakat.
Menurut Hayat 2002, akibat terjadinya konversi lahan sawah di
Kabupaten Bogor telah menyebabkan hilangnya produksi dan nilai produksi, pendapatan usahatani padi sawah serta nilai investasi irigasi dan kelembagaan.
Hal ini secara langsung berdamapak terhadap semakin menurunnya tingkat kesejahteraan petani.
Menurut Sibolak 1995, pengalihan fungsi lahan ke penggunaan lain, secara otomatis mengubah besaran maupun jenis manfaat yang dapat di terima
dari penggunaan lahan tersebut. Kerugaian akibat konversi lahan sawah terutama adalah hilangnya “peluang” memproduksi hasil pertanian di lahan sawah yang
besarnya berbanding lurus dengan luas lahan yang terkonversi. Kerugiannya antaralain penurunan produksi pertanian dan nilainya, pendapatan usahatani,
kesempatan kerja pada kegiatan usahatani, kehilangan manfaat investasi dari lahan terkonversi.
2.5 Penelitian Terdahulu Sektor-sektor dalam perekonomian mempunyai laju perkembangan yang
berbeda-beda. Karena itu proses pembangunan ekonomi membawa serta perubahan struktur ekonomi.
Menurut Hayat 2002 dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi konversi lahan sawah di Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode LQ menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor pada periode
1991 – 2000 terdapat empat sektor basis yaitu sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih dan sektor bangunan,
sedangkan sektor pertanian bukan merupakan sektor basis karena memiliki nilai LQ
lebih kecil dari satu sehingga prioritas pembangunan lebih condong di arahkan ke pembangunan sektor industri dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini
menyebabkan terjadinya konversi lahan sawah sebagai prioritas pengalokasian lahan bagi kawasan industri.
Wiyanti 2004 dalam penelitiannya mengenai analisis sektor basis perekonomian Kabupaten Tangerang serta implikasinya terhadap perencanaan tata
ruang wilayah dalam otonomi daerah dengan menggunakan pendekatan LQ, mengindikasikan bahwa terjadi perbedaan penentuan kebijakan antara kebijakan
yang disusun oleh BAPEDA dalam RTRW dengan kebijakan hasil perhitungan LQ
. Sebaiknya dalam pengembangan wilayah kebijakan diprioritaskan pada sektor pertanian, pertambangan dan galian, industri pengolahan, listrik dan air
minum dan keuangan. Menurut Azkiyah 1995 dalam penelitiannya mengenai pergeseran
peranan subsektor pada sektor pertanian dalam perekonomian Propinsi Jawa Barat dengan menggunakan alat analisis input–output untuk setiap sektor
perekonomian, menyatakan bahwa telah terjadi penurunan kontribusi pertanian dan peningkatan kontribusi sektor industri. Akan tetapi dilihat dari kontribusinya
secara keseluruhan dalam segi ekspor wilayah ternyata kedudukan sektor pertanian masih memiliki peranan penting dan tidak bisa diabaikan dalam
perekonomian di Propinsi Jawa Barat. Tyadi 1995, dalam penelitiannya mengenai pertumbuhan ekonomi dan
perubahan struktur ekonomi Propinsi Jawa Barat, menyatakan bahawa proses transformasi struktur ekonomi juga ditandai dengan terjadinya pengalihan fungsi
sawah ke penggunaan non pertanian. Pengalihan lahan sawah ke penggunaan lainnya seperti perumahan, jalan, industri dan sebagainya dipandang sebagai suatu
masalah, karena pengurangan lahan sawah akan berpengaruh negatif terhadap
produk padi yang pada gilirannya akan mengganggu swasembada beras. Meningkatnya laju urbanisasi yang dicirikan oleh tumbuhnya berbagai aktivitas
akibat terjadinya perubahan struktur ekonomi mendesak terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian ke jenis penggunaan lainnya yang memberikan nilai
yang lebih tinggi. Situmeang 1998, dalam penelitiannya mengenai pola hubungan antara
perubahan penggunaan lahan dengan transformasi struktur ekonomi dengan menggunakan alat analisis regresi berganda, menyatakan bahwa pergeseran
struktur ekonomi, pertumbuhan penduduk berpengaruh nyata dalam mendorong konsumsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian seperti lahan perumahan,
lahan industri dan lahan lain. Menurunnya produktivitas lahan, khususnya produktivitas lahan tanaman pangan non padi, sangat nyata dalam mempercepat
konversi lahan pertanian ke non pertanian.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, pertumbuhan ekonomi dalam
perkembangannya di tandai dengan terjadinya pergeseran tenaga kerja dan terjadinya pergeseran penggunaan lahan dari sektor pertanian ke sektor non
pertanain. Hal ini berdampak pada kontribusi masing-masing sektor yang bersangkutan terhadap output nasional dan dalam hal kemampuan menyerap
angkatan kerja, dimana peran sektor pertanian akan semakin menurun dan pangsa sektor non pertanian akan semakin meningkat.
Terjadinya pergeseran penggunaan lahan dari sektor pertanian ke penggunaan sektor non pertanian, memberikan dampak kerugian tidak hanya bagi
para petani, namun juga memberi dampak pada perekonomian wilayah. Ditingkat wilayah, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya konversi lahan
sawah yaitu laju pertumbuhan penduduk, produktivitas padi sawah, persentase luas lahan sawah irigasi, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB, pertambahan
jalan aspal dan kebijakan pemerintah. Peran sektor pertanian sebagai sektor primer, masih menjadi salah satu
sektor yang dapat diunggulkan bagi perkembangan perekonomian wilayah. Hal ini mengingat ketersediaan sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang cukup
berlimpah.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN