Iklim dan Curah Hujan Aksesibilitas dan Transportasi

2. Kota orde I adalah kota-kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan, yaitu : Serpong, Balaraja dan Teluk Naga. Kota-kota yang memiliki perkembangan cukup pesat, yaitu : Ciputat dan Pamulang. 3. Kota orde II adalah kota-kota yang berfungsi sebagai Ibukota Kawedanan dan kota-kota yang memiliki kegiatan simpul koleksi dan distribusi, yaitu : Curug, Mauk, Cikupa, Pasar Kemis dan Sepatan. 4. Kota orde III adalah kota yang berfungsi sebagai Ibukota Kecamatan dan memiliki simpul produksi yaitu : Legok, Cisoka, Kresek, Kronjo, Rajeg, Kosambi dan Pakuhaji serta Perwakilan Kecamatan Cisauk, Pagedangan, Jayanti, Jambe, Panongan, Kemiri dan Sukadiri. 5. Kota orde IV adalah semua pusat-pusat desa atau pusat satuan pemukiman.

5.2 Iklim dan Curah Hujan

Kabupaten Tangerang memiliki hujan tropis dan termasuk zona iklim sedang. Sebagian besar wilayahnya adalah pantai, sehingga sangat di pengaruhi oleh iklim laut. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 23.2°C – 32.8°C. Rata- rata kelembaban udara dan intensitas metahari berkisar 55–81 persen. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus, dengan curah hujan rata- rata 1500 – 3000 mm per tahun dalam jumlah hari hujan sebesar 119 hari. Musim kemarau berlangsung antara bulan Juni sampai September, sedangkan bulan April, Mei, Oktober dan November merupakan masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

5.3 Sumberdaya Alam

5.3.1 Jenis, Penyebaran dan Penggunaan Lahan

Kabupaten Tangerang memiliki topografi relatif datar yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Dataran rendah di bagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0 – 25 meter di atas permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pasar Kemis dan Sepatan. 2. Dataran tinggi di bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian lebih dari 25 meter di atas permukaan laut, yaitu Kecamatan Legok, Pamulang dan Ciputat. Kemiringan tanah relatif kecil rata- rata 0-3 persen dengan bagian selatan menurun ke Utara. Ketinggian wilayah berkisar antara 0–85 meter diatas permukaan laut. Wilayah bagian utara merupakan daerah pesisir pantai sepanjang 50 Km. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Tangerang di dominasi oleh tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning yang terdapat hampir di seluruh wilayah Kecamatan. Jenis tanah dan penyebarannya : a. Latosol penyebarannya mendominasi wilayah timur b. Podsolik merah kunig mendominasi bagian tengah, sedangkan c. Jenis tanah lain adalah : alluvial yang terdiri dari alluvial hidromorf, alivial kelabu tua, alluvial coklat kekelabuan. Jenis tanah ini penyebarannya di sepanjang Sungai Cidurian. Wilayah Kabupaten Tangerang memiliki luas wilayah 109.088 ha. Terdiri dari lahan sawah 41.408 ha 38 persen dan lahan kering 67.680 ha 62 persen. Adapun luas lahan yang dimanfaatkan dalam bidang pertanian : Tabel 3. Luas Pemanfaatan Lahan dalam Bidang Pertanian di Kabupaten Tangerang Tahun 2003 No Jenis Pemanfaatan 1 kali setahun 2 kali setahun Jumlah 1. 2. Lahan Sawah a. Pengairan teknis b. Pengairan ½ teknis c. Pengairan sederhana d. Pengairan Non PU e. Tadah hujan f. Lebakpolder Lahan Kering a. Tegalankebun b. Ladanghuma - 342 175 - 7.728 245 18.443 4.131 24.336 2.060 799 20 5.513 190 - - 24.336 2.402 974 20 13.241 435 18.443 4.131 Jumlah 31.064 32.918 63.982 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang 2003 Kabupaten Tangerang mempunyai peluang besar untuk dikembangkan menjadi wilayah pertanian yang potensial. Luas lahan untuk usaha pertanian yang dapat dikelola sekitar 71,66 persen merupakan prasarana yang sangat mendukung. Dominasi penggunaan lahan industri berada pada bagian selatan jalan utama, terutama untuk Kecamtan Balaraja, Tigaraksa dan Cikupa, sedangkan pada bagian utara jalan utama terdapat di Kecamatan Pasar Kemis. Pemanfaatan lahan pemukiman di Kabupaten Tangerang umumnya berkelompok dan terkonsentrasi pada wilayah pusat-pusat kota Kecamatan, sedangkan di luar kelompok itu pemukiman cenderung memiliki pola menyebar yang dikelilingi oleh lahan pertanian.

5.3.2 Sumberdaya Air

Untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi manusia, ternak maupun tanaman, Kabupaten Tangerang memiliki sumber air yang cukup potensial yang berasal dari sungai, situ, rawa dan air tanah. Sejumlah sungai besar dan kecil yang melintasi Kabupaten Tangerang yaitu : Sungai Cisadane, Cidurian, Cimanceuri, Cirarab, Kali Angke dan Pesanggrahan, selain itu terdapat banyak situ yaitu : Situ Pamulang, Situ Gintung, Situ Garukgak dan Situ Patrasana. Untuk kebutuhan dalam bidang pertanian sumber air berasal dari Sungai Cisadane, Sungai Cidurian yang dilengkapi bendungan dan jaringan irigasi untuk mengatur penggunaannya. Sumber air yang ada di Kabupaten Tangerang di kelola oleh UPTD Irigasi, kondisi air yang di kelola diproyeksikan untuk mengairi 30.803 ha, yang meliputi pengelolaan UPTD Irigasi Cisadane Barat Laut seluas 20.548 ha dan UPTD Irigasi Cidurian seluas 10.245 ha. Operasionalisasi penggunaan air di lahan usahatani melalui saluran tersier, Kabupaten Tangerang memiliki 705 unit saluran tersier dengan rata-rata panjang saluran tersier 4 Km, maka panjang saluran yang ada diperkirakan 2.820 Km. Kondisi saluran tersier tidak semuanya baik, hal tersebut disebabkan karena terjadi pendangkalan akibat lumpur yang mengendap, saluran bocor sehingga terjadi perembasan, rusaknya tanggul dan pintu air yang tidak berfungsi dengan baik. Apabila diprakirakan kondisi saluran tersier yang kurang baik yaitu sebesar 30 persen dari seluruh panjang saluran tersier yang ada, maka diprakirakan saluran tersier yang kurang baik yaitu sepanjang 846 Km. Tabel 4. Pengelolaan Air oleh UPTD Irigasi di Kabupaten Tangerang Tahun 2003 Golongan Daerah Irigasi Kecamatan Areal Ha Golongan I Di Cisadane UPTD Barat Laut 1. Teluknaga 2. Kosambi 3. Sepatan 4. Pakuhaji 5. Mauk 6. Rajeg 2.098 401 2.398 3.333 3.021 61 Jumlah 11.312 Golongan II Di Cisadane UPTD Barat Rajeg Pasarkemis Kemeri Kresek Kronjo 2.492 291 1.659 1.645 475 Jumlah 6.553 Golongan III Di Cisadane UPTD Barat Kronjo Balaraja 2.575 108 Jumlah 2.683 Golongan I Di Cidurian UPTD Cidurian Cisoka Balaraja Kresek Pasarkemis Rajeg Cikupa 443 1.883 249 1.845 720 96 Jumlah 5.236 Golongan II Di Cidurian UPTD Cidurian Balaraja Kresek 1.217 2.567 1.225 Jumlah 5.009 Jumlah seluruhnya 30.803 Sumber : Rencana Kinerja Diperta Kabupaten Tangerang 2004 5.4 Sumberdaya Manusia 5.4.1 Kependudukan Penduduk sebagai faktor dominan dalam pertumbuhan dan merupakan potensi yang cukup efektif dalam pelaksanaan pembangunan. Jumlah penduduk yang besar disertai dengan kualitas yang tinggi menjadi syarat penting bagi keberhasilan pembangunan. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2003, jumlah penduduk Kabupaten Tangerang sebesar 3.195.737 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 7,12 Persen per tahun. Kepadatan penduduk sebesar 2.878 jiwa per Km 2 . Di bandingkan dengan tahun sebelumnya, Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan yaitu 2.983.384 jiwa pada tahun 2002 menjadi 3.195.737 jiwa pada tahun 2003.

5.4.2 Ketenagakerjaan

Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh adanya mutasi penduduk yang lahir, mati, pindah dan datang secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ketenagakerjaan dan lapangan usaha. Bertambahnya jumlah penduduk, usia kerja juga akan meningkat. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut harus diimbangi dengan jumlah kesempatan kerja yang ada, sehingga diharapkan dapat menekan tingkat pengangguran BPS,2000. Dari jumlah penduduk usia kerja yaitu sebesar 2.525.386 jiwa, menurut Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang, ternyata di Kabupaten Tangerang terdapat 1,28 persen 32.454 jiwa yang sedang mencari kerja pada tahun 2003, dimana jumlah pencari kerja dengan tingkat pendidikan SLTA merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 21.031 jiwa 64,80 persen disusul oleh tingkat pendidikan SLTP yaitu sebesar 7.051 jiwa 1,73 persen. Peningkatan jumlah pencari kerja berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2003 meningkat pesat jika dibandingkan dengan tahun 1994. Pada tahun 1994 jumlah tenaga kerja yaitu sebesar 17.622 jiwa, dimana jumlah pencari kerja dengan tingkat pendidikan SLTA merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 10.903 jiwa. Tabel. 5. Penduduk Berumur 10 Tahun ke-atas Mencari Kerja di Kabupaten Tangerang Menurut Tingkat Pendidikan Periode 1994-2003 Jumlah Tenaga Kerja Tingkat Pendidikan Tahun 1994 Tahun 2003 SD SLTP SLTA D3S1 882 5.144 10.903 638 797 7.051 21.031 3.558 Total 17.622 32.454 Sumber : Kantor Departemen Tenagakerja Kabupaten Tangerang,Tahun 1994-2003 Semakin bertambahnya jumlah pencari kerja, menyebabkan semakin besarnya kebutuhan untuk penyediaan lapangan usaha, sehingga tingkat daya serap tiap-tiap lapangan usaha terhadap angkatan kerja semakin besar. Dilihat menurut Kecamatan, ternyata Kecamatan yang memiliki perusahaan industri yang banyak akan berpengaruh sekali terhadap jumlah pencari kerja. Untuk Kecamatan Pasar Kemis, Balaraja dan Cikupa jumlah pencari kerja merupakan yang terbanyak yaitu masing-masing 5.444 jiwa, 5.160 jiwa dan 4.330 jiwa pencari kerja. Kecamatan Sepatan, Jambe dan Kosambi merupakan Kecamatan dengan jumlah pencari kerja yang paling sedikit yaitu masing-masing 115 jiwa, 123 jiwa dan 133 jiwa. Tenaga kerja yang ada di Kabupaten Tangerang pada tahun 2003 banyak terserap oleh sektor industri pengolahan yaitu sebanyak 236.104 tenaga kerja dari 1.669 perusahaan, disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menyerap 24.362 tenaga kerja dari 627 perusahaan. Sektor pertambangan dan penggalian hanya 6 orang tenaga kerja yang terserap oleh satu perusahaan. Tabel 6. Jumlah Perusahaan berdasarkan Lapangan Usaha dan Penggunaan Tenaga Kerja di Kabupaten Tangerang Tahun 2003 Lapangan Usaha Perusahaan Tenaga Kerja Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas dan Air minum Bangunankonstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengankutan dan Kominikasi Keuangan, persewaan dan jasa Perusahaan Jasa – jasa 94 1 1.669 5 71 627 41 86 142 4.379 6 236.104 273 4.136 24.362 2.042 5.370 7.960 Total 2.736 284.632 Sumber : Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tangerang 2003

5.5 Aksesibilitas dan Transportasi

Kabupaten Tangerang berada dalam jalur lalu-lintas perhubungan utama antara pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Posisi strategis ini merupakan potensi yang sangat besar guna meningkatkan aktivitas perekonomian, beberapa fasilitas transportasi dapat menjadi sumber pendapatan yang cukup besar, antara lain Bandar Udara Soekarno-Hatta yang merupakan jalan di Kabupaten Tangerang yang berstatus jalan negara tercatat membentang pada jalur perhubungan dari Kabupaten Tangerang ke Kabupaten Serang maupun ke Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Jalan tersebut merupakan jalan kelas B yang kondisinya 75 persen dalam keadaan baik dan terpelihara, serta hanya 23 persen dalam kondisi sedang. Jaringan jalan yang terdapat di Kabupaten Tangerang menurut statusnya terdiri dari jalan negara, jalan propinsi, jalan kabupaten serta jalan Tol Jakarta – Merak. Jalan tersebut melintasi beberapa kecamatan seperti Ciledug, Curug, Cikupa dan Pasar Kemis. Jika ditinjau dari jenisnya, jumlah terminal di daerah ini berjumlah delapan buah, yaitu terminal yang melayani angkutan penumpang regional maupun lokal, sedangkan untuk angkutan penumpang yang ada di Kabupaten meliputi trayek angkutan antar kota, antara kecamatan dan antar pedesaan. Pelabuhan udara yang berada di Kabupaten Tangerang yaitu, PLP Curug atau Bandara Budiarto Curug yang berlokasi di Kecamatan Legok yang berfungsi sebagai sarana pendidikan dan latihan penerbangan. Selain itu terdapat pula Bandara Udara Pelita Air Service yang berlokasi di Kecamatan Pamulang dan berfungsi sebagai sarana penerbangan Pertamina. Pelabuhan laut di Kabupaten Tangerang ada dua yaitu, di Kecamatan Mauk dan Teluk Naga. Pelabuhan ini dimanfaatkan sebagai pendaratan nelayan dan tempat pelelangan ikan. Diarahkannya obyek wisata Bahari di Pantai Utara Tangerang, maka fasilitas pelabuhan laut mulai dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Sampai saat ini terdapat beberapa daerah yang mengalami kesulitan dalam hal aksesibilitas antara lain : Kecamatan Kresek, Kemiri dan Pakuhaji. Rendahnya aksesibilitas daerah-daerah tersebut, salah satu penyebabnya adalah tingginya tingkat kerusakan jalan Propinsi dan jalan Kabupaten. Sulitnya aksesibilitas akan menghambat perkembangan ekonomi masyarakat diantaranya menyebabkan tidak stabilnya harga hasil pertanian.

5.6 Karakteristik Perekonomian