Definisi Operasional METODE PENELITIAN

2. Pengujian parameter secara keseluruhan, dimaksudkan untuk melihat pengaruh bersama-sama antara variabel bebas dengan variabel tak bebas secara keseluruhan. Hipotesa yang digunakan : H : b 1 = b 2 = ……= 0 H 1 : Ada yang tidak sama dengan nol Uji statistik yang digunakan : JKR k-1 JKG n-k JKR = Jumlah kuadrat regresi JKG = Jumlah kuadrat galat k = Jumlah variabel terhadap intersep n = Jumlah pengamatan sampel Kaidah pengujian : Jika t hit t tabel maka terima H Jika t hit t tabel maka tolak H Jika hasil pengujian menolak H , maka model tepat untuk meramalkan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tak bebas.

4.3 Definisi Operasional

F hit = ….………………………………. .......12 1. Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non pertanian Ha Seluruh sawah yang dikonversi kepenggunaan non pertanian. Diukur dalam satuan hektar. 2. Lahan Pertanian Lahan yang dikuasai dan pernah diusahakan untuk pertanian selama setahun yang lalu. Lahan tersebut antara lain : lahan sawah, huma, ladangtegalkebun, kolamtebatempang, tambak, lahan perkebunan, hutan, dan lahan untuk pengembalaanpadang rumput. 3. Lahan bukan pertanian a. Lahan bangunan dan halamanpekarangan adalah lahan untuk bangunan rumah serta halaman. b. Lahan tidur adalah lahan yang biasanya digunakan untuk usaha pertanian tetapi tidak dimanfaatkan lebih dari dua tahun. 4. Lahan Sawah Lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang gelengan, saluran untuk menahanmenyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah. 5. Lahan Sawah irigasi Lahan sawah yang mendapatkan air dari sistem irigasi baik bangunan penyadap dan jaringannya dikelola oleh instansi pemerintah. 6. Lahan sawah tanpa irigasi a. Sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air hujan. b. Sawah pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. c. Sawah lainnya adalah lahan sawah lebak, polder, lahan rawa yang di tanami padi dan lain-lain. 7. Kontribusi Sektor Non Pertanian Data PDRB yang dipakai adalah PDRB Propinsi Banten dan Kabupaten Tangerang berdasarkan harga konstan tahun 1993. Kontribusi sektor non pertanian dalam PDRB diperoleh dari jumlah keseluruhan PDRB Kabupaten Tangerang dikurangi kontribusi sektor pertanian. 8. Produktivitas Lahan tonha Besarnya nilai produktivitas lahan secara langsung menunjukkan pendapatan kotor petani dari suatu lahan. 9. Pertambahan Panjang Jalan Aspal km Proksi dari kualitas sarana dan prasarana transportasi 10. Kebijakan Pemerintah Sebelum dan saat diberlakukannya otonomi daerah.

BAB V KARAKTERISTIK DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN TANGERANG

5.1. Kondisi Geografis dan Administrasi

Kabupaten Tangerang terletak di Bagian Timur Propinsi Banten dan di Bagian Barat Laut Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 1.110.38 Km 2 . Berada pada koordinat 106°. 20’ - 106°.43’ Bujur Timur dan 6°.00’ - 6°.20’ Lintang Selatan, dengan batas – batas wilayah : 1. Sebelah Utara dengan Laut Jawa 2. Sebelah Timur dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang 3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bogor 4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang dan Lebak. Wilayah Kabupaten Tangerang secara administratif mengalami beberapa kali pemekaran. Berdasarkan Undang–undang No. 2 Tahun 1993, wilayah Kabupaten Tangerang telah dimekarkan menjadi dua wilayah dengan terbentuknya Kotamadya Tangerang. Pembagian wilayah setelah dikurangi oleh Kotamadya Tangerang dan dengan adanya pemekaran, maka wilayah menjadi 19 kecamatan, enam wilayah Pembantu Bupati, tujuh Perwakilan Kecamatan dan 316 Desa. Pada tahun 2000, wilayah administratif mengalami pemekaran kembali menjadi 24 kecamatan dengan 325 Desa dan pada tahun 2001, wilayah Kabupaten Tangerang secara administratif menjadi 26 Kecamatan dengan 328 Desa.