baru, diantaranya seperti ; 1 tingkat produktivitas lahan sawah baru yang belum tentu menyamai produktivitas lahan sawah yang terkonversi, sehingga
membutuhkan penerapan teknologi baru yang tepat guna dan penyuluhan usahatani dikawasan baru yang bukan merupakan persoalan sederhana, 2
ketersediaan sumberdaya air SDA yang belum tentu menyamai ketersediaan SDA kawasan yang terkonversi, sehingga dibutuhkan sejumlah anggaranbiaya
yang diperuntukkan bagi pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi baru. Dampak kerugian yang dirasakan akibat terjadinya konversi lahan sawah tidak
hanya dirasakan pada tingkat petani, namun akan berdampak lebih lanjut terhadap keberlangsungan perekonomian di wilayah Kabupaten Tangerang.
6.2.4 Manfaat Alih fungsi Lahan Sawah di Tingkat Wilayah
Berdasarkan data Lampiran 2, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB dari tahun 1994-2003 secara umum menurun, namun penurunan sektor pertanian
ini diimbangi dengan laju pertumbuhan sektor lainnya terutama sektor industri yang terus meningkat. Pada tahun 1994, sektor pertanian mampu memberikan
kontribusinya sebesar 12,87 persen, namun mengalami penurunan menjadi 10,31 persen pada tahun 2003, sedangkan untuk sektor industri pengolahan pada tahun
1994 mampu memberikan kontribusinya yaitu sebesar 51,11 persen dan meningkat menjadi 54,63 persen pada tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa di
Kabupaten Tangerang telah terjadi moderenisasi struktur perekonomian, dimana telah terjadinya penurunan peran sektor primer sektor pertanian yang diikuti
dengan meningkatnya peran sektor sekunder sektor industri terhadap PDRB. Di tingkat wilayah, lahan sawah memberikan nilai pajak yang relatif lebih
rendah dibandingkan nilai pajak lahan untuk penggunaan industri dan perumahan.
Sebagaimana menurut Soliha 2002, untuk luasan lahan sawah 100 m
2
dengan nilai jual lahan sawah per meter Rp 20.000 pajak bumi dan bangunan yang harus
dibayar sebesar Rp 3000, sedangkan untuk lahan pekarangan seluas 100 m
2
dengan nilai jual lahan Rp 50.000 per meter dan bangunan rumah seluas 50 m
2
dengan nilai jual per meter Rp 310.000 dikenakan pajak sebesar Rp 12.000. Pajak lahan-lahan yang dipakai untuk perumahan dan industri memberikan
nilai pajak yang lebih tinggi karena dalam perhitungan pajak, lahan-lahan tersebut telah mengalami pematangan dari lahan basah menjadi lahan kering dan
pembangunan yang membutuhkan investasi cukup besar, sehingga nilai lahan perumahan dan industri lebih tinggi dibanding lahan sawah. Berdasarkan hal
tersebut, dari luasan lahan sawah yang sama setelah berubah status memberikan nilai pajak bumi dan bangunan yang lebih tinggi Tabel 13. Semakin besar nilai
kumulatif pajak bumi dan bangunan maka semakin besar kontribusinya terhadap penerimaan pemerintah daerah tersebut. Hal ini karena pajak bumi dan bangunan
merupakan salah satu komponen penyusun penerimaan pemerintah daerah. Tabel 13. Perkembangan PAD Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran
19941995, 19971998, 20002001 dan 2003 dalam Juta Rupiah
Uraian Penerimaan
Th Anggaran
19941995 Th
Anggaran 19971998
Th Anggaran
20002001 Th
Anggaran 2003
Pajak Daerah 9.046,851
15.089,750 26.943,320
54.635 Retribusi Daerah,
BUMD dan Pendapatan Lain
23.319,194 25.378,48
16.174 55.830,89
Jumlah PAD 32.366,045
40.468,23 43.117,32
110.465,89
Sumber : Tangerang dalam angka, tahun 1994-2003
Data perkembangan PAD Kabupaten Tangerang tahun anggaran 1994- 2003 menunjukkan telah terjadi peningkatan, dimana pada tahun anggaran
19941995 PAD yang diperoleh yaitu sebesar Rp 32.366,045 juta dan meningkat
menjadi Rp 110.456,89 juta pada tahun anggaran 2003. Peningkatan pajak daerah memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap jumlah PAD yang diperoleh
Kabupaten Tangerang. Pajak daerah pada tahun anggaran 19941995 yaitu sebesar Rp 9.046,851 juta dan meningkat menjadi Rp. 54.635 juta. Peningkatan jumlah
PAD yang berasal dari penerimaan pajak daerah, diduga merupakan dampak dari semakin banyaknya penyediaan fasilitas-fasilitas pelayanan yang diberikan
pemerintah daerah seperti pemberian surat izin untuk pendaftaran perusahaan, pembuatan reklame dan perizinan lainnya yang menandakan semakin pesatnya
perkembangan perekonomian di Kabupaten Tangerang. Prioritas kebijakan Pemerintah Kabupaten Tangerang mengenai
pengalokasian penggunaan lahan, perlu mempertimbangkan manfaat maupun kerugian yang akan berdampak terhadap kesejahteraan petani dan secara tidak
langsung akan berdampak terhadap perkembangan struktur perekonomian wilayah. Seiring dengan terjadinya konversi lahan sawah ke penggunaan non
pertanian, ternyata peningkatan aktivitas usaha lain non pertanian dapat memberikan manfaat yaitu dengan cara diciptakannya lapangan kerja baru bagi
mereka yang telah mengorbankan lahan sawahnya yang dialih fungsikan. Pengalokasian penggunaan lahan hendaknya mengacu pada potensi wilayah yang
bersangkutan, guna mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya sumberdaya manusia maupun suberdaya alam yang tersedia.
6.3 Struktur Perekonomian Wilayah Kabupaten Tangerang