penelitian ini dikaji dampak kerugian terhadap produksi dan nilai produksi yang hilang, pendapatan usahatani yang hilang dan hilangnya investasi akibat konversi
lahan sawah.
6.2.1 Produksi dan Nilai Produksi yang Hilang
Produksi padi yang hilang sebagai dampak langsung dari konversi lahan sawah dipengaruhi antara lain oleh ; a luas lahan sawah yang terkonversi, b
pola tanam yang diterapkan dan c produktivitas usahatani padi Pakpahan et al. 1993. Asumsi yang digunakan dalam menghitung produksi dan nilai produksi
yang hilang akibat konversi lahan sawah pada periode 1994-2003 adalah pola tanam yang dilakukan konstan, produktivitas dari ke empat jenis sawah
terkonversi adalah sama serta diestimasi dengan harga 2003. Secara umum, rata-rata produktivitas padi sawah selama periode 1994-
2003 per tahun adalah sebesar 6,54 tonha. Produksi padi per hektar per tahun yang hilang di lokasi penelitian adalah seperti tercantum pada Tabel 10. Rata-rata
kehilangan produksi padi per hektar lahan sawah yang terkonversi adalah sekitar 3.588,11 ton per tahun. Secara total dengan asumsi apabila lahan itu tidak di
konversi sehingga petani tetap mengusahakan tanaman padi sawah, maka jumlah produksi padi sawah yang hilang dalam periode 1994 – 2003 adalah sebesar
35.881,05 ton. Jika diasumsikan harga 1 ton gabah kering giling GKG adalah Rp 1.350.000, maka kehilangan nilai produksi tersebut menjadi 35.881,05 ton x Rp
1.350.000 per ton = Rp 48.439.417.500, sedangkan rata-rata hilang per tahunnya adalah sebesar Rp 4.843.941.750 atau sekitar Rp 4,84 milyar.
Tabel 10. Estimasi Kehilangan Produksi Akibat Konversi Lahan Sawah di Kabupaten Tangerang Selama Periode 1994 – 2003
Luas Lahan Tahun
Produktivitas padi sawah
TonHa Terkonversi ha
Produksi yang hilang ton 1994
6,46 1995
6,53 4346
28370,55 1996
6,67 3488
23266,94 1997
6,56 -2081
-13646,96 1998
6,4 -434
-2774,87 1999
6,48 -431
-2792,73 2000
6,39 2001
6,63 14
92,78 2002
6,66 460
3064,95 2003
6,68 45
300,4
Total -
5407 35881,05
Sumber : Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Tangerang diolah
6.2.2 Pendapatan Usahatani Padi Sawah yang Hilang
Perhitungan pendapatan usahatani padi sawah yang hilang ini diestimasi berdasarakan usahatani padi sawah dijenis sawah beririgasi teknis. Pendapatan
usahatani padi sawah yang hilang akibat konversi lahan sawah dipengaruhi oleh produktivitas usahatani, biaya usahatani dan pola tanam Pakpahan et al. 1993.
Adapun yang termasuk dalam komponen biaya usahatani adalah pengeluaran untuk faktor-faktor produksi, tenaga kerja, sewa lahan dan biaya lainnya yang
harus dikeluarkan oleh petani. Menurut informasi yang diperoleh, rata-rata peluang pendapatan usahatani padi sawah per hektar dalam dua musim tanam
setiap tahunnya dapat dilihat dari Tabel 11, dimana pendapatan total diperoleh dari hasil pengurangan nilai produksi total dengan biaya total, sedangkan
perincian usahatani padi sawah berdasarakan harga tahun 2004 terdapat pada Lampiran 3.
Tabel 11. Peluang Perolehan Pendapatan Usahatani Padi sawah yang Hilang per Hektar per Tahun Akibat Konversi Lahan Sawah Selama Periode 1994
– 2003 Uraian
Masa Tanam 1 Masa Tanam 2
Total Nilai Produksi Total
Biaya Total 7.425.000
2.912.500 6.345.000
2.963.600 13.770.000
5.876.100 Pendapatan Total
4.512.500 3.381.400
7.893.900
Sumber : Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Tangerang diolah
Adapun dari informasi yang diperoleh, bahwa rata-rata penguasaan lahan per petani di Kabupaten Tangerang adalah 0,4 hektar, berarti rata-rata per tahun
dan per 0,4 hektar sawah yang dikonversi akan terdapat kehilangan peluang memperoleh pendapatan usahatani padi sawah sekitar Rp. 3.157.560. Kehilangan
peluang memperoleh pendapatan usahatani ini lebih dirasakan kerugiannya bagi petani yang berstatus penyakap dibandingkan dengan petani lain yang berstatus
pemilik. Hal ini dikarenakan petani pemilik dapat memperoleh nilai ganti rugi dari hasil penjualan sawah, sedangkan petani penyakap akan kehilangan pekerjaan dan
pendapatan dari kegiatan usahatani tersebut. Pemilikan lahan sawah yang relatif sempit, telah mendorong petani pemilik lahan untuk mencari pekerjaan di luar
sektor non pertanian guna memperoleh penghasilan tambahan demi mencukupi kebutuhan hidup.
Dampak lebih lanjut dari hilangnya pendapatan usahatani akibat semakin sempitnya lahan pertanian produktif yaitu menghasilkan kemiskinan baru di
perdesaan dan perkotaan. Hal ini dikarenakan tenaga kerja pertanian akan kehilangan pekerjaannya, dilain pihak mereka tidak punya keahlian untuk masuk
ke sektor non pertanian seperti sektor industri, sektor jasa atau sektor lainnya.
6.2.3 Nilai Investasi Irigasi yang Hilang