commuters, kegiatan pemukiman dan industri yang telah menyebabkan peningkatan kebutuhan akan infrastruktur, transportasi dan berbagai sarana
prasarana lainnya yang pada akhirnya akan mengakibatkan kecenderungan pergeseran penggunaan lahan. Masalah pergeseran penggunaan lahan,
memerlukan suatu solusi, yang salah satunya yaitu berupa kebijakan pengaturan penggunaan lahan, dimana kebijakan yang ditetapkan pemerintah daerah harus
tepat guna dan tepat sasaran. Pengembangan sektor basis merupakan kebijakan strategis dalam
pelaksanaan pembangunan. Hal ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengalokasian penggunaan lahan per sektor ekonomi yang secara umum termuat
dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah RUTRW. Pendekatan Location Quetient
LQ dengan indikator pendapatan dan tenaga kerja digunakan untuk menghasilkan sektor-sektor yang menjadi sektor basis dalam perekonomian
wilayah, sedangkan surplus pendapatan dan surplus tenaga kerja digunakan untuk mengetahui seberapa jauh suatu sektor mampu memenuhi kebutuhan sendiri
dalam menyerap tenaga kerja atau kemampuan untuk menghasilkan pendapatan. Selain menggunakan ke-dua pendekatan tersebut, akan dilakukan penghitungan
elastisitas pertumbuhan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan atau tenaga kerja pada suatu sektor akan mempengaruhi perubahan
pada total pendapatan atau penyerapan tenaga kerja.
6.3.1 Analisis Location Quetient LQ Sektor-sektor Ekonomi di Kabupaten Tangerang.
Pembahasan LQ terkait dengan sektor mana saja yang menjadi prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang selama periode 2001-2003 yang secara
implikasinya mempengaruhi penentuan pengalokasian setiap sektor. Indikator yang digunakan dalam penghitungan LQ adalah indikator pendapatan wilayah
PDRB dan indikator tenaga kerja berdasarkan lapangan usaha. Sektor basis adalah sektor yang mempunyai nilai LQ yang lebih besar dari
satu, artinya sektor tersebut telah mampu memenuhi permintaan produk sektor tersebut di daerahnya dan mempunyai potensi untuk mengekspor keluar daerah,
sedangkan sektor non basis adalah sektor yang mempunyai nilai LQ lebih kecil dari satu, dan berarti sektor tersebut harus mengimpor dari luar daerah untuk
memenuhi kebutuhan sektor tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ sektor-sektor ekonomi di
Kabupaten Tangerang dengan menggunakan indikator pendapatan selama periode 2001 – 2003, terdapat lima sektor yang berkedudukan kuat sebagai sektor basis
ekonomi wilayah dengan nilai LQ lebih besar dari satu, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor listrik gas dan air bersih, sektor industri pengolahan
dan sektor keuangan Lampiran 4. Hal ini menunjukkan bahwa kelima sektor- sektor tersebut memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam perbandingan antar
wilayah dan merupakan sektor yang berperan dalam perekonomian wilayah Kabupaten Tangerang, serta layak untuk dikembangkan.
Sektor pertanian mempunyai nilai LQ lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian bagi Perekonomian Kabupaten
Tangerang relatif besar. Luas wilayah Kabupaten Tangerang yang didominasi oleh lahan pertanian, merupakan suatu potensi yang cukup baik bagi
berkembangnya sektor pertanian. Lokasi yang strategis dengan daerah-daerah
yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi DKI Jakarta, Bogor dan Bekasi, dapat mempermudah aksesibilitas pemasaran produk pertanian.
Pada Lampiran 4 dapat dilihat bahwa sektor bangunankonstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor
jasa-jasa memiliki nilai LQ kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor-sektor tersebut bagi perekonomian Kabupaten Tangerang relatif kecil dan
masih tergantung pada daerah lain untuk memenuhi permintaan akan sektor-sektor tersebut. Banyaknya pekerja pelaju commuters dari luar wilayah Kabupaten
Tangerang, menyebabkan pendapatan yang diperoleh para pekerja banyak dipergunakan dibelanjakan di luar wilayah Kabupaten Tangerang, sehingga
peningkatan pendapatan pada sektor-sektor yang bersangkutan sektor bangunankonstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa tidak memberikan dampak positif bagi perekonomian wilayah Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan indikator tenaga kerja, pada Lampiran 5 yang termasuk dalam sektor basis perekonomian Kabupaten Tangerang selama periode 2001-2003
adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunankonstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Hal ini
berarti sektor-sektor tersebut telah mampu memenuhi permintaan tenaga kerja di dalam wilayah sendiri dan berpotensi untuk memenuhi permintaan tenaga kerja di
luar wilayah Kabupaten Tangerang. Kebijakan pembangunan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang didasari
faktor lokasi yang cukup strategis berdekatan dengan daerah pusat perekonomian dan merupakan jalur lintas antara Sumatera dan Jawa, membuat Kabupaten
Tangerang menjadi pusat perdagangan dan industri. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya penduduk Kabupaten Tangerang yang beralih mata
pencaharian yaitu dari pertanian ke sektor non pertanian. Sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor listrik gas dan air
bersih, dan sektor pengangkutan dan komunikasi tidak termasuk sektor basis karena memiliki nilai LQ lebih kecil dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa sektor
tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di wilayahnya sendiri. Sektor pertanian memiliki nilai LQ kurang dari satu dengan indikator tenaga kerja.
Hal ini merupakan suatu indikasi telah terjadi pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Rata-rata kepemilikan luas lahan yang relatif
sempit kurang dari 1 Hektar yaitu sekitar 0,4 hektar, telah menyebabkan banyak petani mencari pekerjaan lain yang lebih memberi harapan untuk mencukupi
kebutuhan hidup seperti menjadi tukangburuh bangunan, buruh industri atau membuka usaha kecil-kecilan.
6.3.2 Analisis Surplus Pendapatan dan Tenaga Kerja