6.2.3 Nilai Investasi Irigasi yang Hilang
Konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian, juga memberikan dampak kerugian bagi pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu berupa hilangnya
investasi jaringan irigasi. Pembangunan jaringan irigasi memerlukan pengeluaran yang tidak sedikit, mubazirnya investasi irigasi yang ditimbulkan konversi lahan
sawah beririgasi merupakan suatu bentuk kerugian yang mencakup investasi pembangunan jaringan irigasi yang hilang dan biaya pemeliharaan sawah per
tahunnya khususnya biaya merehabilitas jaringan irigasi. Menurut Departemen pertanian, biaya pembangunan jaringan irigasi per
hektarnya mencapai sekitar Rp 14.341.500,00 dan biaya untuk merehabilitasi jaringan irigasi adalah sekitar Rp 11.473.200,00 Hayat 2002. Berdasarkan hal
ini, dengan rata-rata konversi lahan sawah irigasi sebesar 268,4 hektar per tahunnya, maka rata-rata kerugian tiap tahun Pemerintah Kabupaten Tangerang
dari investasi yang ditanam untuk pembangunan jaringan irigasi adalah sebesar Rp 3.849.258.600. Hal ini membutuhkan perhatian dari pemerintah, selain
dikarenakan biaya anggaran yang dikeluarkan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang untuk pembiayaan sumberdaya air dan irigasi tiap tahunnya selalu
meningkat, namun disisi lain terjadinya konversi lahan sawah irigasi pun tetap terjadi yang mengakibatkan luas lahan sawah irigasi semakin menurun luasnya.
Konversi lahan sawah, pada kenyataannya memang tidak dapat dihentikan namun perlu dikendalikan. Di Kabupaten Tangerang, luas lahan terkonversi
terbesar terjadi pada tahun 19951996 yaitu sebesar 4.346 hektar, namun untuk tahun berikutnya luas lahan yang terkonversi semakin kecil, bahkan pada tahun
1997-2000 luas lahan terkonversi menunjukkan nilai negatif yang berarti telah terjadinya pencetakkan lahan sawah baru Tabel 12.
Tabel 12. Anggaran Biaya Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang 1994-2003 untuk Sumberdaya Air dan Irigasi
Tahun Anggaran
Jumlah Anggaran dalam Juta Rupiah
Luas Lahan Terkonversi Ha
19941995 28.538
19951996 82.200
4346 19961997
159.956 3488
19971998 221.550
-2081 19981999
214.714 -434
19992000 850.210
-431 20002001
964.790 20012002
4.005.112 14
20022003 9.339.000
460 2003
10.604.580 45
Sumber : Tangerang dalam Angka, tahun 1994-2003
Terjadinya penurunan luas lahan sawah yang terkonversi dan peningkatan jumlah anggaran biaya untuk sumberdaya air dan irigasi, merupakan suatu
indikasi bahwa pemerintah Kabupaten Tangerang mulai memberikan perhatian terhadap keberlangsungan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan.
Adanya pengaturan tata ruang wilayah melalui RUTRW merupakan suatu bentuk intervensi pemerintah dalam mengatur penggunaan dan pengalokasian lahan
sebagai upaya pemanfaatan ketersediaan sumberdaya secara optimal. Masalah konversi lahan sawah sangat terkait dengan kebijaksanaan
pengalokasian lahan-lahan sawah baru. Pembukaan lahan sawah baru untuk mengganti lahan sawah yang terkonversi dalam upaya meningkatkan produksi,
membutuhkan biaya yang cukup besar dan akan memungkinkan timbulnya persoalan baru. Terdapat beberapa alasan penting yang mendasari penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui kemungkinan yang terjadi dengan membuka lahan sawah
baru, diantaranya seperti ; 1 tingkat produktivitas lahan sawah baru yang belum tentu menyamai produktivitas lahan sawah yang terkonversi, sehingga
membutuhkan penerapan teknologi baru yang tepat guna dan penyuluhan usahatani dikawasan baru yang bukan merupakan persoalan sederhana, 2
ketersediaan sumberdaya air SDA yang belum tentu menyamai ketersediaan SDA kawasan yang terkonversi, sehingga dibutuhkan sejumlah anggaranbiaya
yang diperuntukkan bagi pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi baru. Dampak kerugian yang dirasakan akibat terjadinya konversi lahan sawah tidak
hanya dirasakan pada tingkat petani, namun akan berdampak lebih lanjut terhadap keberlangsungan perekonomian di wilayah Kabupaten Tangerang.
6.2.4 Manfaat Alih fungsi Lahan Sawah di Tingkat Wilayah