mempunyai keuntungan komparatif yang lebih rendah sehingga alokasi penggunaan lahan untuk pertanian akan semakin kecil.
3.1.3 Teori Ekonomi Basis Setiap wilayah memiliki faktor lokasi yang berbeda, terutama dalam hal
penyebaran sumberdaya yang menunjang kegiatan perekonomiannya, perbedaan tersebut menyebabkan setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda untuk dapat
mengembangkan sektor ekonomi tertentu sebagai sektor basis. Kondisi masing-masing wilayah menunjukkan variasi yang berbeda-beda
karena adanya perbedaan struktur perekonomian daerah yang bersangkutan. Terdapat berbagai teori yang menjelaskan sektor-sektor dalam perekonomian
regional atau perubahan-perubahan kondisi perekonomian di suatu daerah. Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menganalisa pertumbuhan regional adalah
teori basis ekonomi. Selain itu teori ini juga dapat digunakan untuk melihat peranan suatu sektor dalam perekonomian daerah baik dalam tenaga kerja maupun
pendapatan, yaitu dengan cara menentukan apakah sektor tersebut merupakan sektor basis atau bukan basis.
Hanafiah 1988 membagi kegiatan perekonomian dalam suatu wilayah menjadi kegiatan basis dan kegiatan bukan basis. Kegiatan basis merupakan
kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya dapat berupa barang dan jasa yang ditujukan untuk diekspor keluar dari lingkungan masyarakat tersebut, jadi
dapat di golongkan kepada kegiatan masyarakat yang berorientasi ke luar, regional, nasional dan internasional. Konsep efisiensi teknis maupun efisiensi
ekonomis sangat menentukan dalam pertumbuhan kegiatan basis suatu
wilayah, yaitu dalam pengertian persaingan dan prinsip perbandingan keuntungan.
Kegiatan bukan basis merupakan kegiatan masyarakat yang hasilnya, baik berupa barang maupun jasa yang diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam
kawasan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Barang-barang jadi dan pelayanan diperuntukkan bagi ruang lingkup kesejahteraan dan pasar mereka
sendiri. Konsep swasembada, mandiri, kesejahteraan dan kualitas lingkungan hidup sangat menentukan kegiatan bukan basis ini.
Thalib 1998 mengungkapkan bahwa kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam
perekonomian daerah, diantaranya : 1.
Memiliki laju pertumbuhan yang tinggi 2.
Angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar 3.
Memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi, baik ke depan atau ke belakang. 4.
Sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. Menurut Thalib 1998, kemajuan kegiatan sektor basis ditentukan oleh
beberapa penyebab, diantaranya ; 1.
Perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi 2.
Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah 3.
Perkembangan teknologi 4.
Usaha pengembangan prasarana ekonomi dan sosial Sedangkan faktor-faktor penyebab kemunduran sektor basis adalah :
1. Perubahan permintaan di luar daerah
2. Kehabisan cadangan sumberdaya alam
3. Perkembangan teknologi yang merubah komposisi input.
Thalib 1998, mengemukakan bahwa beberapa asumsi dalam menentukan sektor basis dan non basis antara lain : 1 sektor basis merupakan penggerak
utama pertumbuhan regional, 2 setiap daerah terdapat rasio tenaga kerja dan non basis konstan walaupun struktur ekonomi daerah bersangkutan berubah, 3
keseragaman produktivitas regional sektor-sektor, 4 sistem perekonomian tertutup, dan 5 spesialisasi lokal dalam produksi sehingga sesuai dengan
spesialisasinya. Teori basis ekonomi terdapat beberapa kekurangan, antara lain kekurangan
yang bersifat teknis seperti unit pengukuran, metode identifikasi dan pemilihan unit wilayah serta diabaikannya peranan impor Glasson, 1977. Walaupun
memiliki kekurangan-kekurangan seperti yang telah diuraikan, teori basis ekonomi tetap relevan dalam analisa dan perencanaan regional serta bermanfaat
dalam usaha memahami struktur ekonomi suatu wilayah. Menurut Glasson 1977 terdapat beberapa teknik untuk menentukan yang
menjadi sektor basis dan sektor non basis, diantaranya metode pengukuran langsung dan metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung
adalah metode yang dilakukan menurut survei langsung untuk dapat menentukan sektor basis, sedangkan metode pengukuran tidak langsung dapat menggunakan
tiga metode yaitu ; 1 metode Arbiter, yaitu metode yang langsung membagi suatu perekonomian ke dalam kategori ekspor dan non ekspor tanpa melakukan
penelitian spesifik di tingkat lokal, 2 metode Location Quotient LQ, yaitu metode analisa yang membandingkan peranan suatu sektor tertentu dalam suatu
wilayah dengan peranan sektor tersebut dalam wilayah yang lebih luas, 3
metode kebutuhan minimum, merupakan modifikasi dari metode LQ dengan menggunakan distribusi minimum dari employment yang diperlukan untuk
menunjang sektor regional. Selanjutnya Glasson 1972, menyarankan untuk menggunakan metode
LQ dalam menentukan sektor basis dan sektor non basis. Keunggulan metode LQ
yaitu metode yang tergolong sederhana dalam menentukan atau memilih kegiatan ekonomi yang akan di kembangkan di suatu wilayah, atau dalam menentukan
lokasi bagi suatu kegiatan ekonomi. Dasar ukuran penggolongan dalam perhitungan metode LQ dapat berbeda,
sesuai dengan kebutuhan atau tujuan penggolongan. Penggunaan besaran sebagai ukuran mempunyai nilai yang bermacam-macam Kadariah, 1985, yaitu :
1. Pendapatan, merupakan besaran yang digunakan untuk mengetahui hubungan
lokasi suatu kegiatan dengan pasarnya. 2.
Nilai tambah, merupakan besaran yang digunakan untuk membandingkan satuan kegiatan dengan daya produksi buruh secara keseluruhan.
3. Penduduk, merupakan besaran yang digunakan untuk mengetahui hal-hal yang
menyangkut keadaan dan kriteria kesejahteraan serta pemerataan. 4.
Area kawasan, merupakan besaran yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya faktor yang memperkuat atau memperlemah satuan kegiatan.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam metode LQ diantaranya dikemukakan oleh Kadariah 1985, yaitu permintaan wilayah akan suatu barang
pertama-tama akan dipenuhi oleh hasil produksi wilayah itu sendiri, jika jumlah yang diminta melebihi jumlah produksi wilayah, maka kekurangan akan diimpor.
Asumsi lain yang digunakan antara lain adalah ; 1 keseragaman pola konsumsi
atau permintaan dan selera, 2 keseragaman kebutuhan sarana produksi untuk proses produksi dan produktivitas tenagakerja dan 3 keseragaman tingkat
pendapatan di tingkat regional dan nasional. Sedangkan untuk analisis LQ ini menurut Kadariah 1985 terdapat
beberapa kelemahan yaitu : 1. Analisisnya bersifat statis sehingga tidak dapat menangkap kemungkinan
perubahan-perubahan yang terjadi untuk waktu yang akan datang. 2. Walaupun suatu sektor memiliki nilai LQ lebih besar dari satu, belum menjadi
jaminan sektor tersebut mampu bersaing.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pembangunan ekonomi di pandang sebagai bagian dari keseluruhan