atau permintaan dan selera, 2 keseragaman kebutuhan sarana produksi untuk proses produksi dan produktivitas tenagakerja dan 3 keseragaman tingkat
pendapatan di tingkat regional dan nasional. Sedangkan untuk analisis LQ ini menurut Kadariah 1985 terdapat
beberapa kelemahan yaitu : 1. Analisisnya bersifat statis sehingga tidak dapat menangkap kemungkinan
perubahan-perubahan yang terjadi untuk waktu yang akan datang. 2. Walaupun suatu sektor memiliki nilai LQ lebih besar dari satu, belum menjadi
jaminan sektor tersebut mampu bersaing.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pembangunan ekonomi di pandang sebagai bagian dari keseluruhan
pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Dalam suatu negara, laju pembangunan ekonomi ditunjukkan dengan semakin meningkatnya pertambahan
Produk Domestik Bruto Gross Domestic Product atau GDP. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya pendapatan perkapita penduduk yang merupakan suatu
cerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masayarakat di suatu wilayah. Peningkatan pendapatan perkapita ini sebagai dampak dari
pertambahan aktivitas kegiatan ekonomi di dalam suatu masyarakat. Pergeseran struktur ekonomi merupakan suatu proses perubahan peran
masing-masing sektor ekonomi terhadap output nasional dan kemampuannya menyerap angkatan kerja. Hal ini merupakan suatu bentuk modernisasi dalam
struktur ekonomi tradisionil sebagai dampak dari pembangunan ekonomi yang semakin maju. Pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi, tanpa mempertimbangkan aspek sosial dan aspek lingkungan akan memberikan dampak negatif, yang salah satunya yaitu dengan terjadi konversi
lahan sawah ke penggunaan non pertanian. Terjadinya konversi lahan sawah yang semakin besar seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin maju,
merupakan suatu indikasi bahwa tingkat pendayagunaan lahan bagi sektor pertanian masih rendah. Hal ini akan berdampak pada kemampuan sektor
pertanian dalam memberikan kontribusinya terhadap PDRB dan kemampuannya menyerap angkatan kerja.
Arah perkembangan perekonomian ke sektor industri, perdagangan dan jasa akan memberikan dorongan yang kuat terhadap terjadinya perubahan
penggunaan lahan. Pemerintah membutuhkan lahan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung arah kebijaksanaanya seperti lokasi untuk
industri, perdagangan, pergudangan, jaringan infrastruktur dan fasilitas lainnya. Hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap lahan, namun disisi lain
ketersediaan lahan terutama di perkotaan sangat terbatas, akibatnya akan terjadi pemekaran kota gentrifikasi kota, sehingga akan menyebabkan konversi lahan
sawah untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perubahan penggunaan lahan secara besar-besaran dari lahan pertanian ke
penggunaan non pertanian sebagai dampak dari semakin tingginya kompetisi dalam penggunaan lahan, menyebabkan ketersediaan lahan bagi penggunaan
sektor pertanian dan sebagai lapangan usaha bagi petani akan semakin sempit. Dampak lebih lanjut dari perubahan penggunaan lahan ini, yaitu akan semakin
besarnya mobilitas tenaga kerja sektor pertanian ke sektor non pertanian dan semakin menurunnya luas lahan pertanian yang akan berpengaruh terhadap
produksi dan produktivitas sektor pertanian. Kedua hal ini dapat dilihat dengan semakin menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB dan
kemampuannya menyerap angkatan kerja. Semakin kecilnya luas lahan pertanian khususnya lahan sawah akan
memberikan dampak kerugian, yaitu hilangnya jumlah produksi dan nilai produksi padi, hilangnya pendapatan usahatani padi dan hilangnya investasi
irigasi. Derita kerugian ini tidak hanya berdampak pada petani saja namun akan berdampak pula terhadap perekonomian wilayah. Penurunan peran sektor
pertanian yang diimbangi dengan laju pertumbuhan sektor lainnya terutama sektor industri dan bangunan akibat terjadi konversi lahan, ternyata juga memberi
manfaat yaitu berupa peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD yang diperoleh dari tingginya pajak bumi dan bangunan PBB. Hal ini dikarenakan pajak lahan
yang digunakan untuk perumahan dan industri memberikan nilai pajak yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pajak lahan penggunaan lahan sawah.
Terjadinya perubahan peran masing-masing sektor ekonomi, dimana telah terjadinya penurunan peran sektor primer sektor pertanain dan sektor
pertambangan dan galian dan meningkatnya peran sektor skunder sektor industri, sektor listrik dan sektor bangunan dan sektor tersier sektor
perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa terhadap output nasional dan kemampuannya menyerap angkatan kerja, akan berdampak terhadap struktur
perekonomian wilayah. Hal ini dapat dilihat dengan dua indikator yaitu : 1 kontribusi yang diberikan masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB dan 2
kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menyerap angkatan kerja.
Untuk lebih mengarahkan suatu prioritas pembangunan di suatu wilayah, dapat di analisis dengan melihat potensi suatu sektor dan peranannya terhadap
perekonomian wilayah yang bersangkutan. Implikasi akhir mengenai sektor- sektor yang perlu dikembangkan pada suatu wilayah dapat dilihat dari kontribusi
sektor tersebut, yaitu dengan mengetahui sektor-sektor yang menjadi sektor basis di suatu wilayah, selain itu juga perlu adanya suatu kebijakan yang dapat
dijadikan sebagai dasar untuk mencapai keseimbangan antar sektor ekonomi
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Operasional Pergeseran Penggunaan Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian.
Dampak konversi lahan sawah
Kondisi Perekonomian Kabupaten Tangerang Pembangunan Ekonomi
Pergeseran Struktur Ekonomi
Pergeseran struktur penggunaan lahan Lahan pertanian ke non
pertanian Perubahan peran sektor
pertanian primer ke sektor non pertanian
skunder dan tersier
SaranImplikasi kebijakan
Analisis Regresi Linear berganda
Konversi lahan Sawah ke Non
pertanian Kemampuan
Menyerap angkatan
kerja Kontribusi
terhadap Produk
Domestik Bruto
PDRB
Analisis Location Quetient LQ
, Analisis Surplus
Pendapatantenag a kerja, Analisis
Elastisitas Pertumbuhan
pendapatantenaga kerja
3.3 Hipotesis Penelitian