mendatang adalah paling tepat dilaksanakan dengan mendorong sektor prioritas, yaitu meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor
pengangkutan dan komunikasi. Mengingat bahwa kemajuan sektor perdagangan, hotel dan restotan tergantung dari tersedianya sumber daya listrik yang cukup,
maka sektor itu perlu dibenahi dengan serius. Karena selama ini sektor listrik dan gas merupakan sektor yang lambat perkembangannya yaitu 1,076 juta rupiah.
b. Proportional Share
Keenam, menghitung Proportional Share, dengan cara membagi PDRB Sumatera Utara tahun 2009 dengan PDRB Sumatera Utara tahun 2005 pada masing-masing
sektor. Misalanya untuk sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Rp. 20.574,43,- dibagi Rp. 15.984,93. Hasilnya sama dengan Rp. 1,2871,- Demikian seterusnya
dengan sektor-sektor yang lain. Ketujuh, kurangkan hasil pembagian PDRB Sumatera Utara 2009 dengan PDRB
Sumatera Utara tahun 2005 masing-masing sektor dengan hasil pembagian Total PDRB Sumatera Utara tahun 2009 dengan total PDRB Sumatera Utara tahun
2005. Misalnya untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp. 1.2871 – Rp. 1.2692 Hasilnya Rp. 0,0179,- . Demikian seterusnya dengan sektor-sektor yang
lain. Kedelapan, untuk memperoleh nilai proportional share, kalikan nilai PDRB
masing-masing sektor tahun 2005 dengan hasil pengurangan tersebut di atas. Misalnya untuk Sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp. 213.9274 dikali Rp.
0,0179 hasilnya sama dengan Rp. 3.8363,-. Demikian seterusnya dengan sektor-
Universitas Sumatera Utara
sektor yang lainnya. Sehingga dapat terlihat pergeseran setiap sektor dengan lebih terperinci.
Berdasarkan hasil analisis komponen proporsional share, bagi sektor yang bertanda positif dapat dikatakan sektor yang maju, sedangkan sektor yang bertanda
negatif sebagai sektor yang tidak maju. Sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa merupakan sektor yang tumbuh cepat, berdasarkan hasil
proportional share mengindikasikan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa di Kota Tebing Tinggi tetap merupakan sektor yang maju, namun
bergerak lambat.
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Proportional Shift P Kota Tebing Tinggi
No Sektor
E E
r,i,t-n N,I,t
E E
N,I, t-n
N,t
E
d
N,t-n
P
a b
c
b - c a x d
1 Pertanian
17.97827 1.1954
1.2692 -0.0738
-1.3269
2 Pertambangan dan
Penggalian
0.79456 1.2310
1.2692 -0.0382
-0.0304
3 Industri Pengolahan
134.3643 1.1723
1.2692 -0.0968
-13.0122
4 Listri, Gas dan Air
Minum
4.07459 1.1394
1.2692 -0.1298
-0.5290
5 Bangunan
70.3452 1.3695
1.2692 0.1004
7.0598
6 Perdagangan, Hotel
dan Restoran
213.9274 1.2871
1.2692 0.0179
3.8363
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
149.5232 1.4405
1.2692 0.1713
25.6093
8 Keuangan dan Jasa
77.99555 1.4593
1.2692 0.1901
14.8268
9 Jasa-jasa
207.4645 1.3532
1.2692 0.0841
17.4398
Jumlah
876.4675 11.648
11.4226 0.2250
53.8734
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Keadaan ini tercermin dari nilai komponen proporsional share sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang bertanda positif yaitu sebesar 3.8363 juta rupiah.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga dengan sektor jasa-jasa yang memiliki nilai sebesar 17.4389 juta rupiah merupakan sektor yang maju. Sedangkan untuk sektor lainnya, seperti
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air merupakan sektor yang lambat, karena memiliki nilai
proportional share yang bertanda negatif. Kesembilan, mengalikan hasil bagi PDRB Sumatera Utara tahun 2009 dengan
tahun 2005, dengan PDRB Tebing Tinggi tahun 2005 pada masing-masing sektor. Misalnya untuk Sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp. 1.2871 x Rp. 213.9274
= Rp. 275.3459,-. Demikian seterusnya untuk masing-masing sektor.
c. Komponen Differential ShiftKomponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah