Bentuk-Bentuk Tindak Kriminalitas Berita

kejahatan pada KUHP dan Undang-Undang Narkotika yang kemudian menjadi kategorisasi penelitian. Bentuk-bentuk tindak kriminalitas tersebut, yaitu: a. Pencurian Pencurian berasal dari kata curi. Curi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki arti mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Dalam hukum kriminal, pencurian adalah pengambilan propeti milik orang lain secara tidak sah tanpa seizin pemilik. 58 Pencurian melanggar pasal 362 KUHP yang berbunyi: “Barang siapa mengamil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.” b. Tindak asusila dan kesopanan Tindak pidana kesusilaan ini paling sulit untuk dirumuskan karena kesusilaan dan kesopanan merupakan hal yang relatif dan subjektif. Misalnya, laki-laki dan perempuan berciuman di tempat umum adalah hal yang biasa di Amerika Serikat tetapi akan sangat berbeda apabila dilakukan di Indonesia. Walaupun demikian ada pula bagian tindak pidana kesusilaan yang bersifat universal apabila tindakan tersebut berhubungan dengan nafsu seksual. Menurut Prodjodikoro kesopanan pada umumnya mengenai adat kebiasan yang baik dalam hubungan berbagai anggota masyarakat 58 https:www.wikipedia.orgwikipencurian diakses pada 15 Agustus 2015 pukul 13.00 wib sedangkan kesusilaan juga mengenai adat kebiasaan yang baik itu, tetapi khusus setidaknya mengenai kelamin seks seseorang. 59 Dalam Buku II KUHP tentang Kejahatan, titel XIV memuat dua macam tindak pidana yaitu tindak pidana melanggar kesusilaan dan tindak pidana melanggar kesopanan yang bukan kesusilaan. 60 Kejahatan yang termasuk dalam tindak pidana yang melanggar kesusilaan termuat dalam pasal 281-299 dan yang termasuk dalam tindak pidana yang melanggar kesopanan termuat dalam pasal 300- 303. Jenis-jenis tindak asusila dan kesopanan antara lain: 1 Perkosaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “perkosa, memerkosa” memiliki arti menundukan dengan kekerasan, memaksa dengan kekerasan. Perkosaan adalah suatu tindakan kriminal berwatak seksual yang terjadi ketika seseorang atau lebih memaksa orang lain untuk melakukan hubungan seksual secara paksa baik dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Unsur terpenting dari tindak pidana pemerkosaan adalah adanya ketidakinginan atau penolakan pada apapun bentuk-bentuk perhatian yang bersifat seksual. Perkosaan tercantum dalam Pasal 289 KUHP yang berbunyi: “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun “. 59 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, h. 111 60 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama, 2003, h. 111 2 Perzinahan Perzinahan tidak sama halnya dengan perkosaan. Hal ini dikarenakan definisi perzinahan dalam KUHP adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang salah satu atau keduanya terikat perkawinan dan diadukan oleh istri atau suami pelaku zina serta dilakukan atas dasar suka sama suka atau tidak adanya paksaan. Perzinahan diatur dalam KUHP pasal 284 dengan hukuman paling lama sembilan bulan penjara. Agar dapat termasuk dalam pasal ini maka persetubuhan itu harus dilakukan dengan atas dasar suka sama suka, tidak boleh adanya ancaman atau paksaan oleh salah satu pihak. Bukanlah dikatakan zina apabila persetubuhan itu dilakukan dengan paksaan Pasal 285, persetubuhan dengan perempuan dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya Pasal 286, dan persetubuhan dengna perempuan yang belum cukup umur lima belas tahun Pasal 287. 61 Dalam hukum Islam, perzinahan dibagi menjadi dua macam, yaitu zinah muhshan, yaitu perzinahan yang dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai pasangan yang sah sudah menikah dan zinah ghayru muhshan, yaitu perzinahan yang dilakukan orang yang belum pernah menikah. Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar dan perbuatan yang dilaknat oleh Allah. Sebagaimana terdapat dalam Al-quran: 61 http:www.kompasiana.comsagitapurnomopasal-284-jadi-celah-muda-mudi-untuk- berzina_551f640c813311612c9df318 diakses pada 19 Agustus 2015 pukul 10.00 wib                               Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Q.S. Al-Isra 17:32 Hukumnya menurut agama Islam untuk para pezina adalah sebagai berikut: 62 1 Jika pelakunya sudah menikah melakukannya secara sukarela tidak dipaksa atau tidak diperkosa, mereka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam. 2 Jika pelakunya belum menikah, maka mereka didera dicambuk 100 kali. Kemudian diasingkan selama setahun Namun dalam hukum di Indonesia yang dikategorikan sebagai perzinahan adalah aktivitas seksual yang dilakukan oleh wanita dan laki-laki yang salah satu atau keduanya telah menikah sebagaimana tercantum dalam pasal 284 KUHP. Perzinahan menurut hukum di Indonesia baru dianggap sebagai suatu tindak pidana dan dapat dijatuhkan hukuman ketika hal itu melanggar kehormatan perkawinan. Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya memasukan kategori perzinahan yang dilakukan oleh wanita dan pria yang telah menikah sebagaimana tercantum dalam KUHP tetapi juga memasukkan definisi perzinahan yang dilakukan oleh wanita 62 https:id.wikipedia.orgwikiZina diakses pada 28 Agustus 2015 pukul 15.58 wib lajang dan pria lajang sebagaimana yang diatur dalam hukum Islam. 3 Perjudian Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. 63 Definisi dari permainan yang digolongkan sebagai judi diatur dalam tindak pidana perjudian pada Pasal 303 Ayat 3 KUHP, yakni: “Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan-permainan lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.” Dari ketentuan KUHP tersebut dapat dilihat bahwa dalam permainan judi, terdapat unsur keuntungan dan pertaruhan. Jadi permainan yang bisa dianggap judi adalah jika ada yang bertaruh untuk mendapat suatu keuntungan. 4 Minuman Keras Menurut Pasal 1 Keppres No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan pengendalian Minuman Beralkohol yang dimaksud dengan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan 63 https:id.wikipedia.orgwikiPerjudian diakses pada 20 Agustus 2015 pukul 14.00 terlebih dahulu atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol. Penyalahgunaan alkohol atau tindak pidana minuman keras tercantum dalam beberapa pasal di KUHP. Diantaranya adalah pasal 300, pasal 492, pasal 536, pasal 538, pasal 539 KUHP. Pasal 300 KUHP berbunyi: 1 Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: a Barang siapa dengan sengaja menjual atau menyuruh minum minuman yang memabukkan kepada seserang yang telah kelihatan mabuk b Barang siapa dengan sengaja membuat mabuk seseorang anak yang umurnya dibawah 18 tahun c Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan sengaja memaksa orang akan minum-minuman yang memabukkan 2 Kalau perbuatan itu menyebabkan luka-luka berat pada tubuh yang bersalah dicancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun 3 Jika perbuatan itu menyebabkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun 4 Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya, akan dicabut haknya untuk menjalankan pencarian itu. c. Penganiayaan KUHP tidak memberikan perumusan apa yang dinamakan penganiayaan. Namun menurut jurisprudensi pengadilan, maka yang dinamakan penganiayaan adalah sengaja menyebabkan perasaan tidak enak penderitaan, menyebabkan rasa sakit, dan menyebabkan luka-luka. 64 Menurut Poerwodarminto, penganiayaan adalah perlakuan sewenang-wenang dalam rangka menyiksa atau menindas orang lain. 65 Dengan demikian, untuk menyebut seseoarang itu telah melakukan penganiayaan terhadap orang lain, maka orang tersebut harus mempunyai opzet atau suatu kesengajaan untuk menimbulkan rasa sakit pada orang lain, menimbulkan luka pada tubuh orang lain, dan merugikan kesehatan orang lain. 66 Tindak pidana penganiayaan atau mishandeling diatur dalam Bab XX Buku ke-II KUHP, yang dalam bentuknya yang pokok diatur dalam Pasal 351 ayat 1 sampai dengan ayat 5 KUHP. 67 64 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar Lengkapnya Pasal Demi Pasal, Bogor,: Politeia, 1991, h 120. 65 Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 48 66 P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010, h. 132 67 P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, h. 131. d. Pembunuhan Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan nyawa orang lain. Untuk mengilangkan nyawa orang lain itu seorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain dengan catatan bahwa opzet dari pelakunya itu harus ditujukan pada akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut. 68 Tindak kiminal pembunuhan tercantum dalam Buku II Bab XIX Kejahatan Terhadap Nyawa, yang terdiri atas 13 pasal, yakni Pasal 338-Pasal 350. Pasal 338 KUHP berbunyi: “Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.” Perbuatan menghilangkan nyawa orang lain dapat berwujud macam-macam, yaitu dapat berupa menembak dengan senjata api, menikam dengan pisau, memukul dengan sepotong besi, mencekik leher dengan tangan, memberikan racun dalalm makanan, pengguguran kehamilan atau aborsi dan sebagainya. Namun pembunuhan ini harus ditambah dengan unsur kesengajaan. 69 e. Perampokan Perampokan, adalah suatu tindakan kriminal dimana sang pelaku perampokan disebut perampok mengambil kepemilikan seseorangsesuatu melalui tindakan kasar dan intimidasi. Karena 68 P.A.F lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, h. 1 69 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama, 2003, h. 68 sering melibatkan kekasaran, perampokan dapat menyebabkan jatuhnya korban. 70 Perampokan tidak jauh berbeda dengan pencurian. Namun yang membedakannya ialah perampokan saat sedang terjadi diketahui oleh si korban dan menggunakan tindakan fisik serta kekerasan kepada si korban sedangkan pencurian biasanya tidak diketahui oleh korban. Perampokan menggunakan tindakan fisik serta kekerasan kepada si korban dan menggunakan tindakan fisik serta kekerasan kepada si korban Perampokan berada pada Pasal 365 KUHP yang berbunyi: “Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yan g dicuri.” f. Penipuan Pengertian dari Penipuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari kata dasar penipuan yaitu tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur bohong, palsu, dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung. 71 Menurut Prodjodikoro penipuan oplichting adalah membujuk orang lain dengan tipu muslihat untuk memberikan sesuatu. 72 70 https:id.wikipedia.orgwikiperampokan diakses pada 24 Agustus 2015 pukul 13.00 wib 71 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 952. 72 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama, 2003, h. 14 Penipuan merupakan sebuah kebohongan yang dibuat untuk keuntungan pribadi tetapi merugikan orang lain. Penipuan dalam Buku II KUHP terbagi menjadi dua macam, yaitu oplichting yang berarti penipuan dalam arti sempit yang termuat dalam pasal 378 KUHP dan “Bedrog” yang berarti penipuan dalam arti luas. Kejahatan penipuan dalam arti sempit diatur dalam Pasal 378 KUHP yang berbunyi: “Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang atau sesuatu kepadanya, atau memberikan hutang atau menghapus piutang, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. “ Di samping pasal 378 mengenai oplichting penipuan dalam arti sempit, penipuan dalam arti luas memuat tidak kurang dari 17 pasal pasal-pasal 379a-393bis yang merumuskan tindak-tindak pidana lain yang semuanya bersifat menipu. 73 Contohnya adalah penipuan dalam jual beli pasal 379a, pasal 383, dan pasal 386, memalsukan nama penulis buku pasal 380, penipuan dalam hal asuransi pasal 381 dan pasal 382, penipuan oleh pemborong bangunan pasal 387 ayat 1, dan penipuan oleh seorang pengacara pasal 393bis. g. Narkoba Narkoba adalah singaktan dari narkotika dan obatbahan berbahaya. Selain narkoba, istilah lain yang diperkenalkan 73 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama, 2003, h. 41 khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. 74 Narkoba maupun Napza merupakan bahanzat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaanpsikologi seseorang pikiran, perasaan dan perilaku serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Narkoba dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu narkotika dan psikotropika. Penjelasan mengenai jenis-jenis narkoba adalah sebagai berikut: 1 Narkotika Narkotika adalah zat ataupun obat yang berasal dari sejenis tanaman atau bukan tanaman, baik berbentuk semi sintesis maupun sintesis. Menurut Undang Undang No. 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 75 Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: 76 a Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini 74 https:id.wikipedia.orgwikiNarkoba diakses pada 24 Agustus 2015 pukul 15.06 wib 75 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Psikotropika, Narkotika dan Zat adiktif Lainnya, Bandung: Anggota IKAPI, 2011, h. 52 76 http:belajarpsikologi.compengertian-narkoba diakses pada 25 Agustus 2015 pukul 13.00 wib digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium. b Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan betametadol. c Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan turunannya. 2 Psikotropika Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, psikotopika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. 77 Psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah: 78 a Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi. b Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: amfetamin, metamfetamin, dan metakualon. 77 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Psikotropika, Narkotika dan Zat adiktif Lainnya, Bandung: Anggota IKAPI, 2011, h. 2 78 http:belajarpsikologi.compengertian-narkoba diakses pada 25 Agustus 2015 pukul 13.10 wib c Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam. d Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam BK, mogadon, dumolid dan diazepam. h. Kecelakaan Lalu Lintas Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya merupakan produk hukum yang menjadi acuan utama yang mengatur aspek-aspek mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia. Menurut Undang-Undang tersebut tercantum dalam Pasal 1 menyebutkan Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia danatau kerugian harta benda. 79 Karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 tiga golongan sebagaimana diatur dalam Pasal 229 Undang- Undang No. 22 Tahun 2009, yaitu: 1 Kecelakaan lalin ringan, yakni merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan danatau barang. 79 Pasal 1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya 2 Kecelakaan lalin sedang, yakni kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan danatau barang. Luka ringan dimaksud adalah luka yang mengakibatkan korban menderita sakit yang tidak memerlukan perawatan inap dirumah sakit atau selain yang diklasifikasikan dalam luka berat. 3 Kecelakaan lalin berat, yakni kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal danatau luka berat. Luka berat dimaksud adalah yang mengakibatkan korban : a Jatuh sakit dan tidak ada harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut. b Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan. c Kehilangan salah satu panca indera. d Menderita cacat berat atau lumpuh. e Terganggu daya pikir selama 4 empat minggu lebih. f Gugur atau matinya kandungan seseorang. g Luka yang membutuhkan perawatan rumah sakit lebih dari tiga puluh hari. Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan, kematian danatau kerugian harta benda pada pemiliknya korban. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yakni: 80 1 Kelalaian pengguna jalan, misalnya: menggunakan handphone ketika mengemudi, kondisi tubuh letih dan mengantuk, mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk,kurangnya pemahaman terhadap rambu-rambu lalu lintas dsb. 2 Ketidaklayakkan kendaraan, misalnya: kendaraan dengan modifikasi yang tidak standard, rem blong,kondisi ban yang sudah tidak layak pakai,batas muatan yang melebihi batas angkut kendaraan dsb. 3 Ketidaklayakkan jalan danatau lingkungan, misalnya: kondisi jalan yang berlubang, kurangnya pemasangan rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan dsb. Dalam penetlitian ini kecelakaan lalu lintas yang dikategorikan sebagai tindak kriminalitas adalah kecelakaan lalu lintas yang dikategorikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2009 karena kelalaian atau kesengajaan. Ketentuan pidana yang mengatur hukuman bagi pelaku pelanggar lalu lintas diatur dalam Pasal 310 Undang-Undang No. 20 Tahun yang berbunyi: “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalin dengan : 1. Kerusakan kendaraan danatau barang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam bulan danatau denda paling banyak Rp.1.000.000,00- satu juta rupiah. 2. Korban luka ringan dan kerusakan kendaraan danatau barang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 80 https:teckywaskito.wordpress.com20110301jenis-dan-ketentuan-pidana-kecelakaan- lalin-menurut-uu-222009-kuhp diakses pada 28 Agustus 2015 pukul 15:27 wib satu tahun danatau denda paling banyak Rp.2.000.000,00- dua juta rupiah. 3. Korban luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp.10.000.000,00- sepuluh juta rupiah, dalam hal kecelakaan tersebut mengakibatkan orang lain meninggal dunia dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp.12.000.000,00- dua b elas juta rupiah.” 54

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut sebagian orang adalah cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Menurut Burhan Bungin, paradigma adalah cara pandang seseorang ilmuwan tentang sisi strategis yang paling menentukan nilai sebuah disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri. 1 Paradigma menggariskan hal yang seharusnya dipelajari, pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. 2 Paradigma penelitian yang menjadi dasar penelitan ini adalah paradigma positivis. Paradigma positivis memandang bahwa ilmu hanya dapat diperoleh melalui fenomena yang empiris, dapat diamati, dan diukur serta diuji dengan metode ilmiah. 3 Paradigma positivis didasarkan pada pengamatan empirik yang diarahkan pada metode ilmiah yang mengutamakan objektifitas, validitas dan realibilitas suatu data.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada 1 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2010, h. 25. 2 Agus Salim, Teori Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, h. 63. 3 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, h. 27. filsafat postivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pendekatan kuantitatif digunakan peneliti bertujuan untuk mengetahui jumlah berita tentang kriminalitas yang dijadikan agenda media oleh Pos Kota. Dalam penelitian ini data yang bersifat kuantitatif dengan teknik analisis isi akan diinterpretasikan melalui hasil pengkodingan dan dijabarkan secara deskriptif dengan menggunakan tabel frekuensi.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi content analisys. Metode analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi masa yang dilakukan dengan cara objektif dan sistematik. Menurut Jumroni, analisis isi content analysis adalah penelitian yang dimaksudkan untuk meneliti isi pesan yang disampaikan dalam suatu proses komunikasi. 4 Pendekatan yang digunakan dalam metode analisis isi penelitian ini adalah analisis isi deskriptif. Analisis isi deskiptif merupakan analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu. 5 Desain analisis ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesa tertentu atau menguji hubungan diantara variabel. Data yang bersifat kuantitatif dengan teknik analisis isi akan diinterpretasikan hasil pengkodingannya melalui kalimat-kalimat dalam paragraf secara deskriptif. 4 Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN, 2006, h. 66. 5 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h. 47. Unit analisis dalam penelitian ini adalah unit tematik, yakni berupa satuan berita yang perhitungannya berdasarkan kategorisasi tema kriminalitas. Unit tematik secara sederhana berbicara mengenai “teks berbicara tentang apa atau mengenai apa.” 6 Krippendorff 1980 dalam Eriyanto mengusulkan cara menentukan tema berita dengan definisi struktural tentang isi cerita dan penjelasannya. 7 Menurut Krippendorf tema berita tidak ditentukan oleh subjek dalam suatu teks, tetapi lebih ditentukan oleh ide, gagasan yang ada dalam isi cerita. Di mana ide, gagasan, pendapat ini secara struktural terdapat dalam teks yang dapat dikenali dari kata, kalimat, kutipan, dan foto yang dipakai. Dalam penelitian ini berita-berita yang dimuat pada halaman pertama surat kabar harian Pos Kota sudah dipilih sesuai dengan metode penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti. Pemilihan berita juga disesuaikan dengan kategorisasi yang dibuat oleh peneliti. Berita-berita tersebut akan dianalisis dan dikodingkan sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat sebelumnya.

B. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek merupakan responden yang memahami objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian, 6 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu- Ilmu Sosial Lainnya, h. 84 7 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu- Ilmu Sosial Lainnya, h. 86.