Uji Reliabilitas Teknik Pengolahan dan Analisis Data

67

BAB IV GAMBARAN UMUM

SURAT KABAR HARIAN POS KOTA

A. Sejarah Singkat Pos Kota

Lahirnya Pos Kota bermula dari keinginan beberapa wartawan untuk menerbitkan sebuah koran yang khas yang dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sekitar tahun 1969, mereka yang berminat dibidang jurnalistik berkumpul membicarakan suatu rencana dan gagasan yang menginginkan adanya pewarnaan yang unik bagi dunia pers yang sudah ada selama ini. Mereka adalah Harmoko, Yachya Suryawinata, Tahar S. Abiyasa, S. Harsono, dan Pansa Tampubolon. Harmoko adalah wartawan sekaligus mantan mentri penerangan di zaman Soeharto, Yachya Suryawinata dan Tahar S. Abiyasa juga merupakan wartawan dari media cetak di Ibu Kota, sedangkan S. Harsono dan Pansa Tampubolon merupakan dari kalangan bisnis tetapi menaruh perhatian penuh pada dunia jurnalistik. Harmoko memperoleh ide koran populer ketika menghadiri sebuah konferensi bertajuk “Asia Assembly” pada April tahun 1970. 1 Acara tersebut diselenggarakan oleh Press Foundation of Asia PFA di Manila, Filipina. Pada konferensi yang dihadiri oleh sejumlah wartawan, penerbit, teknokrat, serta para sarjana ini dibahas mengenai perkembangan media massa cetak di Asia. Para pembicara dalam forum itu sepakat bahwa media cetak memiliki 1 Rosihan Anwar, POS KOTA 30 Tahun Menlayani Pembaca, Jakarta: Litbang Grup Pos Kota, 2000, h. 25 peran besar terhadap perkembangan suatu negara. Karena itu, penerbitan surat kabar diharapkan memusatkan perhatian pada berita-berita yang memiliki arti nasional baik dalam bisnis, pemerintahan, soal luar negeri, maupun kebudayaan. Dengan kata lain, perkembangan surat kabar di Asia diperkirakan akan mengarah pada quality newspaper atau koran berkualitas. Para peserta konferensi boleh setuju dengan perkiraan tersebut. Tetapi Harmoko lebih tertarik dengan kenyataan lain di luar ruang konferensi, yaitu menjamurnya korang-koran populer yang di jual murah di emperan jalan di kota Manila. 2 Pengalamannya di Manila merupakan modal ide yang cukup untuk membangun sebuah terbitan baru yang khas di tanah air, yaitu koran populer. Setahun sebelumnya, tahun 1969, Harmoko dan teman-teman sebetulnya telah memiliki niat untuk menerbitkan koran harian. Hanya saja, koran baru itu harus berbeda dengan koran yang sudah ada. Umumnya koran harian pada saat itu berorintasi pada politik dan terkesan serius. Apabila membuat koran yang sama tentu akan sulit untuk laku di pasaran. Oleh karena itu, Harmoko memunculkan ide untuk mendirikan surat kabar harian dengan ciri khas yang tidak dimiliki oleh surat kabar pada umumnya. Ide inilah yang dikemukakan Harmoko yang menjadi pilar pertama terbitnya koran populer pertama di Indonesia. Pilihan menerbitkan koran populer dapat dikatakan ide yang “luar biasa” saat itu. Rosihan Anwar memberi dua catatan mengapa koran populer merupakan sesuatu yang hampir mustahil bagi para pengelola penerbitan pada 2 http:etnohistori.orgetnografi-sejarah-koran-kuning-2-pos-kota-sang-pemula-lukman- solihin.html tahun 1970-an. 3 Pertama, sejak awal para wartawan yang terlibat aktif dalam pergerakan nasional adalah orang-orang yang serius mengemban misi perjuangan. Demi gengsi, mereka enggan menerbitkan koran populer. Kedua, jika ada yang berani menerbitkan koran populer, mereka akan berhadapan dengan kenyataan bahwa masyarakat kelas bawah belum memiliki daya beli yang cukup untuk berlangganan koran. Harmoko, Yachya Suryawinata, Tahar S. Abiyasa, S. Harsono, dan Pansa Tampubolon bersepakat medirikan suatu yayasan yang bernama Antar Kota pada 5 Februari 1970. Maksud dan tujuan yayasan adalah untuk mengembangkan usaha dibidang penerbitan dengan menerbitkan buku bersifat umum maupun karya sastra dalam tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Tak lama kemudian nama Antar Kota berubah menjadi Pos Kota. Usulan nama Pos Kota sebagai brand image juga merupakan kreasi Harmoko. Nama itu merupakan penjabaran ide tentang keinginan menyampaikan berbagai informasi, katakanlah semacaam pos yang diketahui merupakan sarana dalam seseorang berkirim kabar atau berita, sedangkan kota berkesan kuat dari penggalan nama yayasan tersebut. 4 Gambar 1. Logo PosKota Sumber: Data Sekunder 3 http:etnohistori.orgetnografi-sejarah-koran-kuning-2-pos-kota-sang-pemula-lukman- solihin.html 4 Zulfikar Ghazali dan Zulkarimein Nasution, POS KOTA 30 Tahun Menlayani Pembaca, Jakarta: Litbang Grup Pos Kota, 2000, h. 5