Terdokumentasi Karakteristik Surat Kabar

Journal milik Hearst dan New York World milik Pulitzer begitu hebat hingga merendahkan nilai surat kabar dan jurnalisme secara keseluruhan. 31 Hearts dan Pulitzer saling bersaing menarik minat pembaca dengan berlomba menyajikan isu-isu sensasional yang didramatisasi. Hearst dan Pulitzer membuktikan bahwa bisnis media dapat mendatangkan keuntungan. Satu rahasia keberhasilan miliknya adalah penciptaan strategi yang lebih baik dalam memikat kelompok orang dengan pendapatan rendah. 32 Tradisi barat inilah yang kemudian dikenal dengan yellow journalism jurnalisme kuning atau lazim disebut yellow newspaper koran kuning. Baran dan Davis dalam Tamburaka mengatakan bahwa: “Beberapa ahli komunikasi mengatakan istilah yellow journalism justru diambil dari judul komik pertama yang dipublikasikan dalam surat kabar Hearst, The Yellow Kid. Seperti kebanyakan yellow journalism, hearst tidak begitu memedulikan aspek akurasi dari laporan beritanya. Banyak peristiwa yang didramatisasi. Bahkan Hearst dituduh oleh penerbit Amerika lainnya di New York sebagai orang yang telah memprakarsainya perang antara Amerika dan Spanyol melalui liputannya yang memanas-manasi kongres untuk mendeklarasikan pernag terhadap ledakan yang tidak dapat dijelaskan di atas kapal perang Maine. Telegram Hearst kepada ilustratornya sangat memperlihatkan kesalahan yang selama ini dilakukan yellow journalism. Para wartawan biasanya hanya mengumpulkan informasi terbatas di lapangan kemudia menyerahkan kepada editor, dan editor tersebut membesar-besarkan dan mendramatisasi informasi tersebut sedemikian rupa.” 33 Beberapa hal yang berlebihan pada jurnalisme kuning yaitu terletak pada gambar yang dramatis, judul dengan huruf yang tebal, dan berita tentang rumor terbukti dalam halaman pertama New York World milik Joseph 31 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, h. 137 32 Apridadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012, h. 25 33 Apridadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012, h. 25