Agenda Media Dalam Yellow Newspaper (Analisis Isi Berita Kriminalitas Pada Halaman Pertama Dalam Surat Kabar Pos Kota Edisi Juni 2015)

(1)

Surat Kabar Pos Kota Edisi Juni 2015)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Katherine Eva Fadillah 1111051100038

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persayaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukri bahwa karya saya hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima saksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 September 2015


(4)

(5)

i

Katherine Eva Fadillah, 1111051100038, Agenda Media dalam Yellow Newspaper (Analisis Isi Berita Kriminalitas pada Halaman Pertama Surat Kabar Harian Pos Kota Edisi Juni 2015), di Bawah Bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE. M.Si.

Informasi dalam bentuk berita yang disampaikan surat kabar mengikuti segmentasi khalayak pembacanya. Salah satunya adalah fenomena keberadaan

yellow newspaper atau koran kuning. Koran kuning identik dengan pemberitaan seputar seks, kriminalitas, dan takhayul. Perjalanan koran kuning di Indonesia diawali oleh Surat Kabar Harian Pos Kota sejak tahun 1970 yang konsisten menyajikan berita kriminalitas sebagai agenda medianya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui visibility, yaitu jumlah kumpulan isu topik dari tiap kolom berita kriminalitas, audience silence, yaitu ketertarikan atau daya tarik isu berita kriminalitas, dan valence, yaitu menyenangkan atau tidak menyenangkan pemberitaan tersebut. Selain itu untuk mengetahui jumlah kategori berita kriminalitas dan kategori apa yang paling dominan yang terdapat pada halaman pertama Surat Kabar Harian Pos Kota Edisi Juni 2015.

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) dengan pendekatan kuantitatif bersifat deskriptif. Langkah dalam metode analisis isi yaitu menentukan variabel, definisi operasional dan konseptualisasi tentang kriminalitas berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Kemudian berita-berita dalam Surat Kabar Harian Pos Kota dikategorisasikan ke dalam indikator berita kriminalitas yaitu pencurian, tindak asusila dan keseopanan, penganiayaan, pembunuhan, perampokan, penipuan, narkoba, dan kecelakaan lalu lintas. Selanjutnya peneliti menggunakan coding sheet sebagai alat ukur penelitian ini dan menggunakan rumus Holsty (1969). Agenda media merupakan hasil proses pemilahan tentang berita mana yang akan dimuat serta ditonjolkan melalui halaman-halaman dalam surat kabar.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kategori berita kriminalitas yang terdapat pada halaman pertama Surat Kabar Harian Pos Kota adalah pencurian dengan jumlah enam berita dan luas kolom 1.354,25 cm2, tindak asusila dan kesopanan dengan jumlah 11 berita dan luas kolom 2.687,5 cm2, penganiayaan dengan jumlah empat berita dan luas kolom 1.268,5 cm2, pembunuhan dengan jumlah 16 berita dan luas kolom 4.226,75 cm2, perampokan dengan jumlah 11 berita dan luas kolom 3691,5 cm2, penipuan dengan jumlah sembilan berita dan luas kolom 1.960,5 cm2, narkoba dengan jumlah enam berita dan luas kolom 1.617,25 cm2, dan kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 15 berita dan luas kolom 1.752,5 cm2. Dari data yang telah disebutkan maka dapat diketahui kategori berita kriminalitas yang paling dominan selama bulan Juni 2015 yaitu pembunuhan dengan jumlah 16 berita dan luas kolom 4.226,75 cm2. Agenda media dalam suatu media dapat dilihat dari seberapa sering suatu isu muncul atau ditampilkan pada halaman pertama media tersebut. Ini berarti Pos Kota menampilkan berita pembunuhan sebagai agenda medianya selama bulan Juni 2015.


(6)

iv

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirrabilalamin. Segala puji dan syukur peneliti haturkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Agenda Media dalam Yellow Newspaper (Analisis Isi Berita Kriminalitas pada Halaman Pertama Surat Kabar Harian Pos Kota Edisi Juni 2015).” Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah dan tercurah kepada Baginda tercinta Rasulullah SAW, semoga kita adalah umat yang dapat syafaatnya di hari akhir. Amin ya rabbalalamin.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti sadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak terkait, peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Walaupun telat satu semester dari kelulusan yang seharusnya, tapi peneliti percaya bahwa indah itu pada waktuNya, yang Allah kalkulasikan antara usaha dan doa. Maka dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.A Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Kholis Ridho, M.Si, dan Dra. Hj. Musfira Nurlaily, M.A, Ketua dan Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik.


(7)

iv

skripsi ini.

4. Kedua Kedua Orangtua peneliti, Ayahanda Agus Sutrisno dan Ibunda Siti Chodijah yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya. Adikku, Olivia Mutiara. Terima kasih untuk selalu menjadi pendengar keluh kesah peneliti. Aku mencintai kalian dengan sangat. 5. Sahabatku “DOA IBU” yakni Inggrid Ayu, Debby Pratiwi, Citra Anjani,

Harzian, dan Mussayabi Robi. Terima kasih untuk kebersamaan 10 tahun terakhir ini.

6. Sahabatku “Cantik, Sholeha, dan Sukses” yakni Ayu Aulia, Gani Wulani dan Herni Dian. Terima kasih untuk selalu ada saat suka dan duka peneliti. Hampir setiap hari bertemu, tak terasa akan ada masa dimana kita akan sibuk dengan dunia kita masing-masing. Peneliti akan sangat merindukan untuk setiap kebersamaan yang kita lakukan.

7. Mario Caesar dan Rananda Utomo, dua pria terdekat peneliti selama di kampus. Terima kasih untuk waktunya selama emapt tahun ini.

8. Teman-teman Jurnalistik B yaitu Intan, Nida, Dillah, Ocita, Ririn, Silvi, Wiwid, Bapao, Dewi, Maza, Raisa, Dwinie, Gita, Iim, Nur, Syifa, Putri, Eko, dan Ihsan. Maaf jika peneliti kelupaan ada yang tidak tersebut. Terima kasih untuk kebersamaannya empat tahun terakhir ini. See you on Top, Guys!

9. My sweetest distraction, Rifqi M Irsyad. Terima kasih untuk selalu meluangkan waktu dan memberikan cinta kepada peneliti.


(8)

iv

Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca.

Jakarta, 30 September 2015


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

1. Rumusan Masalah ... 5

2. Batasan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Teknik Penulisan... 9

F. Sistematika Penuulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Agenda Media ... 11

B. Analisis Isi ... 14

1. Definisi Analisis Isi ... 14

2. Tahapan Analisis Isi ... 17

C. Surat kabar ... 17

1. Pengertian Surat Kabar ... 17

2. Karakterisitik Surat Kabar ... 19

D. Konseptualisasi Yellow Newspaper ... 21


(10)

vi

3. Konsep Berita ... 28

4. Kriteria Nilai Berita ... 30

F. Kriminalitas ... 32

1. Definisi Kriminalitas ... 32

2. Bentuk-Bentuk Tindak Kriminalitas ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 54

1. Paradigma Penelitian ... 54

2. Pendekatan Penelitian ... 54

3. Metode Penelitian ... 55

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 56

1. Subjek dan Objek Penelitian ... 56

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

C. Populasi dan Sample... 57

D. Operasionalisasi Konsep... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 59

1. Data Primer ... 59

2. Data Sekunder ... 60

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 60

1. Kategorisasi Berita ... 61

2. Definisi Operasional ... 63

3. Uji Reliabilitas ... 65

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 67

A. Sejarah Singkat Pos Kota ... 67

B. Visi dan Misi Pos Kota ... 70


(11)

vii

Agenda Media, Visibility, Audience Silence, dan Valence ... 73

1. Analisis Data Berita Pencurian ... 74

2. Analisis Data Berita Tindak Asusila dan Kesopanan ... 75

3. Analisis Data Berita Penganiayaan ... 78

4. Analisis Data Berita Pembunuhan ... 79

5. Analisis Data Berita Perampokan ... 81

6. Analisis Data Berita Penipuan ... 83

7. Analisis Data Berita Narkoba ... 85

8. Analisis Data Berita Kecelakaan Lalu Lintas ... 86

B. Tema Berita Kriminalitas yang Paling Dominan dalam Surat Kabar Harian pos Kota ... 91

BAB VI PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(12)

viii

Tabel 1 Nilai Berita ... 30

Tabel 2 Operasionalisasi Konsep ... 59

Tabel 3 Kategorisasi Kriminalitas ... 61

Tabel 4 Definisi Operasional dan Indikator Penelitian ... 63

Tabel 5 Data Penelitian Berita Pencurian ... 74

Tabel 6 Data Penelitian Berita Tindak Asusila dan Kesopanan ... 75

Tabel 7 Hasil Prosentase Data Berita Tindak Asusila dan Kesopanan ... 78

Tabel 8 Data Penelitian Berita Penganiayaan ... 78

Tabel 9 Data Penelitian Berita Pembunuhan ... 79

Tabel 10 Data Penelitian Berita Perampokan ... 82

Tabel 11 Data Penelitian Berita Penipuan ... 84

Tabel 12 Data Penelitian Berita Narkoba ... 85

Tabel 13 Data Penelitian Berita Kecelakaan Lalu Lintas ... 87

Tabel 14 Koefisien Reliabilitas Berita Kriminalitas ... 89


(13)

ix

Gambar 1 Logo PosKota ... 69 Gambar 2 Struktur Organisasi Reaksional Pos Kota ... 72


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Surat kabar merupakan alat komunikasi massa yang paling populer dan dekat dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan surat kabar memiliki kelebihan yang dapat dibaca dimana saja, kapan saja dan informasi yang diberikan lebih terperinci dan mendalam. Meskipun dengan pesatnya era teknologi, terbukti surat kabar masih mampu menunjukan eksistensinya sampai saat ini.

Surat kabar hadir bukan hanya untuk sekedar memberikan informasi tetapi juga sebagai komoditas yang menghasilkan uang. Media dijadikan industri ekonomi sebagai alat penghasil keuntungan. Para pemilik modal mendirikan industri media yang memiliki karakteristik yang disesuaikan oleh pangsa pasarnya (market share) dan berlomba untuk menghasilkan rupiah yang tidak sedikit.

Berita yang dimunculkan media massa juga beragam disesuaikan dengan segmentasi pasarnya. Media tidak hanya mementingkan kepentingan umum (public interest) melainkan mementingkan kepentingan segmen pasarnya (market interest). Ada yang menyediakan berita hukum, politik, ekonomi, sosial, kriminalitas, pornografi bahkan tahayul.

Salah satunya adalah keberadaan fenomena koran kuning (yellow newspaper). Yellow newspaper atau lazim biasa disebut dengan koran kuning merupakan surat kabar yang hadir di tengah-tengah masyarakat dengan


(15)

memberitakan isu-isu yang tidak mainstream yang biasa diberitakan oleh surat kabar biasanya.

Dalam kerangka yang lebih luas, koran kuning merupakan bagian dari surat kabar populer (popular newspaper) yaitu surat kabar yang dianggap menerbitkan berita-berita dengan selera rendah. Rosihan Anwar membedakan antara quality newspaper dengan popular newspaper.1 Quality newspaper

merupakan surat kabar yang mengedepankan kualitas isi berita dan umumnya dikonsumsi oleh kelas menengah atas, sedangkan popular newspaper

merupakan surat kabar yang mengangkat isu-isu rakyat biasa dan umumnya masyarakat mengah ke bawah yang menjadi konsumen utamanya.

Jurnalisme kuning biasanya berisi sekitar masalah seks, kriminalitas (crime), serta “key-hole news”, yaitu berita sekitar dapur dan kamar tidur orang lain hasil mengintip yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kepentingan umum.2 Jurnalisme kuning mengandalkan pemberitaan yang terjadi di tengah masyarakat dengan membuat judul berita yang dibumbui dengan sensasi, kehebohan, fantasi, bahkan dramatisasi untuk menjadi

headline dan juga berita-berita yang terdapat pada halaman pertama suatu surat kabar. Hal ini mereka lakukan demi mendongkrak penjualan atau profit suat kabar itu sendiri namun tidak mengurangi nilai berita yang disampaikan pada media tersebut.

Selain headline, tidak dipungkiri judul setiap berita pada halaman pertama menjadi pemikat ketika seseorang membaca surat kabar untuk

1

Rosihan Anwar, Pos Kota 30 Tahun Melayani Pembaca, (Jakarta: Litbang Group Pos Kota, 2000), h. 21

2

Hikmat Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h. 67.


(16)

membuka ke halaman selanjutnya. Tata letak pemberitaan di halaman pertama yang dipasang berdempetan atau dekat dengan satu sama lain, penggunaan warna yang mencolok seperti kuning dan merah pada judul

headline juga merupakan ciri-ciri koran kuning di Indonesia.

Perjalanan koran kuning di Indonesia dimulai sejak kelahiran Pos Kota pada tahun 1970. Pos Kota didirikan oleh mantan Menteri Penerangan di zaman Soeharto, Harmoko dan beberapa temannya. Pada saat itu, Pos Kota hadir sebagai surat kabar populer yang “melawan arus” media mainstream dengan merumuskan kekhasan karakterisik berita yang disajikan yaitu berita-berita yang menyangkut persoalan riil di masyarakat. Disamping itu, untuk menjangkau segmen pembacanya dengan harga jual yang murah.

Penggunaan kalimat yang singkat, jelas dan padat membuat Pos Kota menjadi koran pilihan masyarakat menengah bawah. Pos Kota mengungkapan fakta-fakta yang unik yang disajikan dengan menarik dan dibumbui dengan sisi sensasional. Ini dibuktikan dengan survey yang dilakukan oleh Nielsen Media Research yang menempatkan Pos Kota sebagai koran yang paling laris dengan oplah 600.000 ekslempar dan mengungguli Kompas yang berada di peringkat kedua pada tahun 2005 yang dikutip dari Majalah Cakram.3

Kesuksesan Pos Kota hingga saat ini tidak terlepas dari unsur pemberitaan yang disajikan pada halaman pertama Pos Kota dalam menarik minat pembaca. Tidak bisa dipungkiri, halaman pertama merupakan titik perhatian utama pembaca surat kabar. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa halaman pertama merupakan daya jual sehingga berita-berita yang

3

http://etnohistori.org/etnografi-sejarah-koran-kuning-2-pos-kota-sang-pemula-lukman-solihin.html diakses pada Rabu, 18 Maret 2015, pukul 17.30 wib.


(17)

ditempatkan pada halaman pertama dianggap lebih penting atau lebih menarik dari berita-berita lainnya.

Maraknya fakta-fakta berita tentang tindak kejahatan dan kasus kriminalitas yang terjadi di masyarakat menjadi sebuah nilai berita tersendiri bagi Pos Kota. Menurut data statistik kriminalitas, kejahatan yang terjadi di daerah cakupan Polda Metro Jaya yaitu meliputi daerah yang menjadi kawasan penyebaran surat kabar harian Pos Kota yaitu DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Depok selama tahun 2014 sejumlah 44.298 perkara.4 Sedangkan, selama bulan Januari-Maret 2015, tindak kejahatan sudah mencapai 29.892 perkara5.

Pos Kota sebagai media cetak yang berfungsi untuk menjalankan fungsi komunikasi massa turut memfokuskan pemberitaannya pada peristiwa kriminal yang terjadi di Jakarta ke dalam bentuk berita. Pos Kota secara konsisten menyajikan berita kriminalitas yang dijadikan sebagai agenda media pada halaman pertama setiap terbitannya. Jenis kejahatan yang ditampilkan pun banyak didominasi oleh kejahatan-kejahatan konvensional, seperti pencurian, kekerasan, dan pembunuhan.

Dari latar belakang diatas lah yang menjadi dasar utama penulis untuk meneliti kuantitas tema berita kriminalitas yang diwujudkan pada agenda media pada halaman pertama surat kabar harian Pos Kota. Maka penelitian ini dideskripsikan secara singkat dengan judul penelitian “Agenda Media Yellow Newspaper (Analisis Isi Berita Kriminalitas Pada Halaman Pertama Surat

Kabar Harian Pos Kota Edisi Juni 2015)”.

4

www.bps.go.id diakses pada Minggu, 2 Agustus 2015 pukul 13.00

5


(18)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas, penelitian ini berfokus pada agenda media yang direpresentasikan pada berita-berita di halaman pertama surat kabar harian Pos Kota. Peneliti ingin melihat indikator agenda media serta kuantitas berita kriminalitas yang disajikan yang sebelumnya telah dilakukan kategorisasi.

Peneliti menggunakan media surat kabar harian Pos Kota karena Pos Kota merupakan pendiri pertama dari sejarah koran kuning yang ada di Indonesia. Pos Kota sudah lebih dari 30 tahun berdiri dan masih menjadi salah satu surat kabar harian yang banyak dinikmati oleh khalayak pasarnya. Berangkat dari latar belakang dan permasalahan di atas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep agenda media yaitu visibility, audience silence, dan

valence pada berita kriminalitas dalam Surat kabar Harian Pos Kota pada edisi Juni 2015?

b. Apa sajakah tema-tema berita kriminalitas dan tema berita kriminal apa yang paling dominan dalam Surat Kabar Harian Pos Kota yang direpresentasikan sebagai agenda media di halaman pertama edisi Juni 2015?

2. Batasan Masalah

Untuk penelitian yang lebih fokus dan tidak melebar ke pembahasan lain, maka pada penelitian ini akan dibatasi hanya pada berita headline dan tidak headline di halaman pertama Pos Kota edisi Juni 2015 selama dua


(19)

minggu terhitung dari tangal 1 Juni 2015 - 14 Juni 2015 dengan jumlah 78 berita. Penggunaan berita-berita pada tanggal tersebut karena selama bulan Juni banyak peristiwa kriminalitas yang terjadi dan peneliti ingin mengetahui kriminalitas apa saja yang ditampilkan pada halaman pertama Pos Kota.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini, yaitu:

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep agenda media, yaitu visibility, audience silence, dan valence digambarkan pada halaman pertama Surat Kabar harian Pos Kota.

b. Untuk mengetahui secara kuantitatif tema-tema berita kriminal apa saja yang terdapat pada Surat Kabar Harian Pos Kota dan tema berita kriminalitas apa saja yang sering muncul yang dijadikan agenda media oleh surat kabar harian Pos Kota pada halaman pertama edisi Juni 2015.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan positif pada khazanah keilmuan terutaman pada kajian media di Indonesia dan memberikan referensi baru para pengais ilmu terutama dibidang jurnalistik yang difokuskan pada media cetak. Selain itu diharapkan penelitian ini digunakan sebagai bahan informasi dan


(20)

dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu dan pengetahuan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi para teoritis, praktisi, maupun pembaca mengenai bentuk tema-tema berita kriminalitas yang ada pada surat kabar harian Pos Kota dan juga dapat menjadi data atau informasi tambahan untuk mahasiswa maupun masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, peneliti telah melakukan tinjauan pustaka pada penelitian sebelumnya di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan di Perpustakaan Universitas Indonesia. Peneliti menjadikan skripsi-skripsi berikut sebagai referensi, yaitu:

1. Skripsi yang berujudul Representasi Agenda Media dalam Surat Kabar Nasional (Sebuah Analisis Isi Isu Lingkungan dalam KOMPAS dan Koran Tempo) yang ditulis oleh Diana Patricia Manulong 0806345953, Sarjana Ilmu Komunikasi FISIP, Universitas Indonesia, Depok, 2012. Dalam penelitiannya, peneliti memfokuskan pada perbandingan kuantitas isu lingkungan yang direpresentasikan pada agenda media dalam KOMPAS dan Tempo. Peneliti menganalisis pemberitaan mengenai isu lingkungan selama bulan Oktober 2015. Temuan dalam penelitiannya


(21)

adalah KOMPAS dan Tempo memiliki agenda media yang berbeda. KOMPAS mengangkat isu bencana yang termasuk dalam kategori lingkungan sebagai agendanya dalam bulan Oktober, sedangkan Tempo tidak ada isu lingkungan yang diangkat sebagai agendanya.

2. Skripsi yang berjudul Analisis Isi Terhadap Pesan Dakwah dalam Film Mama Cake yang ditulis oleh Lia Dahlia 109051000097, Sarjana Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013. Dalam penelitiannya, peneliti melakukan analisis tentang pesan dakwah yang kemudian dikategorikan menjadi pesan akidah, syariah, dan akhlak. Lalu temuan dalam penelitian tersebut adalah pesan dakwah yang paling dominan muncul adalah pesan syariah dengan prosentase 35,47% dan diikuti dengan pesan akidah 34,72% dan pesan akhlak 29,81%.

3. Skripsi yang berjudul Analisis Isi Pesan Manajemen Qalbu dalam twitter @AAGYM (K.H. Abdullah Gymnastiar) yang ditulis oleh Agnitia Citra Resmi 109051000227, Sarjana Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013. Dalam skripsinya, peneliti melakukan konten analisis isi kuantitatif terhadap pesan-pesan yang mengandung manajemen qalbu pada twitter @AAGYM. Indikator manajemen qalbu yang menjadi alat ukur (coding sheet) penelitiannya adalah memahami diri, evaluasi diri, dan mengendalikan diri. Hasil dari penelitian ini adalah pesan yang paling dominan muncul adalah pesan memahami diri dengan prosentase 47%. Sedangkan pesan evaluasi diri 13% dan mengendalikan diri 28%.


(22)

Meskipun peneliti menggunakan skripsi yang di atas sebagai referensi, penelitian yang dilakukan oleh penulis tetaplah berbeda. Peneliti belum pernah menemukan adanya skripsi yang membahas tentang analisis isi berita kriminalitas di Perpustakaan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas tentang analisis isi berita kriminalitas pada halaman pertama surat kabar harian Pos Kota edisi Juni 2015. Teknik yang digunakan peneliti hampir sama dengan penelitian yang ada sebelumnya, namun peneliti menggunakan indikator kejahatan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai alat ukur (coding sheet) penelitian.

E. Teknik Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dalam penulisan skripsi ini, peneliti membuat sistematika penulisan sesuai dengan masing-masing bab. Peneliti membaginya menjadi lima bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:


(23)

BAB I. Pendahuluan

Bab ini peneliti akan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, teknik penulisan dan sistematika penulisan. BAB II. Landasan Teori

Bab ini peneliti menguraikan tentang landasan teori mengenai agenda media, analisis isi, surat kabar, konseptualisasi yellow

newspaper, berita, dan kriminalitas. BAB III. Metodologi Penelitian

Bab ini peneliti menjelaskan tentang paradigma dan metode penelitian, ruang lingkup penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan teknik analisis data. BAB IV. Gambaran Umum

Bab ini peneliti membahas tentang gambaran umum atau profil tentang surat kabar harian Pos Kota.

BAB V. Temuan dan Analisis Data

Bab ini peneliti mengemukakan hasil temuan dan analisis data penelitian yang kemudian dipaparkan secara deskriptif mengenai hasil analisis dalam penelitian ini.

BAB VI. Penutup

Bab lima adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari penelitan ini. Dalam bab ini juga ditampilkan saran terhadap permasalahan yang muncul, dalam rangka memenuhi tujuan dan manfaat dari penelitian ini.


(24)

11

A. Agenda Media

Definisi agenda dalam konsep agenda media memiliki arti yaitu sebuah daftar hal-hal yang disusun berdasarkan urutan kepentingannya, dengan yang paling penting berada di tempat paling atas.1 Sedangkan media atau kepanjangan dari media massa memiliki arti alat atau sarana komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, atau internet yang berfungsi untuk menyebarkan berita atau informasi kepada khalayak.

Konsep mengenai agenda media ini diambil melalui Teori Agenda Setting yang diperkenalkan oleh McCombs and Shaw. Teori Penentuan Agenda (Agenda Setting Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen, yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.2

Asumsi dasar dalam teori ini adalah apa yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting pula oleh publik. Jika media memberikan penekanan terhadap suatu isu tertentu, maka khalayak akan terpengaruh untuk menganggap isu itu menjadi penting. Teori agenda setting menganggap

1

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 290

2

Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 22.


(25)

bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya.3

McCombs and Shaw mengatakan bahwa pembaca tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting yang diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.4 Ide dasar dari teori ini bahwa media memberikan perhatian atau penekanan berbeda untuk setiap isu yang muncul di suatu media massa.

Dari berbagai isu yang mengemuka, ada isu yang diberitakan dengan porsi besar dan ada juga yang diberitakan dengan porsi kecil. Perbedaan perhatian yang diberikan oleh media massa ini akan berpengaruh terhadap efek kognitif (pengetahuan dan citra) khalayak yang membacanya. Begitu juga dengan pengulangan berita yang diangkat oleh media massa akan menimbulkan efek bahwa suatu berita itu dianggap penting dan ini merupakan kemampuan media massa yang berfungsi sebagai penentu agenda. Fungsi penentuan agenda media mengacu pada kemampuan media, dengan liputan berita yang diulang-ulang, untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik.5

Para peneliti sebelum McCombs dan Shaw mempunyai beberapa gagasan yang sangat mirip dengan hipotesis penentuan agenda. Pernyataan itu dicetuskan oleh Bernard Cohen (1963) mengatakan barangkali mereka tidak

3

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Anggota IKAPI, 2007), h. 287

4

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h 282.

5

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h 261.


(26)

terlalu sukses dalam menyuruh apa yang dipikirkan seseorang, tetapi mereka biasanya sukses menyuruh orang mengenai apa yang seharusnya mereka pikirkan.6 Kurt Lang dan Gladys Engel Lang (1959) dalam Severin dan Tankard juga menghasilkan pernyataan awal tentang gagasan penentuan agenda:

“Media massa memaksakan perhatian pada isu-isu tertentu.

Media massa membangun citra publik tentang figur-figur politik. Media massa secara konstan menunjukan apa yang hendaknya dipertimbangkan, diketahui dan dirasakan individu-individu dalam

masyarakat.”7

Werner J Severin & James W. Tankard dalam buku Communication Theories, Origins, Methods, Uses in the Mass Media (2005) dalam Rachmat Kriyantono (2014) menyampaikan indikator-indikator Agenda Media, yaitu:

a. Visibialitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita. b. Tingkat menonjolnya bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi

isi berita dengan kebutuhan khalayak.

c. Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu masyarakat.

Agenda media merupakan hasil proses pemilahan tentang berita mana yang akan dimuat serta ditonjolkan melalui halaman pertama suatu surat kabar. Surat kabar yang memberitakan suatu isu dalam jumlah besar, dengan halaman panjang, dan ditempatkan pada tempat yang mencolok mencerminkan agenda yang dibawa oleh media kepada publik.

6

Baran dan Davis (2010) dalam Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 21.

7

Werner J Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 264.


(27)

Konsep agenda media relatif sederhana, tidak kompleks, tidak memiliki dimensi, sehingga dari konsep dapat diturunkan ke dalam indikator yang dapat diukur yaitu:8

1. Isu yang diberitakan media. Dengan melihat isu mana yang paling banyak diberitakan oleh media, maka isu tersebutlah yang ingin disorot oleh media.

2. Panjang berita dalam surat kabar. Dengan mengukur panjang berita dalam halaman surat kabar.

3. Penempatan isu tersebut dalam halaman-halaman surat kabar.

Dengan tiga indikator di atas, agenda media yang dimaksud adalah isu-isu yang mendapat perhatian media dengan frekuensi pemunculan isu yang sering, pemberian kolom yang panjang, dan penempatan isu di halaman depan sehingga mudah diakses oleh khalayaknya.

Indikator-indikator agenda media kemudian diukur melalui analisis isi kuantitatif. Analisis isi tersebut bertujuan untuk menentukan ranking berita berdasarkan panjangnya (waktu dan ruang), penonjolan tema berita (ukuran headline, penempatannya, frekuensinya), konflik (cara penyajiannya).9

B. Analisis Isi

1. Definisi Analisis Isi

Analisis isi merupakan teknik penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan dari suatu media yang

8

Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 197.

9

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jskarta: PT Kencana Prenada Group), h.


(28)

dilakukan secara sistematik. Krippendorf mengemukakan kajian isi adalah teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang dapat ditiru dan sahih atas dasar konteksnya, sedangkan R. Holsti mendefinisikan bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.10 Analisis isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak

(manifest), dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi.11

Definisi lain dikemukakan oleh Budd (1967) dalam Rachmat mengemukakan bahwa analisis isi adalah sebuah teknik sistematis untuk menganalisis pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.12 Sedangkan Kerlinger (1986) memiliki ciri yang agak khas yaitu analisis komunikasi secara sistematis, objektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variabel.13

Neuendorf (2002) dalam Eriyanto mengatakan bahwa analisis isi adalah sebuah peringkasan (summarizing), kuantifikasi dari pesan yang didasarkan pada metode ilmiah diantaranya (objektif-intersubjektif, reliabel, valid, dapat digeneralisasikan dapat direplikasi, dan pengujian

10

Soejono & Abdurrahman, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 13.

11

Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 15.

12

Rachmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Perdana Media Group, 2007), h. 228

13

Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: ANDI, 2004) h. 164


(29)

hipotesis) dan tidak dibatasi untuk jenis variabel tertentu atau konteks dimana pesan dibentuk dan ditampilkan.14

Ciri khas dari analisis isi kuantitatif adalah ia hanya dapat dipakai untuk meneliti pesan yang tampak.15 Isi yang tampak (manifest) adalah bagian dari isi yang akan diteliti yang terlihat secara nyata, dapat ditemui langsung di dalam teks, dan tidak dibutuhkan penafsiran untuk menemukannya. Isi yang tampak ini dapat berupa teks, gambar, pesan, warna, panjang kolong suatu berita, dan simbol.

Objektif berarti bahwa kategori yang digunakan dalam analisis tersebut harusnya diberi batasan yang jelas dan tepat sehingga tidak memasukan subjektifitas (bias) dari peneliti. Ada dua aspek penting dari objektifitas, yakni validitas dan reliabilitas.16 Validitas mengandung arti apakah analisis isi mengukur apa yang benar-benar ingin diukur. Sedangkan reliabilitas merupakan apakah analisis isi akan menghasilkan temuan yang sama walaupun dilakukan dengan orang yang berbeda.

Replikabel berarti penelitian dengan temuan tertentu dapat diulang dengan menghasilkan temuan yang sama juga. Menurut Neuendorf (2002) dalam Eriyanto mengatakan temuan yang sama ini berlaku untuk peneliti yang berbeda, waktu yang berbeda, dan konteks yang berbeda.17 Prosedur dan teknik dapat ditiru dan akan menghasilkan temuan yang sama kapanpun dan di mana pun dilakukan. Kategori yang sama bila

14

Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 16.

15

Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 29

16

Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 16.

17

Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 21.


(30)

digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya berbeda.18

Ciri lain dari analisis isi adalah untuk membuat perangkuman

(summarizing) yang nantinya akan menjadi generalisasi isi dari pesan/teks. Generalisasi merupakan hasil dari pengolahan data dari teknik analisis isi yang diambil melalui sampel dari populasi. Hasilnya akan memberikan gambaran umum terhadap populasi tersebut.

2. Tahapan Analisis Isi

Menurut Eriyanto, tahapan-tahapan analisis isi memeiliki tujuh tahapan, yaitu:19

a. Merumuskan tujuan analisis

b. Konseptualisasi dan operasionalisasi c. Lembar coding (coding sheet)

d. Populasi dan sample

e. Pelatihan coder dan pengujian validitas reliabilitas f. Proses coding

g. Perhitungan reabilitas h. Input data dan analisis data

C. Surat Kabar

1. Pengertian Surat Kabar

Secara etimologis, surat kabar atau koran berasal dari bahasa inggris “newspaper” dan bahasa belanda “courante” yang dipinjam pula

18

Rachmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 233.

19

Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 32


(31)

oleh orang belanda dari bahasa perancis “courant” adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik.20

Surat kabar merupakan salah satu medium media masa yang paling tua umurnya sebelum ditemukannya radio, televisi dan internet. Sama seperti fungsi media massa lainnya, surat kabar merupakan alat yang menjalankan fungsi komunikasi massa. Salah satu kelebihan surat kabar ialah mampu memberi informasi yang lengkap, bisa dibawa kemana-mana, dan terdokumentasi sehingga mudah diperoleh bila diperlukan.21

Menurut Susanto, surat kabar adalah pemberitaan tentang keadaan dan perkembangan yang memungkinkan orang untuk memperoleh gambaran tentang pendapat umum, sekaligus pemberitaannya, surat kabar mencerminkan aliran-aliran psikologi dan pendapat umum setiap harinya.22 Menurut Romli surat kabar sebagai koran, yaitu surat kabar harian yakni media massa cetak yang berukuran broadsheet yang terbit setiap hari.23 Lebih jauh lagi Hafied Cangara mengemukakan perbedaan surat kabar dari beberapa hal, yaitu:

“Dibedakan atas periode terbit, ukuran, dan sifat penerbitannya. Dari segi periode terbit dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Dari segi ukuran, ada yang terbit dalam bentuk plano dan adapula yang terbit

20

id.wikipedia.org./wiki/koran diakses pada selasa, 12 Mei 2015 pukul 13.51 wib

21

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 127.

22

Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktik, (bandung: Bina Cipta, 1998), h. 28.

23

Asep Syamsul M. Romli, Kamus Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 76.


(32)

dalam bentuk tabloid. Sedangkan isinya dibedakan atas dua macam yakni, surat kabar yang bersifat umum berisi informasi yang ditujukan bagi masyarakat umum serta surat kabar yang bersifat khusus yang memiliki ciri khas tertentu dan memiliki pembaca

tertent, misalnya surat kabar untuk wanita dan semacamnya.”24

Menurut Onong Uchjana Effendy surat kabar mengandung arti lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri secara periodik, bersifat umum, isinya aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembacanya.25

Dari penjelasan di atas, peneliti mencoba menyimpulkan bahwa surat kabar adalah laporan yang dibuat oleh wartawan yang menghasilkan sutu produk yaitu berita atau informasi yang kemudian diolah dan disebarkan kepada publik, yang terbit secara periodik dan aktual sehingga berita atau informasi dari seluruh dunia dapat diakses melalui surat kabar tersebut.

2. Karakteristik Surat Kabar

Menurut Elvinaro Ardianto, dkk (2004: 112) karakteristik media massa mencakup antara lain:

a. Publisitas

Publisitas atau publicity adalah penyebaran pada publik atau khalayak yang bersifat heterogen. Menurut Haris Sumadiria (2006) dalam Jurnalistik Indonesia, mengatakan heterogen yang dimaksud merujuk pada dua dimensi, yaitu geografis dan psikografis. Geografis menunjuk pada data administrasi kependudukan, seperti jenis kelamin, kelompok usia, suku bangsa, agama, tempat tinggal, dan pekerjaan. Sedangkan psikografis menunjuk pada karakter, sifat kepribadian, dan

24

Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 127

25


(33)

adat istiadat. Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar diberbagai tempat, karena pesan tersebut penting untuk diketahui umum atau menarik bagi khalayak pada umumnya. Dengan demikian, semua aktivitas manusia yang menyangkut kepentingan umum dan atau menarik untuk umum layak untuk disebarluaskan.

b. Periodesitas

Periodesitas menunjuk pada keteraturan terbitnya. Artinya, surat kabar harus terbit secara teratur misalnya setiap hari, seminggu sekali, atau satu bulan sekali. Surat kabar yang terbit setiap hari juga harus konsisten dalam penerbitannya. Misalnya terbit pada pagi hari atau sore hari. Kebutuhan manusia akan informasi sama halnya dengan kebutuhan manusia akan makan, minum, dan pakaian. Setiap hari manusia selalu membutuhkan informasi.

c. Universalitas

Universalitas menunjuk pada kesemesttaan isinya yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia. Dengan demikian, isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan dan lain-lain. Selain itu, lingkup kegiatannya bersifat lokal, regional, nasional, bahkan internasional.

d. Aktualitas

Secara etimologis, aktualitas (actuality) mengandung arti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Ini berarti informasi apapun yang disuguhkan media pers harus mengandung unsur kekinian, menunjuk pada persitiwa yang benar-benar baru terjadi atau sedang terjadi.


(34)

e. Terdokumentasi

Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan. Tetapi ada juga pakar pers yang menambahkannya dengan satu ciri yang lain yakni objektivitas. (Rachmadi, 1990;4-6).

f. Objektivitas

Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. 26 surat kabar yang baik harus dapat menyajikan hal-hal yang faktual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya (Rachmadi, 1990: 5).

D. Konseptualisasi Yellow Newspaper

Yellow newspaper atau dalam Bahasa Indonesia adalah koran kuning, merupakan salah satu produk jurnalistik yang menyiarkan berita dan informasi. Sama fungsinya dengan media massa lainnya, koran kuning juga berfungsi untuk melakukan fungsi komunikasi massa. Namun, koran kuning memiliki ciri khas atau karakteristik khusus yang membedakan ia dengan media massa lainnya.

Koran kuning merupakan wujud dari poular newspaper atau dalam Bahasa Indonesia adalah koran populer. Rosihan Anwar membedakan antara

quality newspaper dengan popular newspaper.27 Quality newspaper

merupakan surat kabar yang mengedepankan kualitas isi berita dan umumnya

26

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbioasa Rekatama Media, 2006), hlm. 38

27

Rosihan Anwar, Pos Kota 30 Tahun Melayani Pembaca, (Jakarta: Litbang Group Pos Kota, 2000), h 21


(35)

dikonsumsi oleh kelas menengah atas, sedangkan popular newspaper

merupakan surat kabar yang mengangkat isu-isu rakyat biasa dan umumnya masyarakat mengah kebawah yang menjadi konsumen utamanya.

Setting sosialdari kehadiran jurnalisme kuning adalah depresi ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada tahun 1883 hingga akhir abad ke-19.28 Pada tahun 1883, imigran dari Hungaria bernama Joseph Pulitzer membeli surat kabar yang bermasalah, New York World.29

Joseph Pulitzer membuat satu kebijakan untuk perusahaan media nya untuk tetap bertahan dalam ketatnya persaingan surat kabar di Amerika. Strategi yang ditempuh Pulitzer adalah menyiarkan berita yang sensasional yang sering kali tidak mengindahkan kaidah jurnalistik dan kode etik

jurnalistik. Khalayak bagi “jurnalisme baru”-nya adalah orang-orang biasa

dan dia berhasil menjangkau pembaca dengan peliputan berita yang ringan dan sensasional, penggunaan banyak ilustrasi, dan pembangunan sirkulasi dan promosi yang tangkas (contohnya penerbangan balon keliling dunia).30

Kesuksesan Joseph Pulitzer dalam mengembangkan New York World

kemudian diikuti oleh Randolph Hearts dengan media miliknya Morning Journal. Hearts mengikuti jejak Pulitzer dalam penggunaan karakteristik jurnalistik yang digunakan dalam surat kabar-nya. Persaingan antara Morning

28

https://bincangmedia.wordpress.com/2010/06/08/telaah-historis-asal-mula-istilah-koran-kuning/ diakses pada Rabu, 18 Maret 2015, pukul 7:08 wib.

29

Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, (Jakarta: Erlangga, 2012), h 137.

30


(36)

Journal milik Hearst dan New York World milik Pulitzer begitu hebat hingga merendahkan nilai surat kabar dan jurnalisme secara keseluruhan.31

Hearts dan Pulitzer saling bersaing menarik minat pembaca dengan berlomba menyajikan isu-isu sensasional yang didramatisasi. Hearst dan Pulitzer membuktikan bahwa bisnis media dapat mendatangkan keuntungan. Satu rahasia keberhasilan miliknya adalah penciptaan strategi yang lebih baik dalam memikat kelompok orang dengan pendapatan rendah.32 Tradisi barat inilah yang kemudian dikenal dengan yellow journalism (jurnalisme kuning) atau lazim disebut yellow newspaper (koran kuning). Baran dan Davis dalam Tamburaka mengatakan bahwa:

“Beberapa ahli komunikasi mengatakan istilah yellow journalism justru diambil dari judul komik pertama yang dipublikasikan dalam surat kabar Hearst, The Yellow Kid. Seperti kebanyakan yellow journalism, hearst tidak begitu memedulikan aspek akurasi dari laporan beritanya. Banyak peristiwa yang didramatisasi. Bahkan Hearst dituduh oleh penerbit Amerika lainnya di New York sebagai orang yang telah memprakarsainya perang antara Amerika dan Spanyol melalui liputannya yang memanas-manasi kongres untuk mendeklarasikan pernag terhadap ledakan yang tidak dapat dijelaskan di atas kapal perang Maine. Telegram Hearst kepada ilustratornya sangat memperlihatkan kesalahan yang selama ini dilakukan yellow journalism. Para wartawan biasanya hanya mengumpulkan informasi terbatas di lapangan kemudia menyerahkan kepada editor, dan editor tersebut membesar-besarkan dan

mendramatisasi informasi tersebut sedemikian rupa.”33

Beberapa hal yang berlebihan pada jurnalisme kuning yaitu terletak pada gambar yang dramatis, judul dengan huruf yang tebal, dan berita tentang rumor terbukti dalam halaman pertama New York World milik Joseph

31

Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, h. 137

32

Apridadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 25

33

Apridadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 25


(37)

Pulitzer. Koran kuning dalam pemberitaannya cenderung mengandalkan pemberitaan yang sensasional dan bombastis yang tercermin pada judul, ukuran, dan warna headline di setiap pemberitaannya.

Mengambil namanya dari Yellow Kid, sebuah karakter kartun yang populer saat itu, yellow journalism (jurnalisme kuning) adalah pelajaran tentang sesuatu yang berlebihan-berita seks, kejahatan, dan bencana yang sensasional; headline (tajuk utama) yang ditulis dengan huruf besar; penggunaan banyak ilustrasi; kebergantungan pada gambar dan warna.34

Dengan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan karakterisitik koran kuning yang memiliki ciri khas yang terdapat pada halaman pertama, yaitu:

1. Judul yang digunakan bombastis dan sensasional 2. Penggunaan huruf yang besar dan berwarna

3. Terdapat gambar atau foto yang dramatis yang melengkapi pemberitaan

4. Judul berita di halaman depan dipasang berdempetan 5. Terdapat 7-10 judul berita pada halaman depan

6. Berita berita yang disajikan menggelitik selera rakyat bawahan35

34

Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, (Jakarta: Erlangga, 2012), h 138

35

Rosihan Anwar, Pos Kota 30 Tahun Melayani Pembaca, (Jakarta: Litbang Group Pos Kotas, 2000), h. 27


(38)

E. Berita

1. Pengertian Berita

Istilah “berita” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki

arti cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.36 Berita juga diartikan sebagai surat kabar, laporan, dan pemberitahuan atau pengunguman.37 Menurut Edward Jay Freidlander dalam bukunya Excellence in Reporting yaitu:

“News is what you should know that you don’y know. News is what has happened yesterday recently that is important to you in daily life. News is what fascinates you, what excites you enoughto say to a friend, “hey, did you hear about. Nesws is what local, national, and international shakers and movers are doing to affect your life. News is the unexpected event, that fortunately or unfortunately, happened.”38

Menurut Sumadiria ada beberapa definisi berita, diantaranya yakni:39

a. Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Assosiate menyatakan news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar.

b. Charles dan James M. Neal menuturkan berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi

36

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 40

37

Suhaimi dan Rully Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 27

38

Hikmat Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) h. 39. “Berita adalah apa yang harus anda ketahui yang tidak anda ketahui. Berita adalah apa yang terjadi belakangan ini yang penting bagi anda dalam kehidupan anda sehari-hari. Berita adalah apa yang menarik bagi anda, apa yang cukup menggairahkan anda untuk mengatakan kepada seorang teman, „Hey, apakah kamu sudah mendengar ....?‟ Berita adalah apa yang dilakukan oleh pengguncang dan penggerak tingkat lokal, nasional, dan international untuk mempengaruhi kehidupan anda. Berita adalah kejadian yang tidak disangka-sangka yang, untungnya atau sayangnya, telah terjadi.

39

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbioasa Rekatama Media, 2006), h. 64-65


(39)

yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.

c. Dean M Lyle Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.

d. Djafar Assegaf mengartikan berita dalam definisi jurnalistik, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan.

e. Williard C.Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing menulis, berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena dia menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca.

f. William S. Maulsby dalam Getting the News menegaskan berita bisa didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca suart kabar yang memuat berita tersebut.

Setelah merujuk kepada beberapa definisi di atas, maka peneliti mendefinisikan berita sebagai laporan atau informasi tercepat mengenai fakta, opini, kejadian atau ide terbaru yang sedang terjadi, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, yang disebarluaskan kepada


(40)

khalayak melalui media massa berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.

2. Jenis-Jenis Berita

Jenis-jenis berita adalah sebagai berikut:40

a. Straight news adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. b. Depth news adalah menghimpun informasi dengan fakta-fakta

mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan mengenai informasi tersebut.

c. Comprehensive news adalah laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh, seesungguhnya merupakan jawaban terhadap kritikan sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung (straight news). Sebagai gambaran, berita langsung bersifat sepotong-potong, tidak utuh, hanya merupakan serpihan fakta itu setiap hari. Berita langsung seperti tidak peduli dengan hubungan atau keterkaitan antara berita yang satu dengan berita yang lain.

d. Interpretative news adalah berita yang biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini. Dalam jenis laporan ini, reporter menganalisis dan menjelaskan, karena laporan interpretatif bergantung kepada

pertimbangan nilai “opini”. Biasanya, para reporter interpretatif

menemui sedikit masalah dalam pencarian fakta. Mereka umumnya mencoba menerangkan berbagai peristiwa publik. Sumber informasi

40

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbioasa Rekatama Media, 2006), h. 69


(41)

bisa diperoleh dari narasumber yang mungkin hanya memberikan informasi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Laporan interpretatif biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan mengapa.

e. Feature story adalah menyajikan informasi yang penting untuk para pembaca. Sedangkan dalam feature, penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. Penulis feature menyajikan pengalaman pembaca (reading experience) yang lebih bergantung pada gaya (style).

f. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu fenomenal atau aktual. Dengan membaca karya pelaporan mendalam, khalayak akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang.

g. Investigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi.

h. Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum.

3. Konsep Berita

George Fox Mote dalam buku News Survey of Journalism (1958) menegaskan, ada delapan konsep berita yang patut diperhatikan kalangan


(42)

wartawan, media massa, dan bahkan masyarakat.41 Kedelapan konsep berita tersebut adalah sebagai berikut:

a. Berita sebagai laporan tercepat menitikberatkan pada penyampaian informasi yang dapat menarik perhatian dan dianggap penting oleh publik. Lebih cepat berita disiarkan, maka nilai berita akan semakin baik di mata masyarakat.

b. Berita sebagai rekaman dimaksud kepada fungsi berita sebagai dokumentasi dari suatu peristiwa atau masalah yang sedang terjadi. Berita sebagai rekaman telah menjadikan industri media massa semakin berkembang pesat bahkan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk pengemban ilmu dan penelitian.

c. Berita sebagai fakta objektif memberitakan tantang fakta apa adanya, sebagai suatu realitas. Berita harus bebas dari manipulasi dan interrvensi.

d. Berita sebagai interpretasi menitikberatkan pada fungsi berita sebagai fakta yang harus dijelaskan sebab-sebab terjadinya, situasinya, dan dan hubungannya dengan hal-hal lain.

e. Berita sebagai sensasi terdapat unsur subjektif yakni bahwa suatu informasi yang mengejutkan bagi khalayak asalkan tetap berorientasi pada fakta yang ada.

f. Berita sebagai minat insani menjadikan berita sebagai alat untuk menimbulkan simpati, empati, dan bahkan kontroversi, di kalangan

41

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Anggota IKAPI, 2003), h. 130-134.


(43)

pembaca atau pemirsa. Berita dapat membuat orang menangis, histeris, dan tergugah alam pikiran, hati dan perasaannya.

g. Berita sebagai ramalan berorientasi pada dampak pengaruh dari suatu peristiwa atau masalah yang menjadi berita. Berita bukan sekedar laporan, fakta yang sesungguhnya, berita harus mampu memberi interpretasi, prediksi, dan konklusi di kalangan publik. h. Berita sebagai gambar berorientasi pada penyajian gambar yang

dapat menarik perhatian pembaca untuk memperkuat pemahaman terhadap berita yang disajikan.

4. Kriteria Nilai Berita

Dalam berita ada beberapa kriteria atau karakteristik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Kriteria umum nilai berita merupakan acuan yang digunakan oleh para jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik.42 Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna atau yang biasa diterapkan untuk menentukan khalayak berita (news worthy).43

Menurut Sumadiria, kriteria umum nilai berita tersebut antara lain: Tabel 1.

Nilai Berita

No Nilai Berita Pengertian

1 Keluarbiasaan

(Unusualness)

Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam dunia jurnalistik, bad news is a good news (beirta buruk adalah berita baik). Lord Northchliffe, pujangga dan editor di Inggris abad 18, menyatakan suatu ungkapan yang kemudian menjadi popluer, yang

42

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbioasa Rekatama Media, 2006), h. 80

43


(44)

No Nilai Berita Pengertian

berbunyi: “If a dog bites a man, that’s not news, but

if a man bites a dog that’s news” (Mott, 1958: 63)44

2 Kebaruan

(Newness)

Berita adalah semua apa yang terbaru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti, dari soal pemilihan kepala desa hingga presiden (termasuk pemilihan presiden mahasiswa di kampus), merupakan berita.

3 Akibat (Impact) Berita adalah sesuatu yang berdampak luas. Contohnya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berdampak pada kenaikan tarif angkutan umum, kenaikan harga sembako, dll. 4 Aktual (Timeliness) Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru saja

terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi.

5 Kedekatan

(Proximity)

Berita adalah kedektakan. Kedekatan mengandung dua arti, yaitu kedekatan geografis yang menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadiu di sekitar tempat tinggal kita dan kedekatan psikologis yang menunjuk pada tingkat keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang.

6 Informasi

(Information)

Berita adalah informasi. Namun tidak semua informasi mengandung nilai berita. Dalam dunia jurnalistik, informasi yang tidak memiliki nilai berita tidak layak untuk ditayangkan di media massa.

7. Konflik (Conflict) Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan.

8. Orang penting

(Public Figure)

Berita adalah tentang orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Apapun yang dilakukan oleh seorang public figure akan mengnadung nilai berita .

9. Kejutan

(Surprising)

Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba diluar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan yang tidak diketahui sebelumnya. 10. Ketertarikan

Manusiawi

(Human Interest)

Berita mengenai human interest lebih banyak mengaduk perasaan daripada mengundang pemikiran. Berita ini akan menyentuh emosi, empati, dan rasa simpati pembaca.

11. Seks (Sex) Para pakar jurnalistik berteori: media massa tanpa seks dalam segala dimensi dan manifestasinya, sama saja dengan bulan tanpa bintang, pohon tanpa daun, atau sungai tanpa air. Sesuatu yang mustahil. Teori ini menimbulkan dampak yaitu dengan

44

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Anggota IKAPI, 2007), h. 287


(45)

No Nilai Berita Pengertian

menjamurnya penerbitan pers yang secara khusus mengangkat isu seks, gender, dan atau kehidupan kaum perempuan.

Sumber: Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature

F. Kriminalitas

1. Definisi Kriminalitas

Secara harfiah, kriminalitas berasal dari bahasa inggris yaitu

criminality. Criminality berasal dari bahasa Latin “crimen” yang memiliki arti kejahatan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kriminalitas sama artinya dengan kejahatan (pelanggaran yang dapat dihukum) yaitu perkara kejahatan yang dapat dihukum menurut Undang Undang dan perbuatan yang melanggar hukum pidana.45

Kriminalitas juga memiliki pengertian yang sama dengan tindak pidana. Pidana atau tindak kriminal adalah segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan.46 Pidana adalah hukuman berupa siksaan yang merupakan keistimewaan dan unsur yang terpenting dalam hukum pidana.47 Pelaku kriminalitas disebut dengan seorang kriminal yang acapkali tidak asing terdengar di telinga adalah pencuri, pembunuh, perampok, atau pemerkosa. Sifat dari hukum ialah memaksa dan dapat dipaksakan yang bertujuan untk memberi efek jera kepada si pelaku kriminal.

45

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2014), h. 620.

46

https://id.wikipedia.org/wiki/pidana diakses pada 20 Juni 2015 pukul 20:05

47

C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 259


(46)

Secara yuridis formal, kejahatan atau kriminalitas adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan, merugikan masyarakat, dan melanggar hukum serta undang-undang pidana yang dibukukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) maupun Undang-Undang. KUHP merupakan induk dari peraturan-peraturan pidana yang dibuat oleh Badan Legislatif yang tertinggi yang berlaku untuk segenap penduduk di seluruh Indonesia. Barangsiapa yang melanggarnya, dikenai pidana. Maka larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga negara.

Kartono dalam Siagian (2013) mengatakan secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku secara ekonomis, politis, dan sosial psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila dan menyerang keselamatan warga masyarakat baik yang telah termaktub dalam Undang-Undang, maupun yang belum tercantum dalam KUHP.48

Pengertian kriminalitas menurut beberapa ahli, yaitu:49 a. R. Susilo

Secara sosiologis mengartikan kriminalitas adalah sebagai perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan penderitaan atau korban juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan ketentraman dan ketertiban

.

48

www.academia.edu/7980794/sosiologi_kriminalitas diakses pada 10 Agustus 2015 pukul 23.00 wib

49


(47)

b. M.v.T

Kriminalitas merupakan perbuatan yang meskipun tidak ditentukan di Undang-Undang, sebagai perbuatan pidana, telah dirasakan sebagai onrecht sebagai perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum. c. Dr. J.E. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuro

Kriminalitas adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh hukum politik untuk melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana oleh Negara. Perbuatan tersebut dihukum karena melanggar norma-norma sosial masyarakat, yaitu adanya tingkah laku yang patut dari seorang warga negaranya.

C.S.T Kansil mengatakan bahwa hukum pidana bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-norma baru, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap norma-norma hukum yang mengenai kepentingan umum.50 Adapun yang termasuk dalam pengertian kepentingan umum adalah:

a. Badan dan peraturan perundangan negara, seperti Negara, Lembaga-lembaga Negara, Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya.

b. Kepentingan hukum tiap manusia, yaitu: jiwa, raga/tubuh, kemerdekaan, kehormatan, hak milik/harta benda.

Tindak kriminalitas dalam hukum pidana merupakan tindak kejahatan yang mengenai soal-soal yang besar, seperti: pembunuhan, penganiayaan, penghinaan, pencurian, dan sebagainya yang dilakukan oleh

50

C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 257.


(48)

individu ke individu yang lain yang membayar denda kepada negara karena menyebabkan kepentingan hukum tiap individu menjadi korban. Kepentingan hukum tiap manusia yang dimaksud adalah:51

a. Terhadap jiwa: pembunuhan, b. Terhadap tubuh: penganiayaan, c. Terhadap kemerdekaan: penculikan, d. Terhadap kehormatan: penghinaan, e. Terhadap milik: pencurian.

Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan yaitu kriminologi. Kata kriminologi pertama kali dipopulerkan oleh P. Topinard (1830-1911), seorang Antropolog Perancis.52 Kriminologi (sebagai ilmu pengetahuan) merupakan mempelajari sebab-sebab timbulnya suatu kejahatan dan keadaan-keadaan yang pada umumnya turut mempengaruhinya, serta mempelajari cara-cara memberantas kejahatan tersebut.53 Kriminologi ialah suatu ilmu pengetahuan yang mencari apa dan sebabnya, dari kejahatan dan berusaha untuk memberantasnya.54

Menurut Sutherland and Cressey dalam Kanter (2002) mengatakan kriminologi adalah himpunan pengetahuan mengenai kejahatan sebagai gejala masyarakat.55 Dimana ruang ligkup kejahatan adalah perbuatan yang melanggar perundang-undangan yang berlaku di suatu negara. Kanter mengatakan bahwa tujuan hukum pidana pada umumnya adalah

51

C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, h. 258

52

Amrizal Siagian, Pengantar Studi Kriminologi, (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 1

53

Kanter dan Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: Storia Grafika, 2002), h. 35.

54

C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 257

55


(49)

untuk melindungi kepentingan perseorangan (individu) atau hak-hak asasi manusia dan melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat dan negara dengan perimbangan yang serasi dari kejahatan/tindakan tercela di satu pihak dan dari tindakan penguasa yang sewenang-wenang di lain pihak.56

Kejahatan dirumuskan sebagai tindak pidana seseorang yang merusak dan merugikan orang lain. Kejahatan yang dilakukan dapat menimbulkan ketidak-tentraman dan keresahan dalam suatu masyarakat. Jadi, kriminologi mengartikan kejahatan sebagai gejala dalam masyarakat yang tidak pantas dan tidak/belum terikat kepada ketentuan-ketentuan yang telah tertulis.57

Peneliti dapat simpulkan bahwa kriminalitas merupakan suatu tindakan atau perilaku kejahatan individu kepada individu yang lain yang melanggar hukum, menyebabkan keresahan, menyebabkan seorang menjadi korban yang dapat diadili melalui hukum yang berlaku di suatu negara dalam hal ini hukum yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-Undang.

2. Bentuk-Bentuk Tindak Kriminalitas

Tindak kriminal tidak hanya termaktub dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Seiring dengan perkembangan zaman yang cepat, KUHP tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan Undang-Undang lain yang melengkapi kekurangannya. Tindak kriminal yang ada saat ini pun semakin berkembang melebihi dari apa yang sudah dibaku kan dalam KUHP. Oleh karena itu, KUHP sebagai aturan pidana secara umum

56

Kanter dan Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, h. 55

57

Kanter dan Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: Storia Grafika, 2002) h. 35


(50)

yang mengatur tindak kejahatan dilengkapi oleh Undang-Undang baru yang dibuat oleh Badan Legislatif dan Eksekutif.

Undang-Undang hadir sebagai pengganti atau sebagai lex specialis derogat legi generalis, yaitu aturan hukum yang lebih khusus mengesampingkan aturan hukum yang lebih umum. Sebelum adanya Undang-Undang yang khusus mengatur tindak pidana korupsi, tindak pidana yang serupa dengan tindak pidana korupsi memang dikenakan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terutama pasal 209, pasal 210, pasal 387, pasal 388, pasal 415, pasal 416, pasal 417, pasal 418, pasal 419, pasal 420, pasal 423, dan pasal 435 KUHP. Setelah adanya UU tersendiri yang mengatur tindak pidana korupsi, maka yang harus diberlakukan adalah ketentuan UU Tipikor sebagaimana diatur pasal 63 ayat (2) KUHP, yaitu:

“Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang diterapkan.”

KUHP itu sendiri terdiri atas tiga buku. Tiap-tiap buku terdiri dari beberapa bab dan tiap-tiap bab terdiri dari pasal-pasal serta tiap pasal terdiri pula dari ayat-ayat. Mengacu pada KUHP, tindak kriminalitas berada pada buku dua dengan berjudul “Kejahatan” yang terdiri atas 31 bab yang memuat kurang lebih 400 pasal. Namun dalam pembahasan ini, peneliti tidak akan menerangkan dengan terperinci mengenai pasal-pasal yang terdapat dalam KUHP. Peneliti hanya menggunakan indikator


(51)

kejahatan pada KUHP dan Undang-Undang Narkotika yang kemudian menjadi kategorisasi penelitian.

Bentuk-bentuk tindak kriminalitas tersebut, yaitu: a. Pencurian

Pencurian berasal dari kata curi. Curi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki arti mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Dalam hukum kriminal, pencurian adalah pengambilan propeti milik orang lain secara tidak sah tanpa seizin pemilik.58 Pencurian melanggar pasal 362 KUHP yang berbunyi:

“Barang siapa mengamil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

b. Tindak asusila dan kesopanan

Tindak pidana kesusilaan ini paling sulit untuk dirumuskan karena kesusilaan dan kesopanan merupakan hal yang relatif dan subjektif. Misalnya, laki-laki dan perempuan berciuman di tempat umum adalah hal yang biasa di Amerika Serikat tetapi akan sangat berbeda apabila dilakukan di Indonesia. Walaupun demikian ada pula bagian tindak pidana kesusilaan yang bersifat universal apabila tindakan tersebut berhubungan dengan nafsu seksual.

Menurut Prodjodikoro kesopanan pada umumnya mengenai adat kebiasan yang baik dalam hubungan berbagai anggota masyarakat

58

https://www.wikipedia.org/wiki/pencurian diakses pada 15 Agustus 2015 pukul 13.00 wib


(52)

sedangkan kesusilaan juga mengenai adat kebiasaan yang baik itu, tetapi khusus setidaknya mengenai kelamin (seks) seseorang.59

Dalam Buku II KUHP tentang Kejahatan, titel XIV memuat dua macam tindak pidana yaitu tindak pidana melanggar kesusilaan dan tindak pidana melanggar kesopanan yang bukan kesusilaan.60 Kejahatan yang termasuk dalam tindak pidana yang melanggar kesusilaan termuat dalam pasal 281-299 dan yang termasuk dalam tindak pidana yang melanggar kesopanan termuat dalam pasal 300-303. Jenis-jenis tindak asusila dan kesopanan antara lain:

1) Perkosaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “perkosa, memerkosa” memiliki arti menundukan dengan kekerasan, memaksa dengan kekerasan. Perkosaan adalah suatu tindakan kriminal berwatak seksual yang terjadi ketika seseorang (atau lebih) memaksa orang lain untuk melakukan hubungan seksual secara paksa baik dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.

Unsur terpenting dari tindak pidana pemerkosaan adalah adanya ketidakinginan atau penolakan pada apapun bentuk-bentuk perhatian yang bersifat seksual. Perkosaan tercantum dalam Pasal 289 KUHP yang berbunyi:

“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun“.

59

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, h. 111

60

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2003), h. 111


(53)

2) Perzinahan

Perzinahan tidak sama halnya dengan perkosaan. Hal ini dikarenakan definisi perzinahan dalam KUHP adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang salah satu atau keduanya terikat perkawinan dan diadukan oleh istri atau suami pelaku zina serta dilakukan atas dasar suka sama suka atau tidak adanya paksaan. Perzinahan diatur dalam KUHP pasal 284 dengan hukuman paling lama sembilan bulan penjara.

Agar dapat termasuk dalam pasal ini maka persetubuhan itu harus dilakukan dengan atas dasar suka sama suka, tidak boleh adanya ancaman atau paksaan oleh salah satu pihak. Bukanlah dikatakan zina apabila persetubuhan itu dilakukan dengan paksaan (Pasal 285), persetubuhan dengan perempuan dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya (Pasal 286), dan persetubuhan dengna perempuan yang belum cukup umur lima belas tahun (Pasal 287).61

Dalam hukum Islam, perzinahan dibagi menjadi dua macam, yaitu zinah muhshan, yaitu perzinahan yang dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai pasangan yang sah (sudah menikah) dan zinah ghayru muhshan, yaitu perzinahan yang dilakukan orang yang belum pernah menikah. Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar dan perbuatan yang dilaknat oleh Allah. Sebagaimana terdapat dalam Al-quran:

61

http://www.kompasiana.com/sagitapurnomo/pasal-284-jadi-celah-muda-mudi-untuk-berzina_551f640c813311612c9df318 diakses pada 19 Agustus 2015 pukul 10.00 wib


(54)







"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q.S. Al-Isra' 17:32)

Hukumnya menurut agama Islam untuk para pezina adalah sebagai berikut:62

1)

Jika pelakunya sudah menikah melakukannya secara sukarela (tidak dipaksa atau tidak diperkosa), mereka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam.

2)

Jika pelakunya belum menikah, maka mereka didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian diasingkan selama setahun Namun dalam hukum di Indonesia yang dikategorikan sebagai perzinahan adalah aktivitas seksual yang dilakukan oleh wanita dan laki-laki yang salah satu atau keduanya telah menikah sebagaimana tercantum dalam pasal 284 KUHP. Perzinahan menurut hukum di Indonesia baru dianggap sebagai suatu tindak pidana dan dapat dijatuhkan hukuman ketika hal itu melanggar kehormatan perkawinan.

Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya memasukan kategori perzinahan yang dilakukan oleh wanita dan pria yang telah menikah sebagaimana tercantum dalam KUHP tetapi juga memasukkan definisi perzinahan yang dilakukan oleh wanita

62


(55)

lajang dan pria lajang sebagaimana yang diatur dalam hukum Islam.

3) Perjudian

Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang.63 Definisi dari permainan yang digolongkan sebagai judi diatur dalam tindak pidana perjudian pada Pasal 303 Ayat 3 KUHP, yakni:

“Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap

permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan-permainan lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.”

Dari ketentuan KUHP tersebut dapat dilihat bahwa dalam permainan judi, terdapat unsur keuntungan dan pertaruhan. Jadi permainan yang bisa dianggap judi adalah jika ada yang bertaruh untuk mendapat suatu keuntungan.

4) Minuman Keras

Menurut Pasal 1 Keppres No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan pengendalian Minuman Beralkohol yang dimaksud dengan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan

63


(1)

72. Kepingin Pakaian Dalam Merk Terkenal Sejoli Nyolong BH Seharga 700 Ribu

V

73. Nenek Tewas Ditabrak Sedan V

74. Naik Motor Kejar Kawanan Jambret Pemuda Tersungkur Ditembak

V

75. 12 Pelajar SMP Pesta Narkoba V

76. Kasus Pembunuhan Angeline di Bali, Ibu Angkat Angeline Diduga Psikopat

V

77. Modal Gula Pasir dan Bahan Kimia, Dua Kakek Produksi Madu Palsu

V

78. Dua Motor tabrakan Satu Orang Luka


(2)

Coding Sheet

Lembar Penilaian Juri III

No. Judul Berita

Kriminalitas

1 2 3 4 5 6 7 8 1. 47 Pembalap Liar Dikepung V

2. Wanita Terkapar di Karet Bivak V

3. Pemuda Curi 919 Galon Dibekuk V 4. Kesenggol Bus Pengantin

Pengendara Motor Tewas

V

5. Kasus Pembunuhan Bermotif Harta Waris Ibu Angkat Angeline Ditahan

V

6. Jelang Puasa Hotel Melati Dirazia 10 Pasangan Mesum Digelandang

V

7. 6 Begundal Rampok Rumah Kakak Beradik Korban Diikat Puluhan Juta Digasak

V

8. Bapak Cari Ilmu Pesugihan, Anak Kandung Jadi Sasaran

V

9. 37 Kali Membegal “Kapten” Ditembak Mati

V

10. Pesta Miras Oplosan di Bekasi, Nyawa 2 Pemabuk Melayang

V

11. 2 Taksi Tabrakan Pengemudi V

12. Jadi Kurir 12 Kilogram Sabu, Pelacur di Bayar Rp. 2 Juta

V

13. 31 Penjahat Dunia Maya Digrebek di Medan

V

14. Kepergok Mencuri, Dikejar Panik Bandit Tabrak Tiang Listrik

V

15. Bos Karet Digorong Rp. 310 Juta Amblas

V


(3)

Maling Dipermak Massa

17. Wanita Setengah Bugil Tewas V

18. Remaja Ditabrak Mobil V

19. Sakit Hati Dihina Pemuda Bunuh Pacar

V

20. Edarkan 28kg Shabu Janda 2 Anak Ditangkap

V

21. Kenalan Lewat Facebook Gadis Digilir 5 Pemuda

V

22. Dijanjikan Kerja Di Pabrik Bayar Rp 3 Juta 31 Warga Tangerang Tertipu

V

23. Motor Tertabrak Truk 2 Wanita Tewas

V

24. Bininya Suka Ke Tetangga Suami Ngamuk di Jalanan

V

25. Bandit Doyan Kawin, Nyerah Dikepung Polisi

V

26. Pengusaha Jual Sabu Lewat Internet V 27. Pengangguran Beristeri Dua

Dicokok

V

28. Menyebrang Jalan Tewas Disambar Kereta

V

29. Rampas Tas Istri Juragan Beras Bandit Nangis Minta Dilepas

V

30. Tentara Dikeroyok di Depan Istri V 31. Bergilir Dalam Semalam, 3

Minimarket Digarong

V

32. Pejalan Kaki Diserempet Angkot V

33. Di Tepi Tol Jagorawi, Pria Digantung di Pohon

V

34. Pilih Istri Jelek dan Lugu Agar Gampang Dibohongi

V


(4)

Ditikam

36. Warga Pesta Bir Gratis, Truk Pengangkut Miras Terbalik

V

37. Guru Tanam Ganja di Pot, Dibekuk Tim Buser

V

38. Bawa Kabur Motor Pacar, Cowok Ngaku Meninggal

V

39. Pemuda Dihabisi di Tepi Rel V 40. Ganasnya Lelaki Duda Gadis ABG

Disikat Juga

V

41. Mau Cari Kerja Di Ibu Kota 4 Pria Cianjur Curi Sepatu

V

42. Pedagang Nasi Bantai Lelaki Selingkuhan Istri, Disabet Clurit Puluhan Kali

V

43. 6 Garong Bertopeng Kuras Brankas Minimarket

V

44. Lolos Dari Kejaran Massa, Penjambret Ditabrak Mobil

V

45. Cewek ABG Tewas Digorok V 46. Komplotan Penipu Kartu Kredit

Digulung

V

47. Mencuri Barang Menantu Demi Bantu Mantu Lainnya

V

48. Ditinggal Suami, Wanita Tua Dihabisi, Darah Berceceran Tidak Ada Barang Hilang

V

49. Pedagang Tahu Berformalin Diciduk

“Saya Cuma Jualan” V

50. Sopir Rental Dibantai, Mobil Ditemukan di Tepi Jalan

V

51. Pulang Acara Perpisahan Kakak Kelas, Siswa SMP Tewas Dicelurit

V


(5)

53. Kejar 2 Bandit, Ibu Tewas V 54. Lagi, Minimarket Disantroni Garong V

55. Dua Pria Tewas Ditabrak Mobil V

56. Polantas Diterjang Ducati V

57. Pabrik Sabun Kecantikan Digrebek V 58. Pulang Nonton Konser, Remaja

Dibantai

V

59. Bu Guru Bekuk Bandit Cabul V 60. Angeline Dibunuh di Rumah Ibu

Angkat

V

61. BNN Grebek Rumah Kos Sarang Narkoba Cewek WNA Ditangkap, 12 Kg Shabu Disita

V

62. Taksi Tabrak Angkot Satu Orang Luka

V

63. Cemburu Istri Didekati Tetangga pun Disiram Bensin

V v

64. Senggolan Kendaraan Polwan Dibogem

V

65. Jelang Ramadhan Pelacur Pela-Pela Di Razia, Pasang Mesum Digelandang

V

66. Pembunuh Angeline Diupah Rp 25 M, Mengaku Disuruh Ibu Angkat Korban

V

67. Pemuda Korban tabrak Lari Tewas V

68. Razia di Matraman Jaya 156 Botol Miras Disita

V

69. Garong Berpistol Sasar Minimarket V

70. Oknum PNS Kepergok “Nyamar” V

71. Kasus Pembunuhan Angeline, Becak Darah Ditemukan di Kamar Ibu Angkat


(6)

72. Kepingin Pakaian Dalam Merk Terkenal Sejoli Nyolong BH Seharga 700 Ribu

V

73. Nenek Tewas Ditabrak Sedan V

74. Naik Motor Kejar Kawanan Jambret Pemuda Tersungkur Ditembak

V

75. 12 Pelajar SMP Pesta Narkoba V

76. Kasus Pembunuhan Angeline di Bali, Ibu Angkat Angeline Diduga Psikopat

V

77. Modal Gula Pasir dan Bahan Kimia, Dua Kakek Produksi Madu Palsu

V

78. Dua Motor tabrakan Satu Orang Luka