kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan danatau barang
b. Kecelakaan lalu lintas sedang yaitu
kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan danatau
barang
c. Kecelakaan lalu lintas berat yaitu
kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal danatau luka berat
Sumber: Data Primer
3. Uji Reliabilitas
Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori isi berita kriminalitas maka perlu diadakan pengujian pada tiga orang juri atau
koder yang telah disebutkan di atas. Uji reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Dalam penelitian ini formula rumus yang digunakan untuk menghitung derajat reliabilitas dari suatu alat ukur adalah Formula Holsti.
Formula Holsti merupakan hasil kesepakatan antar juri yang dijadikan koefisien reliabilitas. Untuk mencapai reliabilitas antar juri, peneliti
menggunakan rumus Holsti, yaitu:
14
`
Keterangan: M = Jumlah pernyataan coding yang disetujui oleh masing-masing
juri N1 = Jumlah pernyataan coding yang dibuat oleh juri 1
N2 = Jumlah pernyataan coding yang dibuat oleh juri 2
14
Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 290
Setelah itu untuk memperoleh rata-rata nilai kesepakatan antar juri komposit reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan: N = Jumlah juri
X = rata-rata Reliabilitas bergerak antara 0 hingga 1, dimana 0 berarti tidak ada
satupun yang disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuan sempurna di antara para coder. Makin tinggi angka, makin tinggi pula
angka reliabilitas. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70.
15
Artinya, kalau hasil perhitungan menunjukan angka reliabilitas di atas 0,7 berarti alat ukur ini benar-benar
reliabel. Tetapi, jika di bawah angka 0,7, berarti alat ukur coding sheet bukan alat yang reliabel. Artinya kategorisasi yang dibuat belum
mencapai tingkat keterandalan atau keterpercayaan.
16
Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing indikator dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: P
= Prosentase F
= Frekuensi N
= Jumlah populasi
15
Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h. 290
16
Rachmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2006, h.
67
BAB IV GAMBARAN UMUM
SURAT KABAR HARIAN POS KOTA
A. Sejarah Singkat Pos Kota
Lahirnya Pos Kota bermula dari keinginan beberapa wartawan untuk menerbitkan sebuah koran yang khas yang dapat dinikmati oleh kalangan
masyarakat menengah ke bawah. Sekitar tahun 1969, mereka yang berminat dibidang jurnalistik berkumpul membicarakan suatu rencana dan gagasan
yang menginginkan adanya pewarnaan yang unik bagi dunia pers yang sudah ada selama ini. Mereka adalah Harmoko, Yachya Suryawinata, Tahar S.
Abiyasa, S. Harsono, dan Pansa Tampubolon. Harmoko adalah wartawan sekaligus mantan mentri penerangan di
zaman Soeharto, Yachya Suryawinata dan Tahar S. Abiyasa juga merupakan wartawan dari media cetak di Ibu Kota, sedangkan S. Harsono dan Pansa
Tampubolon merupakan dari kalangan bisnis tetapi menaruh perhatian penuh pada dunia jurnalistik.
Harmoko memperoleh ide koran populer ketika menghadiri sebuah konferensi bertajuk “Asia Assembly” pada April tahun 1970.
1
Acara tersebut diselenggarakan oleh Press Foundation of Asia PFA di Manila, Filipina.
Pada konferensi yang dihadiri oleh sejumlah wartawan, penerbit, teknokrat, serta para sarjana ini dibahas mengenai perkembangan media massa cetak di
Asia. Para pembicara dalam forum itu sepakat bahwa media cetak memiliki
1
Rosihan Anwar, POS KOTA 30 Tahun Menlayani Pembaca, Jakarta: Litbang Grup Pos Kota, 2000, h. 25