Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis
homogenitas yaitu jika nilai Fhitung Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen. Sebaliknya jika Fhitung Ftabel maka
dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen.
3. Uji Hipotesis Statistik
Uji hipotesis ini menggunakan uji t “t” test, untuk menguji hipotesis nihil Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil
belajar biologi antara siswa siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT. Untuk menguji
hipotesis digunakan uji “t” pada taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan dk = 58, adapun kriterianya adalah : jika t
hitung
t
tabel
maka Ho diterima dan Ha ditolak, perhitungannya dapat dilihat pada lampiran.
4
Hasil perhitungan untuk posttest kelas STAD dan TGT diperoleh t
hitung
posttest 4,81 dari tabel distribusi “t” untuk taraf signifikan 0.05 dan derajat
kebebasan dk = 58, diperoleh t
tabel
= 2,00. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji “t” Posttest
Uji t t
hitung
t
tabel
Kesimpulan data Posttest
4,81 2,00
Ho ditolak dan Ha diterima
Berdasarkan data pada tabel 4.7, untuk posttest t
hitung
t
tabel
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hasil posttest dalam penelitian ini
dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan TGT.
4
Lampiran 16., h. 138.
4. Hasil Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk mengadakan pencatatan mengenai aktifitas siswa dalam belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun TGT pada pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh dari lembar observasi bertujuan untuk mengetahui aktifitas siswa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT. Aktivitas siswa dalam belajar kelompok dikonversi ke dalam lima aspek,
yaitu rasa ingin tahu, keberanian berpendapat, saling menghargai, bertanggung jawab dan bekerjasama dalam kelompok. Hasil observasi dapat
dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen STAD dan TGT
No. Aspek
Indikator STAD
TGT Pertemuan
Pertemuan I
II I
II
1 Rasa ingin
tahu 1.
Mengajukan pertanyaan 40
60 40
60 2.
Mengajukan gagasan dalam memecahkan
masalah 40
60 40
60 2
Keberanian 3.
Berani mengemukakan pendapat
40 60
40 60
4. Berani mengakui
kesalahan dalam mengemukakan
pendapat 40
60 40
60
3 Sifat
menghargai 5.
Menghargai pendapat orang lain
40 60
40 60
6. Santun dalam
mengemukakan pendapat
40 60
40 60
4 Tanggung
jawab 7.
Bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan 40
60 40
80 8.
Bertanggung jawab terhadap pembagian
tugas yang diberikan 40
60 40
80 5
Kerjasama 9.
Bekerjasama dengan baik dalam setiap
kegiatan kelompok 40
60 40
80 10.
Saling membantu dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan 40
60 40
80
Jumlah Rata-Rata 40
60 40
68
Berdasarkan data pada tabel 4.8 menunjukan data yang bervariasi dari pertemuan kesatu hingga pertemuan kedua. Dapat dilihat bahwa pencapaian
indikator mengalami peningkatan pada tiap pertemuannya. Secara umum pada kelas STAD dan TGT terlihat aspek rasa ingin tahu, keberanian dan sifat
menghargai, pada indikator kesatu sampai keenam sama-sama mengalami peningkatan yang sama pada awal pertemuan sebesar 40 dan pertemuan
kedua mencapai 60. Namun pada aspek tanggung jawab dan kerjasama, kelas TGT terlihat
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas STAD. Berarti pada kelas TGT siswa sudah menunjukkan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan
bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan, apabila ada anggota kelompoknya tidak mengerti maka anggota kelompok yang lain
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya. Setiap siswa dituntut untuk menguasai materi pelajaran sebagai bekal saat turnamen
agar siswa dapat menjawab soal turnamen tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Van Sickle bahwa “sistem belajar kelompok dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual siswa”.
5
Pada aspek kerjasama kelas TGT lebih tinggi dibandingkan dengan kelas STAD. Berarti pada kelas TGT siswa sudah menunjukkan kerjasama
saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dan tugas yang diberikan dikerjakan secara bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Ibrahim bahwa “dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT setiap anggota kelompok saling bekerjasama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompoknya”.
6
5
Fitri Handayani, “Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri I Purwodadi Kabupaten
Pasuruan pada Materi Keragaman Bentuk Bumi ”, Jurnal Kependidikan, vol. 2, no. 2, 2010, h.
175.
6
Ibid., h. 173.
C. Pembahasan
Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pengajaran model kooperatif tipe STAD dan TGT di MAN 1 Bekasi. Penelitian ini
dilakukan selama dua kali pertemuan pada konsep sistem pernapasan pada manusia dan hewan yang dilaksanakan pada dua kelas eksperimen yaitu kelas
XI.1 berjumlah 30 siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD, dan kelas XI.3 berjumlah 30 siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT. Jika terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum dimengerti oleh siswa dalam kelompok, peran
guru di sini memberikan arahan, motivator, dan fasilitator sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi dari permasalahan secara bersama-sama
dan bukan sebagai pemberi materi total dari awal sampai akhir seperti yang dilakukan oleh sebagian guru dalam menyampaikan materi ke siswa.
Prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai guru dalam pengajaran model kooperatif tipe STAD diantaranya diawali dengan
membentuk kelompok terdiri 4-5 siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen, kemudian guru menyampaikan materi dasar mengenai konsep
sistem pernapasan pada manusia dan hewan, membagiakan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta siswa mengadakan diskusi kelompok untuk
mengerjakan lembar kerja siswa dan saling mengajarkan kepada teman sekelompoknya,
mempersilahkan kepada
setiap kelompok
untuk mengumpulkan LKS, dan pada tahap akhir guru memberikan tes berupa kuis
secara individu kepada siswa. Selama tes berlangsung siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama dalam kelompok.
Sedangkan prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai guru dalam pengajaran model kooperatif tipe TGT diantaranya
diawali dengan membentuk kelompok terdiri 4-5 siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen, kemudian guru menyampaikan materi dasar mengenai
konsep sistem pernapasan pada manusia dan hewan, membagikan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta siswa mengadakan diskusi kelompok
untuk mengerjakan lembar kerja siswa dan saling mengajarkan kepada teman
sekelompoknya, mempersilahkan
kepada setiap
kelompok untuk
mengumpulkan LKS, dan pada tahap akhir guru memberikan tes berupa games turnamen dimana siswa berkompetisi dengan kelompok lain yang
berkemampuan hampir sama. Sama halnya dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada TGT pun guru memberikan hadiah sebagai penghargaan
kepada siswa dan kelompok yang berprestasi baik dalam hasil belajar, kerjasama, tanggung jawab, keaktifan dalam proses pembelajaran.
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen STAD, aktivitas siswa terhadap skor kuis secara kelompok didapatkan rata-rata sebesar 21,6.
7
Pada tahap ini termasuk kategori cukup karena siswa belum terbiasa belajar
kelompok yang dilakukan dengan menggunakan kooperatif tipe STAD. Pada pertemuan kedua didapatkan nilai rata-rata skor kuis sebesar 22,4. Pada tahap
ini termasuk kategori cukup karena siswa tidak bekerjasama dengan baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan masih belum terbiasa belajar
kelompok dengan menggunakan kooperatif tipe STAD. Hal ini sesuai dengan data observasi pada kelas eksperimen STAD tersebut pada aspek kerjasama
pada indikator bekerjasama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan mendapatkan
nilai rata-rata sebesar 60.
8
Berarti siswa masih rendah dalam bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan LKS dalam kelompok.
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen TGT, aktivitas siswa terhadap skor turnamen secara kelompok didapatkan rata-rata 39,2.
9
Pada tahap ini termasuk kategori baik karena siswa sudah terbiasa belajar
kelompok yang dilakukan dengan menggunakan kooperatif tipe TGT. Pada pertemuan kedua didapatkan nilai rata-rata skor turnamen sebesar 43,2. Pada
tahap ini termasuk kategori sangat baik karena siswa sudah sangat baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai terbiasa belajar kelompok
dengan menggunakan kooperatif tipe TGT. Hal ini sesuai dengan data observasi pada kelas eksperimen TGT tersebut pada aspek tanggung jawab
7
Lampiran 10, h. 119
8
Lampiran 18, h. 141
9
Lampiran 10, h. 119
dan kerjasama mendapatkan nilai rata-rata sebesar 80.
10
Berarti siswa sangat baik dalam hal bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan
bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan juga bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan LKS dalam kelompok.
Sesuai dengan hasil penelitian Leonard yang menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif tipe TGT selain dapat meningkatkan tanggung
jawab, kerjasama dalam kelompok juga dapat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
”.
11
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas XI MAN 1 Bekasi, setelah semua materi pada konsep sistem pernapasan manusia dan
hewan telah selesai disampaikan, maka dilakukan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap konsep yang telah diajarkan. Hasil tersebut dapat
membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD
dengan TGT, yaitu bahwa hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan
hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT, karena berdasarkan data posttes nilai rata-rata hasil
belajar biologi siswa kelas TGT sebesar 76 lebih tinggi daripada nilai rata- rata hasil belajar biologi kelas STAD sebesar 61.
Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis “t” test didapatkan t
hitung
= 4,81 dengan derajat kebebasan dk sebesar 58 30+30-2 tidak ada dalam tabel maka digunakan dk yang mendekati yaitu 60, maka diperoleh t
tabel
pada taraf signifikan 0,05 sebesar 2,00. Jika dibandingkan dengan t
hitung
t
tabel
yaitu 4,81 2,00. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar biologi yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT.
10
Lampiran 18, h. 143
11
Leonard, ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia ”, Jurnal Ilmu Exacta, vol. 1, no.
2, 2009, h. 96-97.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan STAD. Hal ini disebabkan dalam model pembelajaran
kooperatif tipe TGT terdapat turnamen atau lomba yang diadakan setelah diskusi kelompok, dimana siswa berkompetisi dengan kelompok lain dalam
satu meja secara homogen yang berkemampuan hampir sama. Pada tahap turnamen ini, setiap siswa bertanggung jawab menyumbangkan skor
sebanyak-banyaknya untuk kemenangan kelompoknya. Siswa akan berusaha membela kelompoknya agar dalam turnamen dapat mengumpulkan skor
setinggi-tingginya. Adanya pemberian hadiahsertifikat pada kelompok pemenang lomba menyebabkan tumbuhnya minat belajar siswa sehingga
siswa memiliki keinginan untuk belajar. Minat belajar siswa berpengaruh terhadap motivasi belajar. Dengan dilaksanakannya game turnamen ini siswa
merasa tertantang dan termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi Suseno yang
menyatakan bahwa “model TGT memberikan peningkatan motivasi dan hasil
belajar biologi siswa ”.
12
Pelaksanaan TGT juga membuat siswa merasa senang karena dalam pelaksanaan TGT siswa bermain sambil belajar, siswa merasa lebih semangat
dalam belajar, siswa merasa lebih mudah mengingat dan memahami materi. Sesuai dengan hasil penelitian Leonard yang menyatakan bahwa
“model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengandung unsur permainan dan
penguatan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa merasa lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar
”.
13
Selain itu Masriani juga berpendapat bahwa
12
Budi Suseno, “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Materi Sistem Reproduksi Invertebrata Melalui Optimalisasi Penggunaan Media Charta, dengan Metode Pembelajaran
Kooperatif Model TGT Kelas X.I”, Jurnal Widyatama, vol. 2, no. 5, 2008, h. 68.
13
Leonard, op. cit., h. 84.