Model Pembelajaran Kooperatif Deskripsi Teoretis

b. Macam-macam pembelajaran kooperatif Beberapa model pembelajaran yang dikembangkan dari coopertive learning menurut Muhamad surya diantaranya Jigsaw, STAD Student Team Achiement Division, Team Games Tournamnet TGT, dan pendekatan struktural yang meliputi TPS Think Pair Share, serta NHT Numbered Head Together. 13 Tipe-tipe pembelajaran kooperatif menurut La Iru adalah sebagai berikut: 14 1. Student Teams Achivement Division STAD Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. 2. Numbered Head Together NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan tingkat akademik. 3. Think Pair Share TPS TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. 4. Tim Ahli Jigsaw Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim heterogen yang beranggotakan 4-5 orang siswa, materi pelajaran yang diberikan pada siswa dalam bentuk teks setiap anggota bertanggung 13 Ibid., h. 49. 14 La Iru dan La Ode, op. cit., h. 55-69. jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan, dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain. 5. Teams Games Tournament TGT Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok, setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda- beda. 6. Mind Mapping Mind Mapping atau peta pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema turunan. Itu berarti setiap kali kita mempelajari suatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya. 7. Example Non Example Example Non Example adalah model pembelajaran kooperatif yang menggunakan gambar sebagai media alat peraga untuk mempermudah guru dalam menjelaskan materi. Melalui model pembelajaran Example Non Example siswa diharapkan dapat mengerti materi pelajaran dengan menganalisis contoh-contoh gambar yang ditampilkan oleh guru. Dan hasil dari analisisa tersebut dapat diuraikan di depan kelas. 8. Think Talk Write Merupakan model pembelajaran kooperatif di mana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran yaitu lewat kegiatan berpikir, berbicaraberdiskusi, bertukar pendapat, serta menulis hasil diskusi agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. 9. Investigasi Kelompok Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untu diterapkan. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok yang heterogen, selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas. c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Lie antara lain: 1. Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling katergantungan bahan atau sumber, saling katergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah. 2. Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya. 3. Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberika sumbangan demi kemajuan kelompok. 15 4. Partisipasi dan komunikasi Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Sebelum melakukan kooperatif, guru perlu 15 Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010, cet. 2, h. 40-41. membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya. 16 Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Carin sebagai berikut: 17 a. Setiap anggota mempunyai peran. b. Terjadi interaksi langsung antarsiswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan teman- teman kelompoknya. d. Peran guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan. keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok bila diperlukan. Arends menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 18 1 Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar. 2 Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah 3 Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam 4 Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Rusman antara lain: a Pembelajaran secara tim b Didasarkan pada manajemen kooperatif c Kemauan untuk bekerja sama d Keterampilan bekerja sama. 19 16 Wina Sanjaya, op.cit., h. 247. 17 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, op. cit., h. 132. 18 Trianto, op. cit., h. 47. 19 Rusman, op. cit., h. 207. d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson tidak semua kerja kelompok dapat dianggap dalam keterampilan kooperatif. Untuk memperoleh hasil yang maksimal lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu: 20 1 Adanya saling ketergantungan yang positif Positive Interdependence Suasana dalam kegiatan pembelajaran kooperatif dapat diciptakan oleh guru yaitu situasi belajar yang kondusif. Situasi ini akan menimbulkan hubungan yang erat antar siswa sehingga akan timbul saling ketergantungan yang positif. Semangat kerja sama yag tinggi akan muncul dan betujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Beberapa cara membangun ketergantungan positif yaitu: 21 a Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan tujuan mereka tidak akan tercapai. b Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mengaku berhasil mencapai tujuan. c Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompo hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. d Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok. 2 Memiliki Tanggung Jawab Perseorangan Individual Accountability Pembelajaran kooperatif akan memunculkan sikap tanggung jawab siswa untuk melakukan yang terbaik. Dalam kelompok pembelajaran yang efektif setiap indiviu harus dievaluasi dan hasil evaluasi dikembalikan lagi ke individu dan anggota kelompoknya yang lain. Hal ini bertujuan untuk 20 Anita Lie, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo.2005, cet. 4, h. 31. 21 Agus Suprijono, op. cit., h. 59. mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi secara individual. Sedangkan secara kelompok yaitu jika setiap anggota kelompok saling membantu, mereka harus tau siapa yang membutuhkan bantuan dan siapa yang akan membantu. 3 Adanya tatap muka Face to face promotion interaction Tatap muka antar siswa akan memksa siswa utntuk membangun dialog atau interaksi yang baik demi keberhasilan kelompok mereka. Interaksi antar anggota yang dilakukan secara langsung baik dalam mengerjakan tugas, berbagi pengetahuan antar anggota kelompok maupun dalam mendiskusikan konsep yang sedang dipelajari. Interaksi semacam ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dan mendiskusikan materi yang belum dipahami. 4 Komunikasi antar anggota Participation communication Dalam pembelajaran kooperatif komunikasi merupakan hal yang paling penting. Dengan komunikasi akan merangsang keaktifan siswa dalam berdiskusi bersama anggota kelompok untuk mendiskusikan masalah atau menyampaikan pendapatnya. 5 Evaluasi proses kelompok Yang dimaksud evaluasi kelompok adalah bahwa seluruh anggota kelompok mendiskusikan bagaimana peran mereka didalam kelompok , seberapa efektif mereka melakukan atau menyelesaikan pekerjaan, kemudian merefleksi setiap hal yang dikerjakan bersama dan memperbaiki apabila belum mencapai tujuan. Sedangkan menurut Muslimin Ibrahim ada tujuh unsur pembelajaran kooperatif yaitu: 22 a. Siswa dalam kelompok harus beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya. c. Siswa harus melihat semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 22 Kunandar, op. cit., h. 360. d. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya. e. Siswa dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. g. Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Wina Sanjaya, ada empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1. adanya peserta dalam kelompok, 2. adanya aturan kelompok, 3. adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, 4. adanya tujuan yang harus dicapai 23 e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. 24 Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Kegiatan guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan demonstrasi atau bahan bacaan teks Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaiamana caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan perubahan yang efisien Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam belajar Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5 Mengetes materi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan penghargaan Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok 23 Wina Sanjaya, op.cit., h. 241-242. 24 Trianto, op. cit., h. 48-49. f. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Konvensional Dalam pembelajaran konvensional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional. Perhatikan tabel berikut : Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional 25 Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru sering membiarkan siswa adaya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan konsep pembelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya enak-enak saja di atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong. Kelompok belajar heterogen baik kemampuan akademik, jenis kelamin, maupun ras atau suku. Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi anggotanya. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya sendiri. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial yang sering tidak diajarkan secara langsung. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melaui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan antarpribadi yang saling menghargai. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. 25 Ibid., h. 43. g. Keunggulan dan Kelemahan Kooperatif Ada banyak nilai lebih dari pembelajaran kooperatif di antaranya adalah: 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. 3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. 5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai persfektif. 10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik 11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. 26 Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Jhonson dan Jhonson, yakni: 27 a. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial b. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati c. Memungkinkan para siswa saling belajar d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen e. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial 26 Sugiyanto, op. cit., h. 43-44. 27 Kunandar, op. cit., h. 362-363. f. Meningkatkan motivasi belajar g. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia i. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar j. Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru dan personel sekolah. Selain keunggulan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan di antaranya sebagai berikut: 1 Untuk memahami dan mengerti filosofipembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat kooperatif learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan, akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu kerja sama dalam kelompok. 2 Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Karena itu, tanpa adanya peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa jadi cara belajar yang demikian membuat siswa tidak memahami apa yang seharusnya dipahami. 3 Penilaian didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebebnarnya hasil atau prestassi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 4 Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali penerapannya. 5 Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemapuan yang sangat penting untuk siswa, tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. 28 28 Hamruni, op. cit., h. 130.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut La Iru pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan ”salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok ”. 29 Pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin dalam Isjoni adalah ”salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal ”. 30 Pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin dalam Trianto adalah ”siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian ssiwa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu ”. 31 Menurut Ruhadi STAD student team achivement division merupakan “salah satu metode pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan sebuah model pendekatan yang cocok untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif. Selain itu STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif ”. 32 29 La Iru dan La Ode, op. cit., h. 55. 30 Isjoni. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung : Alfabeta, 2009, cet. 2, h. 51. 31 Trianto, op. cit., h.68-69. 32 Ruhadi, op. cit., h.48. b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif akan dijelaskan sebagai berikut: 33 1. Presentasi kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah presentasi tersebut haruslah benar- benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. 2. Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan LKS atau materi lainnya. 3. Kuis Setelah kegiatan tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. 4. Skor kemajuan individual Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini. Setiap siswa diberikan skor ”awal”, yang 33 Robert E. Slavin, Cooperative Learning teori, Risert dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2010, cet. 8, h. 143-146. diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor wal mereka. Tabel 2.3 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu 34 No. Skor tes Skor peningkatan 1. Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5 2. Antara 10 sampai 1 di bawah nilai awal 10 3. Antara 0 sampai 10 di atas nilai awal 20 4. Lebih dari 10 poin di atas nilai awal 30 5. Nilai terbaik tidak berdasarkan nilai awal 40 5. Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi kelompok, dapat dilihat pada tabel 2.4 Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok Tipe STAD 35 No Rata-rata kelompok Penghargaan 1 15 Good Team tim yang bagus 2 20 Great Team tim yang hebat 3 25 Super Team tim yang super 34 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, op. cit., h. 141. 35 Ibid Tabel 2.5 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif STAD 36 Fase Kegiatan Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2 Menyajikanmenyampaikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membentuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

3. Model Kooperatif Tipe TGT Teams Games Tournament

a. Pengertian Model Kooperatif Tipe TGT Teams Games Tournament Menurut Afrisanti Lusita pembelajaran koperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 37 36 La Iru, op. cit., h. 58. 37 Afrisani Lusita, Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif, dan Inovatif. Yogyakarta: Araska, 2011, cet. 1, h. 80-81.

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Think Pair Share (TPS) di MTs. Swasta PAB 1 Helvetia - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Think Pair Share (TPS) di MTs. Swasta PAB 1 Helvetia - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 11

BAB II LANDASAN TEORITIS - Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Think Pair Share (TPS) di MTs. Swasta PAB 1 Helvetia - Repository UIN Sumatera Uta

0 0 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Think Pair Share (TPS) di MTs. Swasta PAB 1 Helvetia - Repository UIN Sumater

0 1 15

BAB IV HASIL PENELITIAN - Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Think Pair Share (TPS) di MTs. Swasta PAB 1 Helvetia - Repository UIN Sumatera Utar

0 5 32

Upaya Peningkatan Hasil Belajar PAI Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

0 0 10