Model Pembelajaran Kooperatif Deskripsi Teoretis
b. Macam-macam pembelajaran kooperatif
Beberapa model pembelajaran yang dikembangkan dari coopertive learning menurut Muhamad surya diantaranya Jigsaw, STAD Student Team
Achiement Division, Team Games Tournamnet TGT, dan pendekatan struktural yang meliputi TPS Think Pair Share, serta NHT Numbered Head
Together.
13
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif menurut La Iru adalah sebagai berikut:
14
1. Student Teams Achivement Division STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. 2.
Numbered Head Together NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan tingkat akademik. 3.
Think Pair Share TPS TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. 4.
Tim Ahli Jigsaw Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari tim-tim heterogen yang beranggotakan 4-5 orang siswa, materi pelajaran yang diberikan pada siswa dalam bentuk teks setiap anggota bertanggung
13
Ibid., h. 49.
14
La Iru dan La Ode, op. cit., h. 55-69.
jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan, dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain.
5. Teams Games Tournament TGT
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok, setiap siswa
yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda- beda.
6. Mind Mapping
Mind Mapping atau peta pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema turunan. Itu berarti
setiap kali kita mempelajari suatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya.
7. Example Non Example
Example Non Example adalah model pembelajaran kooperatif yang menggunakan gambar sebagai media alat peraga untuk mempermudah guru
dalam menjelaskan materi. Melalui model pembelajaran Example Non Example siswa diharapkan dapat mengerti materi pelajaran dengan
menganalisis contoh-contoh gambar yang ditampilkan oleh guru. Dan hasil dari analisisa tersebut dapat diuraikan di depan kelas.
8. Think Talk Write
Merupakan model pembelajaran kooperatif di mana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran yaitu lewat kegiatan
berpikir, berbicaraberdiskusi, bertukar pendapat, serta menulis hasil diskusi agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
9. Investigasi Kelompok
Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untu diterapkan. Guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok yang heterogen, selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik
yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Lie antara lain: 1.
Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan
positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling
katergantungan bahan atau sumber, saling katergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan
dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.ini juga mencerminkan konsep
pengajaran teman sebaya. 3.
Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.
Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual. Hasil
penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan rata-rata hasil belajar semua
anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberika sumbangan demi kemajuan kelompok.
15
4. Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Sebelum melakukan kooperatif, guru perlu
15
Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010, cet. 2, h. 40-41.
membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik, misalnya
kemampuan mendengarkan
dan kemampuan
berbicara, padahal
keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
16
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Carin sebagai berikut:
17
a. Setiap anggota mempunyai peran.
b. Terjadi interaksi langsung antarsiswa.
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan teman-
teman kelompoknya. d.
Peran guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan. keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok bila diperlukan.
Arends menyatakan
bahwa pelajaran
yang menggunakan
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
18
1 Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar. 2
Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
3 Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang beragam 4
Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Rusman antara lain:
a Pembelajaran secara tim
b Didasarkan pada manajemen kooperatif
c Kemauan untuk bekerja sama
d Keterampilan bekerja sama.
19
16
Wina Sanjaya, op.cit., h. 247.
17
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, op. cit., h. 132.
18
Trianto, op. cit., h. 47.
19
Rusman, op. cit., h. 207.
d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson tidak semua kerja kelompok dapat dianggap dalam keterampilan kooperatif. Untuk memperoleh hasil yang
maksimal lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu:
20
1
Adanya saling ketergantungan yang positif Positive Interdependence
Suasana dalam kegiatan pembelajaran kooperatif dapat diciptakan oleh guru yaitu situasi belajar yang kondusif. Situasi ini akan menimbulkan
hubungan yang erat antar siswa sehingga akan timbul saling ketergantungan yang positif. Semangat kerja sama yag tinggi akan muncul dan betujuan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Beberapa cara membangun ketergantungan positif yaitu:
21
a Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam
kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai
tujuan. Tanpa kebersamaan tujuan mereka tidak akan tercapai. b
Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mengaku berhasil mencapai tujuan.
c Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompo
hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. d
Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling
terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok. 2
Memiliki Tanggung Jawab Perseorangan Individual Accountability Pembelajaran kooperatif akan memunculkan sikap tanggung jawab siswa
untuk melakukan yang terbaik. Dalam kelompok pembelajaran yang efektif setiap indiviu harus dievaluasi dan hasil evaluasi dikembalikan lagi ke
individu dan anggota kelompoknya yang lain. Hal ini bertujuan untuk
20
Anita Lie, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo.2005, cet. 4, h. 31.
21
Agus Suprijono, op. cit., h. 59.
mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi secara individual. Sedangkan secara kelompok yaitu jika setiap anggota kelompok saling membantu,
mereka harus tau siapa yang membutuhkan bantuan dan siapa yang akan membantu.
3 Adanya tatap muka Face to face promotion interaction
Tatap muka antar siswa akan memksa siswa utntuk membangun dialog atau interaksi yang baik demi keberhasilan kelompok mereka. Interaksi antar
anggota yang dilakukan secara langsung baik dalam mengerjakan tugas, berbagi pengetahuan antar anggota kelompok maupun dalam mendiskusikan
konsep yang sedang dipelajari. Interaksi semacam ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dan mendiskusikan materi yang belum
dipahami. 4
Komunikasi antar anggota Participation communication Dalam pembelajaran kooperatif komunikasi merupakan hal yang paling
penting. Dengan komunikasi akan merangsang keaktifan siswa dalam berdiskusi bersama anggota kelompok untuk mendiskusikan masalah atau
menyampaikan pendapatnya. 5
Evaluasi proses kelompok Yang dimaksud evaluasi kelompok adalah bahwa seluruh anggota
kelompok mendiskusikan bagaimana peran mereka didalam kelompok , seberapa efektif mereka melakukan atau menyelesaikan pekerjaan, kemudian
merefleksi setiap hal yang dikerjakan bersama dan memperbaiki apabila belum mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Muslimin Ibrahim ada tujuh unsur pembelajaran kooperatif yaitu:
22
a. Siswa dalam kelompok harus beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama. b.
Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya. c.
Siswa harus melihat semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
22
Kunandar, op. cit., h. 360.
d. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara
anggota kelompoknya. e.
Siswa dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama. g.
Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Wina Sanjaya, ada empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1. adanya peserta dalam kelompok, 2. adanya aturan
kelompok, 3. adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, 4. adanya tujuan yang harus dicapai
23
e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.
24
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan guru
Fase 1 Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai
pada pelajaran
tersebut dan
memotivasi siswa belajar Fase 2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa baik
dengan peragaan demonstrasi atau bahan bacaan teks
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok – kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaiamana caranya
membentuk kelompok
belajar agar
melakukan perubahan yang efisien Fase 4
Membantu kerja kelompok dalam belajar
Guru membimbing kelompok – kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5
Mengetes materi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
23
Wina Sanjaya, op.cit., h. 241-242.
24
Trianto, op. cit., h. 48-49.
f. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Konvensional
Dalam pembelajaran konvensional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial kelompok belajar
kooperatif dengan kelompok belajar konvensional. Perhatikan tabel berikut :
Tabel 2.2
Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional
25
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru sering membiarkan siswa adaya
siswa yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri
pada kelompok.
Adanya akuntabilitas
individual yang
mengukur penguasaan konsep pembelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok
diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya
sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan
dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas
sering diabaikan
sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok,
sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
enak-enak saja
di atas
keberhasilan temannya yang dianggap pemborong.
Kelompok belajar
heterogen baik
kemampuan akademik, jenis kelamin, maupun ras atau suku.
Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan
kelompok dipilih
secara demokratis atau bergilir untuk memberikan
pengalaman memimpin bagi anggotanya. Pemimpin kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya sendiri.
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan. Keterampilan sosial yang sering tidak
diajarkan secara langsung.
Pada saat
belajar kooperatif
sedang berlangsung,
guru terus
melakukan pemantauan
melaui observasi
dan melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung.
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan antarpribadi
yang saling menghargai. Penekanan
sering hanya
pada penyelesaian tugas.
25
Ibid., h. 43.
g. Keunggulan dan Kelemahan Kooperatif
Ada banyak nilai lebih dari pembelajaran kooperatif di antaranya adalah:
1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. 3.
Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4.
Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8.
Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9.
Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai persfektif.
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik 11.
Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama,
dan orientasi tugas.
26
Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Jhonson dan Jhonson, yakni:
27
a. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
b. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati
c. Memungkinkan para siswa saling belajar
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen e.
Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
26
Sugiyanto, op. cit., h. 43-44.
27
Kunandar, op. cit., h. 362-363.
f. Meningkatkan motivasi belajar
g. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
i. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar
j. Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru dan personel
sekolah. Selain keunggulan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan
di antaranya sebagai berikut: 1
Untuk memahami dan mengerti filosofipembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional mengharapkan secara otomatis siswa
dapat mengerti dan memahami filsafat kooperatif learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh
siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan, akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu kerja sama dalam kelompok.
2 Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling
membelajarkan. Karena itu, tanpa adanya peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa jadi cara belajar
yang demikian membuat siswa tidak memahami apa yang seharusnya dipahami.
3 Penilaian didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru
perlu menyadari bahwa sebebnarnya hasil atau prestassi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
4 Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam mengembangkan kesadaran
kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali
penerapannya. 5
Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemapuan yang sangat penting untuk siswa, tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan secara individual.
28
28
Hamruni, op. cit., h. 130.