Gambar 2.1 Aturan TGT
5 Penghargaan tim team recognition
Setelah semua skor dihitung, guru segera memberikan penghargaan kepada tim. Pemberian penghargaan dapat berupa hadiah atau sertifikat atas
usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama. Kriteria penghargaan sesuai dengan
tabel berikut:
Tabel 2.7
Cara Menentukan Penghargaan
Kriteria Rata-rata Tim Penghargaan
award
31-40 Cukup Good team
41-45 Baik Great team
46 Amat baik Super tim
Pemain 1 1.
ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada
lembar permainan. 2.
bacalah pertanyaan dengan keras 3.
cobalah untuk menjawab soal
Pemain 2 Menantang jika dia mau
dan memberikan
jawaban berbeda atau boleh melewatinya.
Pemain 3 Boleh menantang jika permainan 2
melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua pemain sudah menantang
atau melewati, pemain 3 memeriksa jawaban. Siapa pun yang jawabannya
benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi
jika kedua pemain 2 dan 3 salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang
telah dimenangkannya ke dalam kotak,
Tabel 2.8
Fase-fase dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, yaitu:
40
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Memotivasi
siswa dan
menyampaikan tujuan Guru
memotivasi siswa
belajar, dan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
Fase 2 Menyampaikan
informasi atau materi pelajaran
Guru menyajikan informasi dan memberikan materi pelajaran kepada siswa
Fase 3 Mengelompokkan
siswa secara heterogen
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok agar melakukan
transisi secara efisien dalam belajar
Fase 4 Membimbing
kelompok belajar secara tournament
Guru memotivasi serta membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas
bersama serta memandu siswa memainkan suatu permainan sesuai dengan struktur pembelajaran
koopeartif
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi
hasil belajar
siswa menentukan skor individu dan skor rata-rata
kelompok Fase 5
Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan hasil belajar
individual dan kelompok
4. Persamaan dan Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dan TGT
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT.
Persamaan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT dapat dilihat dari kelompok belajar, dimana pada STAD dan TGT ini siswa dibagi
menjadi kelompok kecil yang heterogen,
41
jika dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, kedua model pembelajaran tersebut sama-sama
melakukan diskusi kelompok siswa bekerja di dalam tim untuk menjawab pertanyaan LKS yang dibuat oleh guru dan memastikan seluruh anggota tim
40
La Iru, op. cit., h. 65.
41
Trianto, op. cit., h. 84.
menguasai pelajaran tersebut,
42
dan pada saat akhir dari pembelajaran kedua model pembelajaran ini sama-sama memberikan penghargaan rekognisi tim
pada setiap kelompok yang terbaik.
43
Sedangkan perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT dapat dilihat dari sistem penilaian pangkatan individu, dalam
STAD penilaian menggunakan kuis individual pada tiap akhir pelajaran,
44
sedangkan dalam TGT penilaian menggunakan turnamen akademik dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota dari tim yang
lain.
45
Selain itu dalam model pembelajaran STAD sebelum menghitung skor perkembangan individu siswa diberikan skor awal, sedangkan TGT tidak
terdapat skor awal tetapi langsung menghitung hasil poin turnamen siswa.
46
5. Hakikat Belajar
Belajar menurut Winkel adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
47
Belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman dan latihan.
Belajar menurut Oemar Hamalik adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
48
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan
kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
42
Ibid., h. 84.
43
Robert E. Slavin, op. cit., h. 167.
44
Ibid., h. 143.
45
La Iru, op. cit., h. 63.
46
Robert E. Slavin, op. cit., h. 162.
47
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2009, cet. 1, h. 4.
48
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet. 9, h. 36.
keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi hakikat belajar adalah perubahan.
49
Belajar menurut Ernes ER. Hilgard adalah Learning is the process by which an activityoriginates or is charged hrought training procedures
whether in the laboratory or in the natural environments as disitinguished from changes by factor not attributable to training. Artinya seseorang dapat
dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah.
50
Belajar menurut Wittig dalam bukunya psychology of learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an
organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar itu adalah proses perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam
segala macamkeseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
51
Hintzman berpendapat bahwa belajar ialah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan pengalaman tersebut yang bisa
memengaruhi tingkah laku organisme itu.
52
Arthur T. Jersild dalam Syaiful Sagala menyatakan bahwa belajar adalah “ modification of behavior through experience and training” yaitu
perubahan atau membawakan efek dari perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan.
53
Zikri Neni berpendapat bahwa belajar atau yang disebut juga dengan learning, perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh
dari pengalaman-pengalaman.
54
49
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, cet.2, h. 11.
50
Yatim Rianto, op. cit., h. 4.
51
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, cet. 14, h. 90.
52
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Bandung: Pustaka Setia, 2003 cet. 1, h. 220.
53
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, cet. 8, h. 12.
54
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brothers, 2008, cet. 2, h. 82.
Belajar menurut Good dan Brophy merupkan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang
sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam
diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru.
55
Dari berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Jadi belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar dianggap sebagai proses perubahan
perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar merupakan suatu proses yang terjadi secara internal yang meliputi perubahan tingkah laku,
pengetahuan, dan sebagainya yang tidak dapat dilihat dengan nyata.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Agus adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
56
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-
sikap, apresiasi dan keterampilan.
57
Nana Sudjana menyatakan hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
mengajarnya.
58
Sedangkan menurut Gagne hasil belajar meliputi informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, sikap, dan
keterampilan motorik.
59
55
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, cet. 23, h. 85.
56
Agus Suprijono, op. cit., h. 7.
57
Ibid., h. 5.
58
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,2009, cet. 14, h. 22.
59
Ibid.