Problematika Pemanfaatan Perjanjian Baku

berbentuk sebagaimana dilarang dalam pasal 18 ayat 2 Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen tersebut. 119

3. Problematika Pemanfaatan Perjanjian Baku

Pelaksanaan perjanjian baku dapat dipastikan bahwa perjanjian tersebut memuat klausul-klausul yang menguntungkan pelaku usaha, atau meringankan atau menghapuskan beban-beban atau kewajiban-kewajiban tertentu yang seharusnya menjadi bebannya yang biasa dikenal dengan klausula eksonerasi. Hal ini disebabkan perancangan format dan isi perjanjian adalah pelaku usaha yang memiliki kedudukan lebih kuat. Klausul eksonerasi adalah klausul yang dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum. 120 Klausula eksonerasi yang biasanya dimuat dalam perjanjian sebagai klausul tambahan atas unsur esensial dari suatu perjanjian, pada umumnya ditemukan dalam perjanjian baku. Klausul tersebut merupakan klausul yang sangat merugikan konsumen yang umumnya memiliki posisi lemah jika dibandingkan dengan produsen pelaku usaha, karena beban yang seharusnya dipikul oleh produsen, dengan adanya klausul tersebut menjadi beban konsumen. 121 119 Ibid., hal 57 120 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung : Alumni, 1994, hal 47. Selanjutnya disebut Mariam Darus Badrulzaman-III 121 Ahmadi Miru, Op.cit., hal 40. Universitas Sumatera Utara Penerapan klausul-klausul tertentu yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kedudukan lebih kuat yang mengakibatkan sangat dirugikannya pihak lemah, dikenal dengan penyalagunaan keadaan. Menurut Meriam Darus Badrulzaman, perjanjian baku dengan klausul eksonerasi yang meniadakan atau membatasi kewajiban salah satu pihak kreditor untuk membayar ganti kerugian kepada debitur, memiliki ciri sebagai berikut: 122 a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditor yang posisinya relatif kuat daripada debitur; b. Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian itu; c. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian tersebut; d. Bentuknya tertulis; e. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual. Walaupun demikian, kontrak atau perjanjian yang mengandung klausul baku sangat dibutuhkan dalam dunia perdagangan yang semakin maju dewasa ini, terutama karena dengan penggunaan perjanjian baku tersebut berarti para pihak dapat mempersingkat waktu bernegosiasi. Hal ini sangat berguna jika dikaitkan dengan prinsip bahwa “waktu adalah uang”. 123 Oleh karena itu, perjanjian baku tetap mengikat para pihak dan pada umumnya beban tanggung gugat para pihak adalah berat sebelah, langkah yang harus dilakukan bukan melarang atau membatasi penggunaan perjanjian baku melainkan melarang atau membatasi penggunaan klausul-klausul tertentu dalam perjanjian baku tersebut 122 Mariam Darus Badulzaman-III, Op,cit., hal 50. 123 Ibid., hal 46. Universitas Sumatera Utara sebagimana tercantum dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen.

4. Perlindungan Pihak Debitur Terhadap Perjanjian Baku