frekuensi denyut silia sebesar 7 Hz selama lebih dari 8 jam, sedangkan pada H2O2 3 ditemukan frekuensi denyut silia 6 Hz selama 5 jam 30 menit. Hasil ini
menunjukkan obat-obat topikal antibiotik, antiseptik dan antijamur, khususnya pada dosis tinggi dapat merusak fungsi pembersihan mukosiliar.
33
Beberapa obat oral juga dapat menurunkan TMS seperti golongan antikolinergik, narkotik, dan etil alkohol. Obat golongan beta adrenergic tidak
mempengaruhi aktivitas silia, namun dapat merangsang pembentukan palut lendir. Obat kolinergik dan methilxantine merangsang aktivitas denyut silia dan
pembentukan palut lendir.
15
e. Infeksi
Dari pemeriksaan mikroskop elekton pada silia yang terpapar virus, terlihat virus menempel pada permukaan silia. Penempelan virus dapat menyebabkan
kematian silia dan udem pada struktur mukosa hidung. Selain itu virus dapat meningkatkan kekentalan mukus. Banyak hipotesis menyatakan bahwa udem
pada ostium sinus akan menyebabkan hipoksia dan memicu pertumbuhan bakteri dan disfungsi silia.
12,15,17,35,36
Bakteri atau infeksi dapat menyebabkan degenerasi dan pembengkakan mukosa, terlepasnya sel-sel radang dan perubahan pH yang dapat mempengaruhi
aktivitas mukosiliar secara langsung. Berbagai endotoksin dari bakteri dan enzim proteolitik dari netrofil terbukti dapat menurunkan TMS dan frekuensi denyut
silia. B. pertussis dan P. aeruginosa terbukti dapat menyebabkan gangguan bermakna pada TMS. H. influenza dapat menyebabkan penurunan frekuensi
denyut silia.
15,17,35,36
Penelitian Czaja dkk
37
menunjukkan ternyata sinusitis kronis pada binatang dapat meningkatkan frekuensi denyut silia secara bermakna. Sedangkan
Sakakura
18
melaporkan TMS pada sinusitis kronis mengalami waktu perlambatan yang sangat bermakna jika dibandingkan dengan kontrol normal. Kecepatan TMS
pada pasien dengan sinusitis kronis adalah 1.8 mmmanit, sedangkan pada oang normal mencapai 5.8 mmmenit. Pada pasien dengan sinusitis konis ditemukan
peningkatan ion Na
+
pada palut lendir sehingga ditemukan peningkatan viskoelastisitas palut lendir.
Penelitian tentang penurunan TMS pada pasien dengan sinusitis kronis juga dilakukan oleh Torkkeli dkk
28
. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa 13 dari 19 pasien yang dijui dengan metode radioisotop menunjukkan kecepatan TMS yang
menurun hingga di bawah 3 mmmenit mean 1.8 mmmenit. Kelainan ultrastruktur silia banyak ditemukan pada pasien dengan TMS rendah, seperti
lengan dynein pendek, penyatuan silia, anomali tubular dan disorientasi. Hal yang senada ditunjukkan penelitian Joki dkk
32
yang menunjukkan penurunan frekuensi denyut silia bermakna pada pasien sinusitis kronis yang rekuren. Bahkan dari 44
subjek penelitian, 8 percontoh tidak menunjukkan aktivitas silia sama sekali.
f. Struktur dan Anatomi Hidung
Kelainan strukturanatomi hidung juga dapat bepengaruh ke TMS. Permukaan mukosa yang saling mendekat dan bertemu, seperti pada kasus septum
deviasi, polip dan konka bulosa serta kelainan lain di daerah osteomeatal dan ostium sinus dapat menurunkan aktivitas silia, bahkan sampai terhenti. Hal ini
disebabkan karena adanya gesekan antar gerakan silia sehingga gaya yang ditimbulkan gerakan silia dari masing masing sisi dapat saling menegatifkan.
Rongga hidung yang terlalu besar juga dapat meningkatkan aliran udara yang masuk dan dapat merusak epitel bersilia dan akhirnya menganggu TMS secara
bermakna.
14,17,35
2.1.3 Rokok
2.1.3.1 Kandungan Rokok dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Rokok sudah sangat sering dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, terutama masalah pernapasan. Berbagai penelitian menunjukkan bahaya rokok