Gambaran Waktu Transportasi Mukosiliar pada Subjek Penelitian

4.2 Pembahasan

Penelitian ini menggunakan 12 laki-laki sebagai subjek penelitian sesuai dengan rata Riset kesehatan dasar Riskesdas yang dilakukan Kementrian Kesehatan tahun 2010, di mana proporsi perokok terbanyak memang didominasi oleh para laki-laki. Kemudian data usia menunjukkan bahwa subjek perokok terbanyak pada kelompok usia 17 -24 tahun 50. Hal ini sedikit berbeda dengan hasil Riskesdas 2010 di mana perokok terbanyak ditemukan pada usia 25-34. Hal ini mungkin berkaitan dengan jumlah sampel yang sedikit dan pengambilan sampel perokok yang memang hampir sepaket dikarenakan sulitnya mencari sampel perokok secara perorangan. Sedangkan untuk data kelompok usia non perokok, sesuai dengan Riskesdas 2013, yaitu semuanya berasaldari kelompok usia 17-24 tahun. Untuk taraf pendidikan subjek, sesuai dengan data Riskesdas yang menunjukkan kecenderungan untuk merokok lebih besar pada orang dengan taraf pendidikan yang rendah. Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 31,9 perokok adalah tidak tamat SD dan yang tamat SMP hanya 26 dari jumlah perokok. Sedangkan perokok yang tamat SMA dan tingkat yang lebih tinggi hanya sekitar 32 dari perokok nasional. Hal ini sesuai dengan data demografi subjek penelitian di mana semua subjek non perokok adalah lulusan SMA dan 2 dari 6 subjek perokok adalah tamatan SMP. 41 Hasil penghitungan waktu transportasi mukosiliar pada subjek perokok adalah 6,27 ± 2,11 menit. Hal ini sesuai dengan berbagai penelitian, termasuk penelitian Stanley, Proenca dan Rahmad Dermawan yang menyatakan bahwa rerata waktu transportasi mukosiliar sampel tidak melebihi angka 30 menit. 7-9 Untuk hasil rerata waktu transportasi mukosiliar pada 6 orang subjek perokok yaitu 5,12 ± 1,39 menit dan 7,42 ± 2,16 menit pada kelompok perokok. Perbedaan rerata yang didapatkan cukup jauh, yaitu 2,3 menit, di mana waktu transportasi mukosiliar perokok cenderung lebih lambat daripada kelompok non perokok. Hasil ini sesuai dengan penelitian Proenca dkk, Stanley dkk, dan Rahmad Dermawan yang menunjukkan adanya perbedaan rerata waktu transportasi mukosiliar antara kelompok perokok dan non perokok di mana kelompok yang menunjukkan perlambatan pada semua penelitian tersebut adalah kelompok perokok. Penelitian Stanley dkk menunjukkan perbedaan rerata waktu transportasi mukosiliar sebesar 9,7 menit, penelitian Proenca dkk menunjukkan perbedaan rerata waktu transportasi mukosiliar sebesar 2 menit, dan penelitian Rahmad Dermawan menunjukkan perbedaan rerata waktu transportasi mukosiliar sebesar 7,58 menit. Hal ini sesuai dengan teori bahwa rokok memiliki efek buruk terhadap sistem mukosiliar hidung sehingga pada perokok ditemukan perlambatan waktu transportasi mukosiliar. 7-9 Sedangkan pada hasil rerata waktu transportasi mukosiliar pada 6 subjek non perokok dan 6 subjek perokok yang telah dibagi dalam klasifikasi Proenca dkk 4 perokok ringan dan 2 perokok berat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata waktu transportasi mukosiliar pada ketiga kelompok tersebut non perokok, perokok ringan dan perokok berat. Kelompok non perokok menunjukkan angka rerata waktu transportasi mukosiliar tercepat, yaitu 5,12 ± 1,39 menit. Rerata ini berbeda tidak jauh dengan 4 subjek perokok ringan dengan rerata waktu transportasi mukosiliar 6,40 ± 1,84 menit, yang berarti didapatkan perbedaan rerata antara kelompok non perokok dan perokok sebesar 1,28 menit. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Proenca sebelumnya di mana didapatkan perbedaan waktu transportasi mukosiliar antara kelompok non perokok dan perokok ringan sebesar 1 menit. Sedangkan 2 subjek perokok berat memiliki rerata waktu transportasi mukosiliar paling lama 9,47 ± 7,54 menit. Rerata waktu transportasi mukosiliar pada 2 subjek perokok berat ini berbeda 4,35 menit dengan rerata waktu transportasi mukosiliar 6 subjek non perokok dan berbeda 3,07 menit dengan 4 subjek dalam kelompok perokok ringan. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Proenca dkk di mana subjek non perokok dan perokok berat memiliki perbedaan rerata waktu transportasi mukosiliar sebesar 4 menit dan antara subjek perokok ringan dan berat berbeda rerata waktu transportasi mukosiliarnya sebesar 3 menit, di mana perlambatan rerata ditemukan lebih besar pada perokok dengan kategori yang lebih berat. Hal ini juga sesuai dengan teori bahwa makin besar derajat merokokmakin sering paparan asap rokok terhadap sistem mukosiliar, makin parah derajat kerusakannya. 8

4.3 Aspek Keislaman

Penurunan waktu transportasi mukosiliar pada subjek perokok nantinya akan berdampak buruk, karena kerusakan sistem transportasi mukosiliar akan membuat benda asing yang masuk ke saluran napas akan dengan mudah menginvasi saluran napas, karena sistem transportasi mukosiliar sebagai garis pertama pertahanan saluran napas yang seharusnya menyapu benda asing tersebut keluar dari saluran napas telah rusak. Efeknya, benda asing tersebut akan dapat menimbulkan masalah, baik itu infeksi, inflamasi, atau aktivitas sitotoksik dan karsinogenik pada saluran napas sehingga meningkatkan resiko terjadinya penyakit pada saluran napas. Oleh karena itu, saran terbaik bagi subjek perokok pada penelitian ini adalah berhenti atau mengurangi merokok untuk menghilangkanmengurangi dampak buruk dari asap rokok terhadap sistem transportasi mukosiliar yang nantinya akan berpengaruh ke kesehatan saluran napas. Hal ini juga telah disampaikan Allah SWT dalam firman-Nya pada surat Al-Baqarah ayat 195: Artinya: “Dan belanjakanlah harta bendamu di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke alam kebinasaan..” Jelas sekali dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan kita untuk membelanjakan harta benda di jalan Allah SWT, tentunya untuk hal yang bermanfaat dan untuk tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan diri sendiri, contohnya rokok. Seperti yang telah dibahas di atas, rokok nantinya akan menimbulkan banyak masalah yang merugikan, salah satunya yang dibahas khusus pada bagian ini adalah kerusakan pada sistem transportasi mukosiliar yang akan merugikan kesehatan perokok itu sendiri.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:  Jumlah sampel penelitian Jumlah sampel dalam penelitian ini sangat sedikit yaitu 6 perokok dan 6 non perokok karena keterbatasan dana dan waktu penelitian, sehingga data tidak bisa dianalisis dengan analisa statistik  Asal populasi penelitian Asal populasi penelitian tidak menggambarkan populasi apapun, sehingga memungkinkan terjadinya bias dan tidak menggambarkan suatu populasi  Metode pengambilan data Pengambilan data dilakukan dengan uji sakharin saja, tanpa menggunakan pewarna pada sakharin tersebut sehingga ada kemungkinan terjadi bias ketika pasien merasakan manis. Peneliti tidak bisa mengetahui apakah sakharin telah betul-betul sampai ke dinding faring posteriorpangkal lidah karena tidak ada tanda lain selain rasa manis yang dirasakan pasien.