Palut Lendir atau Mukus

Mekanisme bergeraknya silia didasari oleh adanya protein yang terdapat di mikrotubulus ganda yang disebut dynein. Lengan dynein tertanam pada salah satu mikrotubulus ganda dan kepalanya menyambung ke mikrotubulus lainnya. Sifat dynein mirip dengan protein myosin pada otot, sehingga ketika dirangsang dengan ATP, dynein akan memecah ATP karena terdapat ATPase padanya dan menggunakan hasil reaksi pemecahan tersebut sebagai energi untuk bergerak dengan gerakan meluncur sepeti sliding filament pada otot. Bedanya, pada mikrotubulus silia takkan terjadi gerakan meluncur karena adanya nexin, sehingga gerakan yang terjadi adalah gerakan menunduk atau menyapu ke arah tertentu. 12,18 Gambar 2.4. Proses Bergeraknya Silia Dikutip dari: Campbell, 2007 Dalam hal pergerakan silia, terdapat 2 fase yang terjadi, yaitu fase efektif yang berlangsung dengan kekuatan penuh dengan tujuan menyapu palut lendir ke arah tertentu dan fase pemulihan yang berlangsung lebih lambat dan lemah. Rasio waktu fase efektif dan fase pemulihan adalah 1:3. Frekuensi gerakan silia terjadi sebanyak 10-20 kali per detik atau 700-1000 kali per menit. Belum diketahui apa yang mengontrol gerak silia, namun dipastikan sesuai gambar di atas ATP adalah sumber energi utama untuk pergerakan silia eukariot. 12,13,18,20 Pergerakan silia pada manusia diatur oleh adanya kontrol saraf lokal yang involunteer. Hal ini dibuktikan dengan silia yang dapat bergerak terus menerus walaupun dipisahkan dengan tubuh. Silia masih terus berdenyut hingga 72 jam setelah orang meninggal. 12,15 Sel-sel basal pada mukosa hidung manusia berpotensi untuk menggantikan sel epitel bersilia maupun sel goblet yang telah rusak dan mati. Sel epitel saluran napas beregenerasi setiap 4-8 minggu, dengan rincian 2-4 hari untuk pembentukan dasar epitel tipis dan sekitar 4 minggu untuk regenerasi secara sempurna. 15

2.1.2.2 Peran Sistem Mukosiliar Hidung dan Sinus Paranasal dalam

Menyaring Udara Inspirasi Dalam proses inspirasi, ketika udara inspirasi mulai memasuki rongga hidung, akan terjadi perlambatan arus udara inspirasi yang masuk ke dalam rongga hidung dan juga arus balik udara inspirasi. Hal ini disebabkan oleh karena anatomi rongga hidung yang ireguler, karena terdapat banyaknya tonjolan konka dan saluran sempit meatus. Perlambatan arus udara inspirasi yang masuk dan adanya arus balik atau turbinasi udara inspirasi ini akan menyebabkan partikel yang ikut bersama udara inspirasi menjadi melambat dan mudah terperangkap di palut lendir. Hal ini menimbulkan penimbunan partikel yang terperangkap di rongga hidung dan nasofaring. Partikel berukuran 5-6 mikrometer hampir semuanya 85-90 akan disaring oleh palut lendir di rongga hidung dan nasofaring. Partikel yang lebih besar akan disaring oleh bulu hidung dan partikel