Fragmentasi DNA. Reaksi radikal bebas dengan timin DNA mitokondria dan nuklear dapat menimbulkan rusaknya untai tunggal. Kerusakan rantai DNA
tersebut menimbulkan implikasi pada pembunuhan sel secara apoptosis maupun perubahan sel menjadi ganas.
Ikatan silang protein. Radikal bebas mencetuskan ikatan seilang protein yang diperantarai sulfigidril yang menyebabkan kelainan struktu protein. Kelainan
struktur ini menyebabkan peningkatan kecepatan degradasi atau hilangnya aktivitas enzimatik. Reaksi radikal bebas secara langsung juga dapat
menyebabkan fragmentasi polipeptida.
Gambar 2.5 Kerusakan Sel Akibat Radikal Bebas dikutip dari: Robbins: 2007
2.1.3.3 Pengaruh Rokok Terhadap Sel Epitel Torak Bersilia
Penelitian yang dilakukan oleh Lan dkk
46
menunjukkan bahwa sel epitel torak bersilia yang dikultur kemudian dipaparkan dalam berbagai konsentrasi
ekstrak rokok sigaret menunjukkan adanya penurunan waktu hidup sel yang berkorelasi dengan lamanya paparan dan konsentrasi ekstrak. Sel tersebut secara
morfologis menunjukkan tanda tanda ke arah apoptosis.
Penelitian lain menunjukkan bahwa kotinin, zat yang ditemukan dalam rokok menurunkan frekuensi denyut silia secara langsung. Penelitian ini diperkuat
dengan hasil penelitian oleh Tamashiro dkk
47
yang menunjukkan penurunan frekuensi denyut silia pada kultur sel epitel bersilia yang dipaparkan terhadap asap
rokok.
Selain berpengauh terhadap sel sepitel bersilia yang sudah berdiferensiasi, rokok juga berpengaruh terhadap proses siliogenesis. Penelitian yang dilakukan
oleh Tamashiro dkk
47
juga menunjukkan bahwa adanya reduksi dalam persentasi pertumbuhan silia ketika adanya paparan asap rokok dan hasil ini berkorelasi
positif dengan peningkatan dosis paparan asap rokok.
2.1.3.4 Pengaruh Rokok Terhadap Palut Lendir
Berbagai penelitian menunjukkan peningkatan produksi mukus yang berkaitan dengan paparan asap rokok. Peningkatan produksi mukus ini disebabkan
karena peningkatan ukuran dan jumlah sel goblet yang berperan dalam produksi mukus di saluran napas atas.
Penelitian yang dilakukan oleh Tamashiro dkk
47
dan Kreindler dkk
48
menunjukkan bahwa paparan asap rokok secara in vitro berpengaruh terhadap fungsi transportasit klorida di sel epitelial. Paparan asap rokok akan menginhibisi
transportasit klorida di sel epithelial yang nantinya meningkatkan viskoelastisitas mukus yang secara patofisiologis mirip dengan keadaan pada kasus fibrosis kistik.
2.1.3.5 Pengaruh Rokok Terhadap Waktu TMS
Setelah pembahasan di atas, tampaknya cukup jelas bahwa rokok akan berpengaruh terhadap transportasitasi mukosiliar. Berbagai penelitian telah
menunjukkan pengaruh rokok terhadap transportasitasi mukosiliar.
Salah satu penelitian yang terkenal dan sering menjadi bahan rujukan adalah penelitian oleh Stanley dkk
7
yang dilakukan di tahun 1986. Penelitian ini menjadi dasar bagi penelitian lain, karena penelitian ini termasuk penelitian
pertama yang menggambarkan secara rinci efek merokok sigaret terhadap TMS dan frekuensi denyut silia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketika pemeriksaan TMS menggunakan metode skaharin yang dimodifikasi oleh Rutland dan Cole pada
subjek yang merokok lama minimal 5 tahun, sebanyak lebih dari 10 batang per hari terdapat perbedaan yang bermakna dalam TMS dibanding dengan pasien
yang tidak merokok aktif selama hidupnya. Mean dari TMS subjek perokok berkisar pada 20.8 menit yang secara signifikan lebih lama dibanding subjek non-
perokok yang mean TMS-nya berkisar pada 11.1 menit.
7
Hasil untuk pemeriksaan frekuensi denyut silia cukup mengejutkan karena tidak terdapat perbedaan frekuensi denyut silia yang bermakna ketika pemeriksaan
frekuensi denyut silia dengan teknik fotometrik. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan TMS kemungkinan disebabkan oleh penurunan jumlah silia atau
perubahan pada komposisi dan viskoelastisitas dari palut lendir.
7
Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari paparan akut asap rokok terhadap waktu transportasit mukosiliar. Hal ini
dibuktikan dengan percobaan yang dilakukan terhadap 10 relawan yang belum pernah merokok aktif seumur hidupnya. Para relawan diminta untuk merokok
sigaret sebanyak 2 batang kemudian diukur waktu sakharinnya serta frekuensi denyut silia-nya. Rupanya tidak ditemukan perbedaan bermakna pada hasil