Tinggi Badan Menurut Umur TBU Anak Vegetarian dan Non Vegetarian

Aliran Maitreya sangat menganjurkan umatnya untuk menjalankan pola makan Kuartet Nabati atau pola makan vegetarian.1 Dari aspek etika, seseorang menjadi vegetarian karena berdasarkan pada prinsip bahwa manusia semestinya menghargai hewan sebagai sesama makhluk hidup. Dalam bingkai perikemanusiaan, hewan jangan diperlakukan semena- mena. Sikap semena-mena, termasuk membunuh hewan secara keji, akan berimbas pada perilaku. Berdasarkan berbagai alasan tersebut, seseorang melakukan vegetarian dengan berbagai tipe. Bila hanya untuk alasan kesehatan maka ia akan menjadi semi-vegetarian, yaitu pada dasarnya hanya mengurangi makan daging, ikan dan produknya. Namun bila vegetarian dengan alasan spiritual dan alasan tidak menyakiti sesama makhluk, maka akan menerapkan vegetarian ketat strict vegetarian Yuliarti, 2008.

5.2. Tinggi Badan Menurut Umur TBU Anak Vegetarian dan Non Vegetarian

Berdasarkan tinggi badan menurut umur pada anak vegetarian yang dikatakan normal sebanyak 17 19,7 responden dan nonvegetarian 23 26,7 responden di Yayasan Perguruan Bodhicitta tahun 2013. Menerapkan pola makan yang benar kepada anak-anak sejak dini, akan berdampak positif terhadap kesehatan, berat badan, kebutuhan pelayanan kesehatan mereka di kemudian hari. Hal ini banyak dikarenakan oleh konsumsi makanan yang kurang beragam serta pada penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti anak vegetarian memang memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibanding anak non vegetarian di Yayasan Perguruan Bodhicitta tahun 2013. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian, di provinsi Jawa Tengah prevalensi status gizi umur 6-12 tahun TBU adalah 14,9 termasuk kategori sangat pendek,19.2 termasuk kategori pendek dan 65,95 termasuk kategori normal. Menurut jenis kelamin, prevalensi kependekan pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 36,5 dari pada anak perempuan yaitu34,5. Sedangkan menurut tempat tinggal, prevalensi anak kependekan di daerah perkotaan sebesar 29,3 lebih rendah pada anak perdesaan yaitu 41,5. Prevalensi kependekan terlihat semakin rendah dengan meningkatnya pendidikan kepala rumah tangga. Pada pendidikan orangtua yang rendah SD dan tidak pernah sekolah prevalensi kependekan lebih tinggi di bandingkan dengan prevalensi kependekan pada kepala rumah tangga yang berpendidikan SLTP ke atas. Prevalensi kependekan terlihat paling rendah pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang sekolah yaitu sebesar 48,0. Prevalensi kependekan terlihat semakin menurun dengan meningkatnya status ekonomi rumah tangga. Prevalensi tertinggi 45,6 terlihat pada keadaan ekonomi rumah tangga yang terendah dan prevelensi terendah 21,7 pada keadaan ekonomi rumah tangga yang tinggi. Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran strategi dalam perbaikan gizi masyarakat dan merupakan generasi penerus tumpuan bangsa sehingga perlu disiapkan dengan baik kualitasnya Depkes RI, 2010. Universitas Sumatera Utara

5.3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur Pada Anak Vegetarian dan Non