15
7 Kekuatan akan reproduksi
Reproduksi disini bukan hanya berartikan proses kelahiran semata, namun juga tentang bagaimana kita mempunyai kekuatan untuk
menciptakan re-generasi yang lebih berkualitas dan menciptakan kesuksesan dalam segala bidang. Jim Ife 1995:60- 62
c. Kekurangankelemahan
Seperti yang sudah dikemukakan bahwa pemberdayaan adalah tentang peningkatan kekuatan akan kelemahan yang dimiliki. Jadi
bukan hanya melihat apa yang berperan banyak dalam suatu kekuatan, namun juga mengenai pemahaman akan kelemahan itu sendiri. Untuk
memahami model tersebut, perlu untuk mengetahui 3 kategori utama tentang kelemahan, yaitu :
1 Kelemahan structural Struktural disini diartikan sesuatu yang berhubungan dengan kelas,
gender, dan ras. Bila perbedaan ini sangatlah mencolok, maka akan sangat berpengaruh pada sebuah masyarakat, dan akan menjadikan
itu sebagai suatu kekurangankelemahan, karena mereka tidak dapat bekerja sama dengan baik.
2 Kelemahan grup lainnya Kelemahan disini berbeda dengan kelemahan struktural, karena
lebih besifat sebagai korban dalam kelemahan struktural. Hal ini adalah umur, kecacatan mental dan fisik, kaum terisolir, homo,
16
dan lesbian. Perasaan mereka malahan lebih terluka, tersiksa, dan lebih merasa terkucilkan.
3 Kelemahan personal Kelemahan ini lebih bersifat personal, misal karena kehilangan
seseorang yang dicintai, hubungan persaudaraan yang buruk, krisis identitas, masalah seksual, kesepian, malu, dll. Kelemahan yang
bersifat personal ini bahkan lebih bersifat menyayat perasaan diri sendiri yang dapat berakibat pada pemberdayaan diri sendiri yang
tidak maksimal. Dalam kata lain, ini juga merupakan kelemahan yang perlu diwaspadai. Jim Ife 1995:62- 63
d. Mencapai Pemberdayaan
1 Melalui kebijakan dan rencana Dapat dicapai dengan peningkatan dan perubahan struktural
dalam institusi untuk mendapat akses mudah dalam hal sumber daya atau pelayanan dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif
dalam suatu komunitas. 2 Melalui tindakan sosial dan politis
Dapat dicapai dengan perjuangan politis dalam suatu organisasi untuk meningkatkan kekuatan yang lebih efektif. Hal ini
memang bergantung pada kapasitas seseorang untuk untuk berkancah dalam bidang politik, mengingat pendekatan ini
menekankan pada pendekatan aktivis, dan mencaari orang untuk
17
memampukan dan meningkatkan kekuatan mereka dalam arena politik.
3 Melalui pendidikan Dapat dicapai dengan proses pendalaman akan pendidikan
yang mereka punya, untuk lebih meningkatkan kekuatan mereka. Hal ini termasuk: membantu masyarakat untuk memahami diri
mereka sendiri dalam sebuah komunitas, memberikan banyak istilah dan ketrampilan diri untuk menghadapi perubahan jaman.
Dalam setiap aktivitas, pekerja pemberdayan masyarakat harus sensitif dengan kekuatan mereka, berdasar pada paksaan maupun
persetujuan bersama, dimana semua itu tercermin pada keyakinan, nilai, bahasa, praktek latihan, hubungan dan proses kegiatan sehari-hari.
Dalam keseharian mereka, pekerja pemberdayaan masyarakat bisa
meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak mereka dan membantu untuk meningkatkan cara berpikir baru tentang sekitar dengan
mempehatikan mereka, berhubungan sosial dengan lebih baik. Pekerja
pemberdayaan masyarakat
juga bisa
membantu masyarakat untuk meningkatkan potensi mereka dan meningkat
kapasitas anggota mereka. Ini berarti mereka menjadi akses untuk informasi dan penyalur. Ini juga berarti memampukan mereka anggota
untuk menggali informasi dan membuat pilihan yang tepat.
18
2. Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat a.
Pengertian Pemberdayaan
Pengertian pemberdayaan
sebenarnya mengacu
kata “empowerment” yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan
potensi yang
sudah dimiliki
masyarakat. Secara
etimologi pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses
menuju berdaya atau proses pemberiaan dayakekuatankemampuan dari pihak yang mempunyai daya kepada pihak yang kurang atau
belum berdaya Ambar Teguh, 2004:77. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang kelompok
masyarakat yang
rentan dan
lemah, sehingga mereka memiliki kekuatan atau dalam:
a memenuhi
kebutuhan dasarnya yaitu
mereka memiliki kebebasan freedom, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan,
kebodohan dan kesaktian, b menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, c berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang memengaruhi mereka. Ciri-ciri masyarakat yang
telah berdaya menurut adalah sebagai berikut: a mampu memahami diri dan potensinya, b
19
mampu merencanakan mengantisipasi kondisi perubahan kedepan dan mengarahkan dirinya sendiri, c memiliki kekuatan untuk
berunding dan bekerja sama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang memadai, d bertanggung jawab atas
tindakan sendiri. Pandangan
Pearse dan
Stiefel menyatakan
bahwa pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yakni primer dan
sekunder. Kecenderungan primer berarti proses pemberdayaan menekankan
proses memberikan
atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu mrnjadi
lebih berdaya.
Sedangkan kecenderungan
sekunder melihat pemberdayaan sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan
atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihanya, Prijono dan Pranarka 1996:69.
Menurut Sumodiningrat
Ambar Teguh
S 2004:78
menyampaikan: Pemberdayaan sebenarnya merupakan istilah yang khas Indonesia dari pada Barat. Di Barat tersebut diterjemahkan
sebagai empowerment, dan istilah itu benar tetapi tidak tepat. Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi “daya” bukanlah
“kekuasaan”. Empowerment dalam khasanah barat lebih bermakna “pemberian kekuasaan” dari pada “pemberdayaan” itu sendiri.
20
Proses pemberdayaan
dalam koteks
aktualisasi atau
pengembangan diri yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kemampuan
individu, dikemukakan
oleh Glickman
1989:4-9 sebagai” internal control and individually divergent practices, solving
problems independenly ”, dikutip oleh Prijono dan pranarka 1996:72.
Akan tetapi proses ini tidak hanya meliputi pemberdayaan individu saja, melainkan juga mencakup upaya memberdayakan orang lain,
seperti yang dikemukakan oleh Weissglass 1990: 351-370,” a process of supporting people to construct new meanings and exercise
their freedom to choose’’ , dikutip oleh prijono dan pranarka
1996:72. Pendapat
ini diperkuat
oleh Irwin
1995:82 mengungkapkan bahwa :
“empowering other people means giving them a chance to make their special contribution.…. Your contribution may be a
particular insight, a particular talent, a particular energy, a particular loving way to be with people
”, dikutip oleh Prijono dan Pranarka 1996:72.
Menurut Kartasasmita Anwar 2007:10 mengemukakan bahwa proses peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat diterapkan
berbagai pendekatan, salah satu diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat bukan hal yang
sama sekali baru, tetapi sebagai strategi dalam pembangunan relatif belum terlalu lama dibicarakan. Istilah dalam konteks masyarakat
adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan individu lainya dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan masyarakat yang
21
bersangkutan. Memberdayakan itu meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan
mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap
kemiskinan dan
keterbelakangan, atau
proses memampukan dan memandirikan masyarakat.
Berdasarkan pada pemaknaan konsep pemberdayaan, Winarni Ambar, 2004:79 mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan
adalah meliputi tiga hal, yaitu pengembangan enabling, memperkuat potensi atau daya empowerment, serta terciptanya kemandirian.
b. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan dari suatu pemberdayaan masyarakat adalah adanya tujuan yang dicapai seperti yang di kemukakan oleh Ambar Teguh S
2004:80 bahwa tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tesebut. Kemandirian masyarakat adalah
merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu
yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri
atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal
masyarakat tersebut. Dengan demikian untuk menjadi mandiri perlu
22
dukungan kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik, dan afektif, dan sumber daya
lainnya yang bersifat fisik-material. Pemberdayaan
masyarakat mengarah
pada pembentukan
kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan
wawasan seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi afektif adalah merupakan sense
yang dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan
psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka
melakukan aktivitas pembangunan. Jadi
tujuan dari
pemberdayaan masayakat
yaitu untuk
memberikan kontribusi untuk mencapai kemandirian masyarakat yang diperlukan
untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat. Dan menjadikan masyarakat yang dapat mempergunakan daya kognitif, afektif serta psikomotorik yang
dimilikinya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi di lingkungan internal maupun eksternal masyarakat.
c. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat