KEFEKTIFAN PROGRAM BADAN KE SWADAYAAN MASYARAKAT(BKM/LKM)DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN(StudiKasusBKM“MinaSejahtera”Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta).

(1)

i

KEEFEKTIFAN PROGRAM BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM/ LKM) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT MISKIN

(Study kasus BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Heru Purnomo NIM. 07102241026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar- benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 14 Januari 2013 Yang menyataan,

Heru Purnomo NIM: 07102241026


(4)

(5)

v

HALAMAN MOTTO

Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang merubahnya. (Ar-Ro’dhu;11)

Hidup adalah proses belajar, belajar bersyukur meski tak mencukupi, belajar ikhlas meski tak reladan belajar sabar walau terbebani.

(HR. Muslim)

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya Tuhanmulah hendaknya


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk :

1. Almamaterku Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Bangsa dan Agama.

2. Bapak dan Ibuku tercinta yang tidak pernah lupa dan tak pernah lekang menyisipkan do’a- do’a mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini. Terima kasih atas dukungan moral dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan.


(7)

vii

KEFEKTIFAN PROGRAM BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM/ LKM) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT MISKIN

(Studi Kasus BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta)

Oleh: Heru Purnomo NIM. 07102241026

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui program yang diselengarakan BKM Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani; (2) Mengetahui keefektifan program yang diselengarakan oleh BKM Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani; (3) Mengetahui faktor yang mempengaruhi keefektifan program Badan Keswadayaan Masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani. Pada penelitian ini mengunakan pendekatan evaluatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan analisis data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keefektifan program BKM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani, sudah berjalan efektif. Unit Pengelola Keuangan (UPK), yaitu program pemberdayaan ekonomi berupa pengelolaan dana pinjaman bergulir dan pembinaan usaha secara kelembagaan dikelola UPK yang di bawah koordinasi BKM Mina Sejahtera,berjalan sangat efektif didukung adanya pembinaan usaha ekonomi produktif secara optimal. Unit Pengelola Sosial (UPS) berjalan cukup efektif dimana rencana kegiatan yang telah diprogramkan hampir semua telah terlaksana dengan baik. Unit Pengelola Lingkungan (UPL) dinilai berjalan cukup efektif. Faktor mendukung yang mempengaruhi keefektifan BKM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani, diantaranya tingkat partisipasi masyarakat yang cukup tinggi, adanya dukungan alat dan perlengkapan yang menunjang setiap kegiatan, serta tingginya daya tanggap dan keseriusan anggota BKM dalam melaksanakan program kerja. Sedangkan faktor yang menjadi kendala pencapaian efektivitas BKM Mina Sejahtera adalah masih sedikit jumlah SDM yang mumpuni dan mental masyarakat yang masih tergantungan terhadap bantuan.

Kata Kunci: Keefektifan, Badan Keswadayaan Masyarakat, Kesejahteraan, Masyarakat Miskin.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas Negeri Yogyakata.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang mengijinkan penulis menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Wuradji, M.S. selaku Dosen Pembimbing I, AL. Setyo Rohadi, M. Kes. selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan membimbing dengan sabar.

5. Bapak Joko Ibnu M. Bachroen selaku Kepala Desa Kelurahan Minomartani atas ijin dan bantuan kelancaran selama penelitian berlangsung.


(9)

ix

6. Bapak H. Suharto selaku Sekertaris BKM Mina Sejahtera dan semua pengurus BKM Mina Sejahtera atas ijin dan bantuan atas kelancaran penelitian.

7. Keluarga Om Sugeng Haryono dan sepupuku (Ronaldo, Yohana) dan mas Eko terima kasih atas dukungannya selama ini.

8. Nur Shabrinayang telah memberikan motivasi, perhatian dan bantuan serta do’a yang dipanjatkan selama ini.

9. Sahabat- sahabatku (Lucky, Pace, Nanang, Polo, Bagong, Bang Sronto, Bayu, Prima, Winda, Tanti) yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk penulisan penelitian serta dukungan yang diberikan selama ini.

10. Teman teman PLS angkatan 2007 semoga kita bias berjumpa lagi dilain kesempatan, serta teman- teman 2005, 2006, 2008, 2009, 2010, 2011 terima kasih atas segala bantuannya.

11. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan karyaku ini, tanpa kalian semua saya tak berarti.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak- pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama Pendidikan Luar Sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta, 23 Januari 2013


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….……… iv

HALAMAN MOTTO ………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi

ABSTRAK ……… vii

KATA PENGANTAR ………. viii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ……… xii

DAFTAR GAMBAR ………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Identifikasi Masalah………. 6

C. Batasan Masalah………... 7

D. Rumusan Masalah ………... 7

E. Tujuan Penelitian………. 7

F. Manfaat Penelitian………... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 9 A. Kajian Pustaka……….…. 9

1. Kajian tentangCommunity Development…………..….……... 9

a. PengertianCommunity Development………. 9

b. Kekuatan ……… 10

c. Kekurangan/ Kelemahan ………... `15

d. Mencapai Pemberdayaan ………... 16

2. Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat………... 18

a. Pengertian Pemberdayaan………... 18

b. Tujuan Pemberdayaan………...………... 21

c. Tahap- tahap Pemberdayaan ………. . 22

d. Pendekatan Pemberdayaan ………. 24

3. Kajian tentang Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ……..…… 25

a. Latar Belakang BKM ………. 25

b. Pengertian BKM ……….... 26

c. Tujuan BKM ………... 27

d. Keanggotaan BKM ………... 28

e. Organisasi Pelaksana PNPM Mandiri ………. 29

4. Kajian tentang Kesejahteraan dan Kemiskinan ……….………. 29


(11)

xi

b. Pengertian Kemiskinan …………..……….... 32

5. Kajian Tentang Evaluasi Program ………... 35

a. Pengertian Evaluasi Program ………...………... 35

b. Tujuan Evaluasi Program ……… 36

c. Model- Model Evaluasi ………... 37

d. Kriteria Efektifitas Evaluasi Program ………. 39

B. Kerangka Berfikir……….. 43

C. Pertanyaan Penelitian……….... 45

BAB III. METODE PENELITIAN 47 A. Pendekatan Penelitian…..………... 47

B. Informan Penelitian ..……..………..………. 48

C. Waktu dan Tempat penelitian …..………..………… 49

D. Teknik Pengumpulan Data ……….... 49

E. Keabsahan Data ………..…………..………. 54

F. Teknik Analis Data ………... 54

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56 A. Deskripsi Obyek Penelitian ……….……….. 56

1. Gambaran Umum BKM ……… 56

2. Gambaran Umum BKM Mina Sejahtera……….... 59

3. Sejarah berdirinya BKM Mina Sejahtera……… 61

B. Hasil Penelitian ..………. 66

1. Program BKM Mina Sejahtera Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartan .…... 66

2. Efektifitas Program BKM Mina Sejahtera Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani ……... 96

3. Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Program BKM Mina Sejahtera Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani ……….……….110

C. Pembahasan .….………...125

BAB V. Kesimpulan dan Saran 131 A. Kesimpulan ………. 131

B. Saran ……….…….. 134

DAFTAR PUSTAKA………... 135


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data... 52

Tabel 2. Intrumen Penelitian Program BKM ... 53

Tabel 3. Pencapaian Indikator... 55

Tabel 4. Data Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Minomartani... 60

Tabel 5. Susunan Organisasi BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta... 63

Tabel 6. Rincian Bantuan Langsung Masyarakat BKM Mina Sejahtera 2011... 70

Tabel 7. Pencapaian Target Dan Realisasi Program Unit Pelaksana Lingkungan (UPL), Unit Pelaksana Sosial (UPS), dan Unit Pelaksana Keuangan (UPK) BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta... 100

Tabel 8. Efektivitas Program BKM Mina Sejahtera Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Minomartani ... 124


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar1. Kerangka Berfikir ... 43 Gambar 2. Dokumentasi Pelaksanaan Pelatihan Penetasan Telur Dalam

Program UPS BKM Mina Sejahtera ………... 79 Gambar 3. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan UPS BKM Mina

Sejahtera Pelatihan Penetasan Telur KSM Mina Tangguh ... 80 Gambar 4. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan UPS BKM Mina

Sejahtera ………... 83 Gambar 5. Dokumentasi Usaha Kecil Warga Binaan UPS BKM Mina

Sejahtera………... 84 Gambar 6. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dalam

Kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera………... 84 Gambar 7. Dokumentasi Hasil Pelatihan Menanam Sayur Dalam Pot


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi ………... 138

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi……….. 139

Lampiran 3. Pedoman Wawancara……… 140

Lampiran 4. Catatan Lapangan……….. 146

Lampiran 6. Hasil Dokumentasi Foto……… 155 Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diakui atau tidak sejak awal proses pembangunan Indonesia telah dihadapkan pada situasi yang dilematis. Disatu sisi harus memiliki strategi pembangunan yang lebih mengutamakan pertumbuhan ataukah disisi lain memilih strategi pembangunan yang lebih memberikan distribusi pemerataan bagi rakyat. Meskipun pada akhirnya tidak secara eksplisit telah memilih strategi pertumbuhan, namun dilihat dari pelaksanaan dan hasil pembangunan pada masa sebelumnya napak bahwa titik tekan pada pertumbuhan jauh lebih besar dibandingkan pemerataan.

Meskipun demikian kesejahteraan secara umum memang mengalami peningkatan dan kenyataan lain tidak dapat dipungkiri pula bahwa pemerataan pendapatan pada berbagai golongan masyarakat masih memprihatinkan. Golongan masyarakat dengan tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi dan jumlahnya kecil, menikmati sebagian besar pendapatan nasional. Sebaliknya golongan masyarakat dengan tingkat kehidupan rendah dan jumlahnya besar justru hanya menikmati sebagian kecil dari pendapatan nasional. Sebagian dari golongan masyarakat yang berakhir ini bahkan hidup dibawah garis kemiskinan dengan pendapatan yang sangat rendah, sudah selayaknya apabila golongan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan mendapat perhatian dan diperlukan berbagai upaya nyata untuk mengetaskan mereka dari kehidupanya yang demikian.


(16)

Kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki (Bappenas 2004).

Kemiskinan pada pasca krisis melanda Indonesia tahun 1996 penduduk miskin dan nyaris miskin mencapai 22 juta jiwa atau 11 persen dan tahun 1997 penduduk miskin dan nyaris miskin meningkat dua kali lipat menjadi 49,5 juta jiwa. Pada puncak krisis moneter tahun 1998-2005 jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 65 juta jiwa dan penduduk nyaris miskin 25,5 juta jiwa. Akibat dari kemiskinan berdampak semakin buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. 150 kota dan kabupaten ditengarai terjadi rawan gizi,angka pengganguran meningkat hingga 13,8 juta jiwa. (BPS, 2005).

Di Propinsi Yogyakarta jumlah penduduk miskin, yaitu penduduk yang konsumsinya berada di bawah garis kemiskinan, pada September 2011 terdapat 564,23 ribu orang. Jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2011 yang jumlahnya mencapai 560,88 ribu orang, berarti jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 3,35 ribu orang dalam setengah tahun.

Sedangkan di wilayah Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 sejumlah 428


(17)

KK, laki-laki sejumlah 655 jiwa dan perempuan sejumlah 639 jiwa (berdasarkan data PJM Pronankis Minomartani 2011-2013).

Garis kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2011 sebesar Rp 257 909,- per kapita per bulan. Apabila dibandingkan dengan keadaaan Maret 2011 sebesar Rp 249 629,- per kapita per bulan, maka garis kemiskinan selama setengah tahun yang lalu mengalami kenaikan sebesar 3,32 persen (http://yogyakarta.bps.go.id/ brs.html?start=2 diakses 4 maret 2012).

Berkaitan dengan masalah tersebut sebenarnya pemerintah sejak awal hingga sekarang pemerintah melaksanakan upaya-upaya penangulangan kemiskinan yang dilakukan dengan berbagai cara pendekatan yang terwujud dalam berbagai program pembangunan. Program-program pembangunan yang berkaitan dengan upaya penangulangan kemiskinan tersebut dilakukan oleh berbagai departemen pemerintah.

Belajar dari pengalaman program penangulangan kemiskinan yang di gulirkan pemerintah selama ini bersifat sentralistik dan tidak partisipasif sering kurang berhasil. Program tersebut mulai dari inpres desa tertinggal (IDT) yang dilengkapi dengan bantuan infrastruktur pedesaan melalui pembangunan prasarana desa tertingal (PPPDT) dan program jalan poros desa (PPJPD). Program yang sudah berjalan tersebut dinilai tidak mampu untuk menangulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Dari pengalaman tersebut saat ini pemerintah mengembangkan program pemberdayaan masyarakat yang partisipasif. Diantaranya program-program pemberdayaan tersebut adalah


(18)

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

Program Penangulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai upaya untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menangulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representative, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat dimasa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penangulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Sejak pelaksanaan P2KP-1 tahun 1999 hingga pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut mulai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun tersebut PNPM Mandiri diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan pecapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2009: 3).


(19)

Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan adalah membentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) untuk memberdayakan masyarakat miskin melalui usaha bersama masyarakat, dengan melibatkan pemerintah setempat dan pihak swasta secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk menangani program tersebut, di tingkat kelurahan oleh pemerintah dibentuk kelembagaan masyarakat yang disebut Badan Keswadayaan Masyarakat. Fungsinya untuk membantu masyarakat miskin untuk menghadapi masalah kemiskinan melalui pemberdayaan, agar mereka mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui program-program yang diberikan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) secara partisipasif.

Pelaksanaan program penangulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani melalui perencanaan jangka menengah (PJM) tiga tahunan dengan tiga program yaitu: 1) Program Asistensi Sosial dan Jaminan sosial yang melalui perbaikan prasarana lingkungan miskin (UPL), 2) Program Pemberdayaan Sosial yaitu pemberian pendidikan pelatihan kerja dan pelatihan praktis bagi masyarakat miskin secara kelompok (UPS), 3) Program peningkatan ekonomi mikro dan menengah (UPK), yaitu melalui pemberian kredit usaha rakyat dalam kelompok swadaya masyarakat (KSM).

Upaya pengentasan kemiskinan di Kelurahan Minomartani melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), pelaksanaanya terlebih dahulu dibentuk kepengurusan untuk mengelola program yang disebut


(20)

(BKM) yang dipilih dan dibentuk oleh masyarakat sendiri untuk mengelola program P2KP bersama masyarakat. Tugas BKM pada program P2KP di Kelurahan Minomartani salah satu membuat Perencanaan Jangka Menengah (PJM) periode tiga tahunan, sebagai rencana strategi dalam pelaksanaan programnya melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Proses Perencanaan Jangka Menengah (PJM) merupakan serangkaian musyawarah masyarakat, yang dimulai dari tingkat RT sampai pada Kelurahan untuk periode tiga tahunan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui Keefektifan Program Badan Keswadayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Provinsi Yogyakarta.

2. Belum maksimalnya program penangulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Kelurahan melalui program IDT.

3. Masih banyak masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani yang belum menikmati hasil pendapatan nasional.


(21)

C. Batasan Masalah

Dari latar belakang masalah serta identifikasi masalah, maka penelitian ini hanya dibatasi pada studi tentang Keefektifan Program Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupate Sleman Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keefektifan program yang diselengarakan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi keefektifan Program Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keefektifan program yang diselengarakan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keefektifan program Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani.


(22)

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi atau manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, peneliti akan mendapatkan pengalaman dan pemahaman terkait dengan pelaksanaan Program Badan Keswadayaan Masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

2. Bagi Badan Keswadayaan Masyarakat, hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan dan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan kualitas program.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan Pembina dan Pendampingan bagi Badan Keswadayaan Masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Sleman, guna meningkatkan pelayanan masyarakat dalam meningkatkan penanggulangan kemiskinan, agar program-program pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan berkelanjutan.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Kajian tentang Community Development a. Pengertian Community Development

Community Development adalah sebuah respon terhadap masalah-masalah yang dihadapi manusia di akhir abad 20 an. Community Developmentmengacu pada suatu pekerjaan atau profesi, suatu metode pendekatan dan perkembangan ekonomi, komponen dari pekerjaan pelayanan masyarakat, pendekatan philosopis dan intelektual terhadap dunia, aktivitas politik.( Susan Kenny 1994: 3)

Tujuan dari‘community development’adalah kembali mendirikan masyarakat sebagai penempatan pengalaman penting manusia dan pertemuan antaran kebutuhan manusia dari pada ditekankan pada lebih luas, lebih berkemanusiaam dan kurang struktur akses terhadap tunjangan pemerintah, ekonomi global, birokrasi, elit profesional dan lainnya. Masih dalam Jim Ife (1995) terdapat 6 dimensi penting dari ‘community development’ yang tidak terpisah dan teridentifikasi dan berinteraksi satu sama lain yaitu:

1) Perkembangan sosial

2) Perkembangan ekonomi:Community Developmentmerupakan respon terhadap krisis economi untuk mengambankan pendekatan alternatif dimana bertujuan untuk merevitalisasi masyarakat lokal dan untuk meningkatkan kualitas hidup.

3) Politik: berkaitan erat dengan kepemimpinan bertujuan untuk mengembangkan masyarakat, berkapasitas untuk beroperasi dalam arena politik dan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan

masyarakat

4) Kebudayaan: globalisasi dari kebudayaan mempunyai pola yang sama dengan globalisasi ekonomi

5) Lingkungan: lingkungan adalah komponen kritis dari masyarakat dibutuhkan dalam pendekatan dalamcomunity development.

6) Perorangan atau spiritual: masyarakat merupakan kontek lebih baik dari perkembangan perorangan (Jim Ife 1995 : 131-134)

Secara umumcommunity developmentdapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum


(24)

adanya kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Program Community Development memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu: sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan.

Sasaran pertama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama(cooperation),kesemuanya berjalan secara simultan.

Pemberdayaan sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan kekuatan akan kekurangan/ kerugian yang dimiliki oleh suatu komunitas. Jadi perlu dibahas satu-satu mengenai kekuatan dan kekurangan.

b. Kekuatan

Kekuatan adalah hal yang kompleks dan bervariasi, dan ada banyak variasi mengenani kekuatan yang ditinjau dari teori sosial dan politis (CLEG, 1989). Tinjauan politisnya terdiri dari 4 perspektif: 1) Perspektif pluralis : perspektif ini menilai kekuatan sebagai


(25)

grup dan individu dalam suatu masyarakat , dimana semuanya itu saling bersaing dan menggambarkan seperti kompetisi di bidang politik antara beberapa grup (bangsa, grup mayoritas, grup pekerja, organisasis non pemerintah, profesi, media, dll) dan individu (pekerja bisnis, politisi, pengacara, pemimpin, dll). Kekuatan ini muncul dari kapasitas seseorang untuk berkompetisi, untuk tahu peraturannya, dan untuk mengatasi tekanan dan pengaruh buruk. Pluralis ini dekat sifatnya dengan demokrasi, karna setiap orang punya hak untuk berpendapat dan berpartisipasi dalam proses kegiatan. Pluralis ini juga bersifat konservatif, karna bersifat mematuhi peraturan yang ada dan mengajak orang untuk “bermain aman”. Dari perspektif ini, pemberdayaan berarti proses membantu grup dan individu yang belum sempurna (masih berkekurangan) untuk bersaing lebih efektif dengan yang lain, dengan cara mebantu mereka meningkatkan kemampuan ketrampilannya dalam melobi, menggunakan media, berpartisipasi dalam kegiatan politik, dll. 2) Perspektif elit : perspektif ini melihat bahwa suatu tim politik tidak

hanya akan membagi kekuatan mereka, tapi melebihi dari itu, meliputi proses pengambilan keputusan yang tidak sepert biasa. Kaum elit suka melakukan hal yang bersifat proses / mekanisme , seperti sekolah privat, club di masyarakat, kontak dan jaringan, dll. Di perspektif ini, pemberdayaan tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk bersaing untuk mendapat kekuasaan, tapi juga


(26)

membutuhkan kemampuan untuk bisa terlibat dan tertarik di bidang tersebut. Cara pertama misal dengan bergabung dalam suatu organisasi untuk mempengaruhi mereka yang terlibat didalamnya. Cara kedua misal dengan mencari pesaing yang lebih elit untuk mendapat kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri. Cara ketiga misal dengan mencari kekurangan/kelemahan di dalam kekuatan elit melalui perubahan yang fundamental.

3) Perspektif struktural/jabatan: perspektif ini melihat bahwa ketidakseimbangan struktural/jabatan dalam suatu kekuatan itu merupakan sebagian besar dari kekuatan itu sendiri. Sehingga dari perspektif ini, pemberdayaan merupakan hal yang lebih menantang dan hanya bisa dicapai bila ketidakseimbangan struktural/jabatan ini bisa diatasi. Pemberdayaan menjadi hal/bagian yang lebih besar dari perubahan sosial, dimana pemberdayaan dapat menghapuskan struktur dominan/kaum mayoritas/kaum tertindas.

4) Perspektif post-tructural: perspektif ini menilai bahwa suatu kekuatan itu bisa dipahami dari bahasa dan pengetahuan yang digunakan, dan mempunyai tendensi untuk lebih bersifat subyektif. Perspektif ini menolak teori positif dari pluralis, dan teori mekanisme dari struktural. Seperti yang dikatakan Focault (1973, 1979, Rouse, 1994) dalam buku Jim Ife yaitu bahwa kekuatan sebagian besar tergantung dari ide, pikiran, bahasa, pengetahuan yang digunakan dalam kekuatan itu. Dari perspektif ini,


(27)

pemberdayaan menjadi hal yang menantang dan cepat berubah, karena menekankan pada hal yang bersifat subyektif dari pengertian orang. Pemberdayaan ini bersifat intelektual dibandingkan tindakan, karena meliputi pengertian, analisa, pendidikan, dan pemikiran, dibandingkan dengan tindakan nyata.(Jim ife 1995: 56-59)

Selain perspektif–perspektif diatas, ada juga beberapa macam dari kekuatan yang berdasar pada pemberdayaan, yaitu :

1) Kekuatan akan pilihan pribadi dan kesempatan dalam hidup.

Banyak orang merasa bahwa mereka punya sedikit kekuatan untuk menentukan pilihan hidupnya, padahal yang betul adalah, bahwa dengan strategi pemberdayaan, mereka punya kekuatan penuh untuk menentukan pilihan hidupnya demi mencapai masa depan yang terbaik.

2) Kekuatan akan kebutuhan dalam hidup

Kebutuhan disini diartikan sebagai sesuatu yang akan dijadikan kebutuhan dasar dalam hidupnya, yaitu pekerjaan. Seperti misalnya, dokter, pekerja sosial, psikolog, guru, manajer yang akan menjadi seorang ahli dalam biang ini. Namun, kebutuhan ini memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup, sama halnya juga dengan pemberdayaan memerlukan pendidikan dan akses informasi yang cukup.


(28)

3) Kekuatan akan pikiran

Pikiran disini dibutuhkan mengingat kontribusinya dalam kebutuhuan sosial di masyarakat. Pikiran/ ide sangatlah dibutuhkan bila dalam suatu pembahasan politik, ide/ usul akan sangat membantu untuk pemecahan masalah.

4) Kekuatan akan institusi.

Institusi dipercaya sebagai salah satu strategi pemberdayaan untuk meningkatkan kekuatan seseorang dan dapat membuat institusi tersebut lebih berkembang, responsif, dan berguna bagi banyak orang.

5) Kekuatan akan sumber daya

Sumber daya yang dimaksud disini bukan hanya sumber daya keuangan namun juga sumber yang bersifat non keuangan seperti pendidikan, kesempatan pengembangan diri, rekreasi, dan pengalaman kebudayaan. Sumber daya ini harus dipakai sebagai salah satu strategi pemberdayaan masyarakat, terlebih untuk menuju pada masyarakat modern.

6) Kekuatan akan aktivitas ekonomi

Kekuatan akan aktivitas ekonomi harus sering dibagikan kepada masyarakat, karena akan berpengaruh pada kemajuan ekonomi suatu oraganisasi.


(29)

7) Kekuatan akan reproduksi

Reproduksi disini bukan hanya berartikan proses kelahiran semata, namun juga tentang bagaimana kita mempunyai kekuatan untuk menciptakan re-generasi yang lebih berkualitas dan menciptakan kesuksesan dalam segala bidang. (Jim Ife 1995:60- 62)

c. Kekurangan/kelemahan

Seperti yang sudah dikemukakan bahwa pemberdayaan adalah tentang peningkatan kekuatan akan kelemahan yang dimiliki. Jadi bukan hanya melihat apa yang berperan banyak dalam suatu kekuatan, namun juga mengenai pemahaman akan kelemahan itu sendiri. Untuk memahami model tersebut, perlu untuk mengetahui 3 kategori utama tentang kelemahan, yaitu :

1) Kelemahan structural

Struktural disini diartikan sesuatu yang berhubungan dengan kelas, gender, dan ras. Bila perbedaan ini sangatlah mencolok, maka akan sangat berpengaruh pada sebuah masyarakat, dan akan menjadikan itu sebagai suatu kekurangan/kelemahan, karena mereka tidak dapat bekerja sama dengan baik.

2) Kelemahan grup lainnya

Kelemahan disini berbeda dengan kelemahan struktural, karena lebih besifat sebagai korban dalam kelemahan struktural. Hal ini adalah umur, kecacatan (mental dan fisik), kaum terisolir, homo,


(30)

dan lesbian. Perasaan mereka malahan lebih terluka, tersiksa, dan lebih merasa terkucilkan.

3) Kelemahan personal

Kelemahan ini lebih bersifat personal, misal karena kehilangan seseorang yang dicintai, hubungan persaudaraan yang buruk, krisis identitas, masalah seksual, kesepian, malu, dll. Kelemahan yang bersifat personal ini bahkan lebih bersifat menyayat perasaan diri sendiri yang dapat berakibat pada pemberdayaan diri sendiri yang tidak maksimal. Dalam kata lain, ini juga merupakan kelemahan yang perlu diwaspadai. (Jim Ife 1995:62- 63)

d. Mencapai Pemberdayaan

1) Melalui kebijakan dan rencana

Dapat dicapai dengan peningkatan dan perubahan struktural dalam institusi untuk mendapat akses mudah dalam hal sumber daya atau pelayanan dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam suatu komunitas.

2) Melalui tindakan sosial dan politis

Dapat dicapai dengan perjuangan politis dalam suatu organisasi untuk meningkatkan kekuatan yang lebih efektif. Hal ini memang bergantung pada kapasitas seseorang untuk untuk berkancah dalam bidang politik, mengingat pendekatan ini menekankan pada pendekatan aktivis, dan mencaari orang untuk


(31)

memampukan dan meningkatkan kekuatan mereka dalam arena politik.

3) Melalui pendidikan

Dapat dicapai dengan proses pendalaman akan pendidikan yang mereka punya, untuk lebih meningkatkan kekuatan mereka. Hal ini termasuk: membantu masyarakat untuk memahami diri mereka sendiri dalam sebuah komunitas, memberikan banyak istilah dan ketrampilan diri untuk menghadapi perubahan jaman.

Dalam setiap aktivitas, pekerja pemberdayan masyarakat harus sensitif dengan kekuatan mereka, berdasar pada paksaan maupun persetujuan bersama, dimana semua itu tercermin pada keyakinan, nilai, bahasa, praktek latihan, hubungan dan proses kegiatan sehari-hari. Dalam keseharian mereka, pekerja pemberdayaan masyarakat bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak mereka dan membantu untuk meningkatkan cara berpikir baru tentang sekitar dengan mempehatikan mereka, berhubungan sosial dengan lebih baik.

Pekerja pemberdayaan masyarakat juga bisa membantu masyarakat untuk meningkatkan potensi mereka dan meningkat kapasitas anggota mereka. Ini berarti mereka menjadi akses untuk informasi dan penyalur. Ini juga berarti memampukan mereka (anggota) untuk menggali informasi dan membuat pilihan yang tepat.


(32)

2. Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat a. Pengertian Pemberdayaan

Pengertian pemberdayaan sebenarnya mengacu kata “empowerment” yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat. Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses menuju berdaya atau proses pemberiaan daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang mempunyai daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Ambar Teguh, 2004:77).

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang/ kelompok masyarakat yang rentan dan lemah, sehingga mereka memiliki kekuatan atau dalam: (a) memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan dan kesaktian, (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang memengaruhi mereka.

Ciri-ciri masyarakat yang telah berdaya menurut adalah sebagai berikut: (a) mampu memahami diri dan potensinya, (b)


(33)

mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan kedepan) dan mengarahkan dirinya sendiri, (c) memiliki kekuatan untuk berunding dan bekerja sama secara saling menguntungkan dengan "bargaining power" yang memadai, (d) bertanggung jawab atas tindakan sendiri.

Pandangan Pearse dan Stiefel menyatakan bahwa pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yakni primer dan sekunder. Kecenderungan primer berarti proses pemberdayaan menekankan proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu mrnjadi lebih berdaya. Sedangkan kecenderungan sekunder melihat pemberdayaan sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihanya, Prijono dan Pranarka (1996:69).

Menurut Sumodiningrat (Ambar Teguh S 2004:78) menyampaikan: Pemberdayaan sebenarnya merupakan istilah yang khas Indonesia dari pada Barat. Di Barat tersebut diterjemahkan sebagai empowerment, dan istilah itu benar tetapi tidak tepat. Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi “daya” bukanlah “kekuasaan”. Empowerment dalam khasanah barat lebih bermakna “pemberian kekuasaan” dari pada “pemberdayaan” itu sendiri.


(34)

Proses pemberdayaan dalam koteks aktualisasi atau pengembangan diri yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kemampuan individu, dikemukakan oleh Glickman (1989:4-9) sebagai”internal control and individually divergent practices, solving problems independenly”, dikutip oleh Prijono dan pranarka (1996:72). Akan tetapi proses ini tidak hanya meliputi pemberdayaan individu saja, melainkan juga mencakup upaya memberdayakan orang lain, seperti yang dikemukakan oleh Weissglass (1990: 351-370),” a process of supporting people to construct new meanings and exercise their freedom to choose’’, dikutip oleh prijono dan pranarka (1996:72). Pendapat ini diperkuat oleh Irwin (1995:82) mengungkapkan bahwa :

empowering other people means giving them a chance to make their special contribution.…. Your contribution may be a particular insight, a particular talent, a particular energy, a particular loving way to be with people”, dikutip oleh Prijono dan Pranarka (1996:72).

Menurut Kartasasmita (Anwar 2007:10) mengemukakan bahwa proses peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat diterapkan berbagai pendekatan, salah satu diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat bukan hal yang sama sekali baru, tetapi sebagai strategi dalam pembangunan relatif belum terlalu lama dibicarakan. Istilah dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan individu lainya dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan masyarakat yang


(35)

bersangkutan. Memberdayakan itu meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau proses memampukan dan memandirikan masyarakat.

Berdasarkan pada pemaknaan konsep pemberdayaan, Winarni (Ambar, 2004:79) mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowerment), serta terciptanya kemandirian. b. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan dari suatu pemberdayaan masyarakat adalah adanya tujuan yang dicapai seperti yang di kemukakan oleh Ambar Teguh S (2004:80) bahwa tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tesebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Dengan demikian untuk menjadi mandiri perlu


(36)

dukungan kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik, dan afektif, dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-material.

Pemberdayaan masyarakat mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan.

Jadi tujuan dari pemberdayaan masayakat yaitu untuk memberikan kontribusi untuk mencapai kemandirian masyarakat yang diperlukan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dan menjadikan masyarakat yang dapat mempergunakan daya kognitif, afektif serta psikomotorik yang dimilikinya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi di lingkungan internal maupun eksternal masyarakat.

c. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap, tahap-tahap yang harus dilalui tesebut adalah sebagai berikut :


(37)

1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kesadaran tinggi. Pada tahap ini pihak pemberdaya berusaha menciptakan prakondisi, supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya pemberdayaan yang efektif. Dengan demikian tumbuh kesadaran akan kondisinya saat itu dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan agar terbuka wawasan dan memberikan ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. Pada tahap kedua masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan-ketrampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut sehingga akan bertambah wawasan dan kecakapan/ketampilan dasar yang mereka butuhkan.

3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan kemandirian. Tahap ketiga adalah tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan kecakapan ketampilan yang diperlukan agar mereka dapat membentuk kemampuan kemandirian. Apabila masyarakat telah mencapai


(38)

tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan dan pengembangan.

d. Pendekatan Pemberdayaan

Strategi pembangunan yang bertumpu pada pemihakan dan pemberdayaan dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat. Perubahan struktural yang diharapkan adalah proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang menghasilkan harus menikmati. Begitu pula sebaliknya yang menikmati haruslah yang menghasilkan. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut:

1) Pertama, upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut pemihakan. Dalam upaya ini diperlukan perencanaan berjangka, serta pengerahan sumber daya yang tersedia dan pengembangan potensi yang ada secara nasional, yang mencakup seluruh masyarakat.

2) Kedua, mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu, agar supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan


(39)

pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.

3) Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Di samping itu kemitraan usaha antara kelompok tersebut dengan kelompok yang lebih maju harus terus-menerus di bina dan dipelihara secara saling menguntungkan dan memajukan.

3. Kajian tentang Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) a. Latar Belakang Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini termasuk salah satu program strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Lembaga


(40)

kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representative dan dipercaya tersebut (secara generik disebut Badan atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM/ LKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk mengali kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan adalah pondasi modal (social capital) kehidupan masyarakat.

BKM/LKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor upaya penangulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan. Tiap BKM/ LKM bersama masyarakat melakukan proses perencanaan partisipasif dengan menyusun Perencanaan Jangka Menengah dan Rencana Tahunan Program Penangulangan kemiskinan (yang kemudian lebih di kenal sebagai PJM dan Renta Pronangkis), sebagai prakrasa masyarakat untuk menangulangi kemiskinan diwilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakrasa masyarakat, BKM/ LKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instasi pemerintah dan kelompok peduli setempat.

b. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM)

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu kelembagaan atau lembaga yang dirancang untuk membangun kembali kehidupan masyarakat mandiri yang mampu mengatasi kemiskinannya.


(41)

Lembaga ini mengemban misi untuk menumbuhkan kembali ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas sosial sesama warga agar saling bekerjasama demi kebaikan bersama.

Bentuk BKM sendiri adalah suatu lembaga pimpinan kolektif atau organisasi masyarakat warga di suatu kelurahan dan berbentuk dewan atau majelis warga yang tinggal di kelurahan tersebut untuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan tentang hal-hal yang menyangkut kepentingan warga/ komunitas khususnya yang menyangkut kemiskinan.

c. Tujuan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) 1) Jangka Panjang

Sebagai wadah bagi proses pengambilan keputusan tertinggi di tingkat masyarakat yang memiliki tugas dan misi menangani berbagai persoalan kehidupan masyarakat terutama yang berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.

2) Jangka Pendek

Sebagai badan yang bertanggungjawab untuk membahas, menyusun prioritas pendanaan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan kelompok swadaya masyarakat (KSM) dalam perguliran dananya. Selain itu BKM sebagai prasyarat untuk mendapatkan bantuan program di tingkat kelurahan.


(42)

d. Keanggotaan Badan Keswadayaan Masyarakat

Yang berhak menjadi anggota BKM adalah semua warga kelurahan yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan masyarakat sendiri dan pada dasarnya berhak dipilih sebagai anggota BKM, selama warga tersebut dipilih sebagai perwakilan warga di RT atau RW-nya sesuai dengan ketentuan dan mekanisme pemilihan anggota BKM yang ditetapkan. Anggota BKM dipilih oleh seluruh warga kelurahan yang bersangkutan, dengan mekanisme pemilihan yang ditetapkan bersama, atau secara praktis dapat juga dipilih oleh representasi warga yang basisnya bukan golongan tetapi teritori atau perwilayahan, seperti misalnya RT, RW, dusun, dan sebagainya yang tinggal di kelurahan dengan sebelumnya masyarakat melakukan pembahasan kriteria anggota BKM, dengan melakukan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) tentang Kepemimpinen Masyarakat agar mampu merumuskan kualitas seorang pemimpin yang jujur dan dapat dipercaya untuk mengemban amanat masyarakat. DKT difokuskan untuk membangun komitmen dan menyepakati perlunya nilai-nilai kemanusiaan dari seorang pemimpin, bukan pada kemampuan dan pengalaman atau jabatan seseorang saat ini dan lain sebagainya. Kriteria-kriteria tersebut dapat dimiliki oleh pria atau wanita, tua atau muda, kaya atau miskin, berkedudukaan atau tidak, berpendidikan tinggi atau tidak dan lain-lainnya.


(43)

e. Organisasi Pelaksana PNPM Mandiri

Organisasi pelaksana kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Minomartani adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) “Mina Sejahtera”, yang memiliki 3 unit pelaksana di bawahnya, yaitu Unit Pelaksana Lingkungan (UPL),Unit Pelaksana Sosial (UPS), dan Unit Pelaksana Keuangan(UPK).

Kegiatan Pelaksanan lingkungan fisik pada program PNPM Mandiri Perkotaan yang di Desa Minomartani, baik yang sudah dilaksanakan atau sudah direncanakan adalah pengaspalan jalan lingkungan, pembangunan MCK, pembuatan saluran drainase, pavingisasi jalan lingkungan, pembuatan senderan jalan, penerangan jalan dan penataan sanitasi lingkungan.

Kegiatan dalam bidang ekonomi yaitu pengelolaan dana bergulir untuk kepentingan usaha kecil dan mikro dan untuk kepentingan warga miskin. Kegiatan dalam bidang sosial yang telah dilaksanakan adalah pelatihan lifeskill, pelatihan menjahit, bordir, computer, servis hp, pengelolaan sampah, tetas ayam dan peternakan, babonisasi, masak ria.

4. Kajian Teori tentang Kesejahteraan dan Kemiskinan a. Pengertian Kesejahteraan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata kesejahteraan dari kata sejahtera yang memiliki ciri aman, sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam ganguan). Sedangkan kata


(44)

“Tingkat” Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia yaitu Tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban, dsb). Dengan demikian, Tingkat kesejahteraan sosial, merupakan keadaan tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan) masyarakat yang sejahtera.

Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Persatuan bangsa-bangsa (PBB), misalnya telah lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat internasional. PBB memberi batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan terorganisasi yang bertujuan membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu intitusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselengarakan baik oleh lembaga-lembaga, pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.

Pada negara kita, Tujuan kesejahteraan ini dapat di kita lihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2009 tentang tujuan Kesejahteraan Sosial. UU tersebut berbunyi :


(45)

1) Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup,

2) Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian, 3) Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan

menangani masalah kesejahteraan sosial.

4) Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggarakan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan,

5) Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelengagaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan, dan

6) Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Secara umum, istilah Kesejahteraan sosial sering di artikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir dari suatu kegiatan pembangunan.

Pengertian kesejahteraan sosial juga merujuk pada segenap aktivitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) baik yang bersifat formal maupun informal


(46)

adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial. Kesejahteraan merupakan cita-cita sosial yang tidak hanya diangankan untuk di miliki, tetapi juga harus di usahakan. Tanpa usaha dan kerja sama di antara berbagai macam pihak, kesejahteraan sosial hanyalah fotomorgana.

b. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang telah ada sejak dulu dan jumlahnya juga meningkat seiring pertumbuhan penduduk suatu Negara. Fenomena ini memerlukan penanganan yang serius dan tindakan-tindakan nyata untuk mengatasi dari berbagai pihak baik pemerintah, swasta, LSM, maupun masyarakat secara umum. Kemiskinan mengambarkan ketidak berdayaan atau ketidak mampuan suatu masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat secara ekonomi, social, politik maupun budaya.

Dalam istilah kemiskinan banyak pengertian yang telah dirangkum dari banyak pakar. Diantaranya adalah yang diungkapakan oleh Benyamin White, “yang dimaksud dengan kemiskinan adalah tingkat kesejahteraan masyarakat terdapat perbedaan kriteria dari suatu wilayah dengan wilayah lain”. Dan menurut Tjiptoherijanto (1997:76), “kemiskinan mempunyai arti ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisik dan non fisik”.

Pengertian lain disampaikan oleh Loekman Soetrisno (1997:45), Mengemukakaan pendapatnya tentang kemiskinan sebagai berikut: “Kemiskinan adalah suatu hal yang komplek dan karenanya tidak dapat


(47)

dijelaskan dengan hanya melihat dari satu segi saja. Dalam pelaksanaan program anti kemiskinan maka diperlukan definisi dan indikator kemiskinan lokal.”

Sementara itu Kadir (1993:5), memberikan pengertian keluarga miskin adalah keluarga yang menghadapi kemiskinan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin melainkan karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Hal ini disebabkan terbatasnya modal yang mereka miliki dan rendahnya pendapatan mereka, sehingga akan mengakibatkan terbatasnya kesempatan mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Pengertian tentang masyarakat miskin dikemukakan oleh Mubyarto (1990:159), yang mengatakan bahwa masyarakat miskin adalah masyarakat yang rawan pangan yang berpengaruh negatif terhadap produktifitas kerja dan angka kematian balita. Salim (1984:61) mendefinisikan masyarakat miskin adalah mereka yang berpendapatan rendah karena rendahnya produktifitas, di mana rendahnya tingkat produktifitas disebabkan oleh (1) tidak memiliki asset produksi dan (2) lemah jasmani dan rohani.

Selanjutnya Loekman Soetrisno (1997:46), menyebutkan bahwa ada dua kategori kelompok miskin, yaitu kelompok miskin produktif dan kelompok miskin tidak produktif. Pengelompokan ini menjadi sangat penting karena ia merupakan dasar dari seleksi untuk menetukan siapa dari kelompok miskin yang dapat ikut dalam suatu


(48)

program anti kemiskinan yang dikembangkan pemerintah. Dan untuk kelompok miskin tidak produktif untuk di serahkan kepada Dinas Sosial untuk dibimbing.

MenurutWorld Health Organization (world Bank, 1995),

“Kriteria kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan seseorang, di mana pendapatan tersebut dapat memenuhi kebutuhan mendasar bagi kehidupanya. Kemiskinan juga dapat dikatakan timbul karena pendapatan yang rendah, namun demikian ada Negara yang berpandapatan perkapita cukup tinggi akan tetapi tingkat kemiskinannya juga tinggi. Hal ini dimungkinkan karena distribusi pendapatan mereka kurang merata”.

Secara umum pendapatan perkapita suatu masyarakat, semakin kecil proporsinya penduduk yang berpendapatan dibawah garis kemiskinan. Namun perlu diingat bahwa disamping tergantung pada pendapatan perkapita, besarnya presentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan tergantung juga pada distribusi pendapatan. Semakin tidak merata ditribusi pendapatan semakin besar pula penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan atau semakin tinggi presentase penduduk yang miskin.

Pada dekade tujuh puluhan timbul perubahan pedekatan terhadap pembangunan kemiskinan yang terjadi masalah pokok dan berkepanjangan. Pendekatan baru disumbangkan oleh pengalaman administrasi pembangunan dunia ketiga. PandanganCorali Bryan dan Louis White dalam Managing Development in Third World (1982:14) di kemukakan sebagai contoh. Menurut kedua ahli ini, pembangunan ialah upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk


(49)

mempengaruhi masa depanya. Ada lima implikasi utama definisi tersebut adalah:

1) Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok (capacity)

2) Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai dan kesejahteraan (equity)

3) Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan (empowerment)

4) Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri (sustainability/ keberlanjutan)

5) Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu dengan negara yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati (interdependence / saling tergantung)

Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh kedua ahli diatas dapat disimpulkan untuk membentuk ada lima faktor utama yang dapat untuk pengembangan community development yaitu capacity, equity, empowerment, sustainability, interdepence. Dari lima faktor tersebut sangatlah penting untuk mengetaskan kemiskinan yang terjadi diperkotaan maupun didalam masyarakat pedesaan.

5. Kajian Evaluasi Program

a. Pengertian Evaluasi Program

Banyak definisi tentang evaluasi program yang dikemukakan oleh para pakar evaluasi. Secara garis besar evaluasi program merupakan kegiatan yang sistematis dimana didalamnya terdiri dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menilai memperoleh hasil dari suatu program. Wilbur Harris dalam “the nature


(50)

and functions of educational evaluation” yang dikutip Steele dalam Djudju Sudjana (2006:13) menjelaskan bahwa:

Evaluation is the systematic process of judging the word, desirability, effectiveness, or adequacy of something according to definitive criteria and purposes. The judgmen t is based upon a careful comparison of observation data with criteria standards. Pengertian ini menjelaskan bahwa evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan criteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu di dasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standar tertentu yang telah dibakukan.

Djudju Sudjana (2006:20) menjelaskan dalam pendidikan luar sekolah, definisi tentang evaluasi program pendidikan menunjukan bahwa:

Melalui evaluasi program maka pendidik, pengelola program dan/atau pemimpin lembaga penyelenggara program memperoleh berbagai informasi tentang sejumlah alternative keputusan yang berkaitan dengan program pedidikan yang dievaluasi. Terkumpulnya informasi tersebut mengandung maksud supaya pihak penerima informasi dapat memilih berbagai alternative keputusan secara bijaksana mengenai program yang sedang atau telah dievaluasi.

Pengertian-pengertian diatas mengarahkan kepada penulis untuk menyimpulkan bahwa yang dimaksud evaluasi program dalam hal ini adalah kegiatan sistematis pengumpulan informasi mengenai pelaksanaan program guna memperoleh data yang berguna untuk pengambilan keputusan.

b. Tujuan Evaluasi Program

Evaluasi program bertujuan untuk menyediakan atau menyajikan data sebagai masukan pengambilan keputusan tentang


(51)

program tersebut. Djudju Sudjana (2006:35) menyampaikan “tujuan evaluasi berfungsi sebagai pengaruh kegiatan evaluasi program dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan evaluasi program”. Djudju Sudjana (2006:35) menjelaskan tujuan evaluasi program yaitu:

(1) Memberikan masukan bagi perencanan program, (2) Menyajikan masukan bagi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan, atau penghentian program, (3) Memberi masukan bagi pengambilan keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program, (4) Memberi masukan yang berkenaan dengan factor pendukung dan penghambat program, (5) Memberikan masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervise, dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana program, dan (6) Menyajikan data tentang landasan keilmuwan bagi evaluasi program pendidikan luar sekolah.

c. Model-model evaluasi

Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatanya. Farida Yusuf Tayibnapis (2008:14- 22) menyebutkan model-model evaluasi diataranya:

1) Model evaluasi CIPP

Stufflebeam (1973) merumuskan evaluasi sebagai “suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatife keputusan ”. Stufflebeam, membagi evaluasi menjadi empat macam, yaitu: a) Contect evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program.

b) Inputevaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatife apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.


(52)

c) Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki.

d) Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai ? Apa yang dilakukan setelah program berjalan?

2) Model evaluasi UCLA Alkin (1969) menulis tentang kerangka kerja evaluasi yang hamper sama dengan model CIPP. Alkin mengemukakan lima macam evaluasi, yakni:

a)System assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi system.

b) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.

c) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan?

d) Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan? Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul tak terduga?

e) Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna program.

3) Model Brinkerhoff

Setiap desain evaluasi umumnya terdiri atas elemen-elemen yang sama, ada banyak cara untuk menggabungkan elemen tersebut, masing-masing ahli atau evaluator mempunyai konsep yang berbeda. Brinkerhoff & Cs. (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi dan versi mereka sendiri sebagai berikut:

a) Fixedvs Emergent Evaluation Design Desain evaluasi yang tetap (fixed) ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan.Desain evaluasi emergent dibuat untuk beradaptasi dengan pengaruh dan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang seperti menampung pendapat-pendapat audiensi, masalah-masalah, kegiatan program.

b) Formativevs Summative Evaluation Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat


(53)

membantu memperbaiki proyek, kurikulum, atau lokakarya. Evaluasi sumatif dibuat untuk menilai kegunaan suatu obyek. Evaluasi sumatif digunanakan untuk menilai apakah suatu programakan diteruskan atau dihentikan.

c) Experimentaland Quasi Experimental Designvs Natural/ Unobtrusive Inquiry Beberapa evaluasi memakai metodologi penelitian klasik, Dalam hal seperti ini, subyek penelitian diacak, perlakuan diberikan, dan pengukuran dampak dilakukan. Tujuan dari penelitian itu yaitu untuk menilai manfaat suatu obyek, suatu program atau strategi baru yang dicobakan.Desain penelitian Natural Inquiry evaluator menghabiskan waktu banyak untuk mengamati dan berbicara dengan audiensi yang relevan. Strategi yang multiple dan sumber–sumber dipakai untuk mempertinggi reliabilitas pengumpulan data.

4) Model Stake atau Model Countenance Stake (1967) menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi ialah Description judgement dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu: antecedents (context), transaction (proses), outcomes (output). Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini ialah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake mengatakan bahwa description disatu pihak berbeda dengan judgment atau menilai. Dalam model ini antecedents(masukan),transaction(proses),outcomes(hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolute, untuk menilai manfaat program. Stake mengatakan bahwa tak ada penelitian dapat diandalkan apa bila tidak dinilai.

d. Kreteria Efektifitas Evaluasi Program

Dalam menilai kriteria efektifitas evaluasi program tidak dapat dipisahkan dengan tujuan atau fungsi evaluasi program adalah menyediakan informasi yang berguna untuk membantu pembuatan keputusan/ penyusunan kebijakan maupun penyusunan program selanjutnya agar keputusan atau kebijakan yang dihasilkan baik,


(54)

diperlukan informasi yang lengkap, akurat, dan dapat dipercaya (valid dan reliable) serta tepat waktu (timely).

Sebuah kebijakan atau program, tingkat efektivitas dan efisiensi menjadi hal yang amat penting untuk diperhatikan. Menurut Keban (2004:140) suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila tujuan organisasi atau nilai-nilai yang ditetapkan dalam visinya tercapai. Nilai-nilai merupakan hasil kesepakatan bersama antara parastakholders dari organisasi yang bersangkutan, sehingga pencapaian visi adalah indikator yang paling penting. Sementara itu Etzioni (Keban, 2004: 141) mengatakan bahwa efektivitas organisasi menggambarkan sampai seberapa jauh suatu organisasi dapat merealisasikan tujuan akhirnya (goals).

Pada dasarnya pengertian efektifitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antarainputdanoutputnya.

Siagian (2001: 24) memberikan definisi efektivitas yaitu pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang


(55)

telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sementara itu menurut Abdurahmat (2003:92) efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.

Steers (1985: 4-7) mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan yaitu :

1. Paham mengenai optimasi tujuan: efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai;

2. Perspektif sistematika: tujuan mengikuti suatu daur dalam organisasi;

3. Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi: bagaimana tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi.

Efektivitas organisasi maupun kelompok merupakan sesuatu kehidupan organisasi atau kelompok untuk melakukan tugas-tugas, didalam terdapat usaha untuk mencapai tujuan dengan kepuasan dan persahabatan antara individu di dalam kelompok atau organisasi. Lebih lanjut, Sarlito (1987) menjelaskan bahwa efektivitas organisasi atau kelompok adalah hasil kerja kelompok dalam mencapai tujuan.


(56)

Makin dekat hasil organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan, makin efektif pimpinan organisasi atau kelompok tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai. Efektifitas yaitu pengukuran dalam arti tercapainya sasaran yaitu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, apabila sasaran atau tujuan yang telah dicapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka program tersebut dapat dinilai efektif, sebaliknya apabila tujuan atau sasaran tidak selesai sesuai waktu yang ditentukan, maka program tersebut dinilai tidak efektif.

Dalam penelitian ini, akan meninjau tentang bagaimana tingkat efektivitas program yang diselengarakan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani. Efektivitas program akan diukur dari seberapa jauh BKM Mina Sejahtera telah berhasil mencapai tujuan-tujuannya melalui Program Asistensi Sosial dan Jaminan sosial yang melalui perbaikan prasarana lingkungan miskin (UPL) 2) Program Pemberdayaan Sosial yaitu pemberian pendidikan pelatihan kerja dan pelatihan praktis bagi masyarakat miskin secara kelompok


(57)

(UPS) dan 3) Program peningkatan ekonomi mikro dan menengah (UPK), yaitu melalui pemberian kredit usaha rakyat dalam kelompok swadaya masyarakat (KSM).

B. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berfikir Masyaraka Miskin di Kelurahan Minomartani /

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

BKM/ LKM Mina Sejahtera

UPK (Unit pengelola Keuangan)

UPS (Unit Pengelola Sosial)

UPL (Unit Pengelola Lingkungan)

Masyarakat Sejahtera

Efektifitas

Efektif Tidak Efektif

Faktor yang mempengaruhi

Faktor yang mempengaruhi

R E K O M E N D A S I


(58)

Kemiskinan merupakan masalah yang harus segera ditangani. Khususnya diwilayah perkotaan, kemiskinan muncul karena masyarakat tidak memiliki akses ke sarana dan prasarana dasar lingkungan yang memadai, kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, dan mata pencaharian yang tidak menentu. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menangulangi kemiskinan salah satunya dengan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan jalur yang tepat bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya. Tujuan Pemberdayaan pada dasarnya adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tesebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.

Pengembangan dan perluasan bidang Pemberdayaan merupakan kebijaksanaan yang penting dalam proses memberdayakan masyarakat, pemberdayaan merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.


(59)

Jadi spesifiknya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani setelah ada BKM/ LKM Mina Sejahtera yang dijalankan melalui 3 unit yang membidangi tridaya yaitu sektor ekonomi melalui UPK, sektor sosial melalui UPS, sektor Lingkungan melalui UPL memberi pengaruh positif atau negatif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. Dengan adanya BKM ini dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk membuka lapangan usaha/ kerja bagi masyarakat sekitar program yang pada akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup, peningkatan pendapatan keluarga terutama bagi mereka yang memiliki latar belakang ekonomi lemah dan sebagai upaya pengembangan manusia untuk menjadi lebih berdaya.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana keefektifan program BKM Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

2. Bagaimana pelaksanaan Unit Pengelola Keuangan (UPK) di BKM Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

3. Bagaimana Pelaksanaan Unit Pengelola Sosial (UPS) di BKM Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?


(60)

4. Bagaimana Pelaksanaan Unit Pengelola Lingkungan (UPL) di BKM Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi keefektifan BKM dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian banyak metode yang digunakan peneliti, yang sesuai dengan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian itu sendiri. Sehingga penelitian itu menjadi valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah dan proposional.

Menurut rumusan masalah dan tujuan penelitian ini pendekatan yang diambil mengunakan pendekatan evaluatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 16) penelitian evaluatif (evaluative research) difokuskan pada suatu kegiatan dalam suatu unit (site) tertentu. Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses atau hasil kerja, sedangkan unitnya dapat berupa tempat, organisasi ataupun lembaga. Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan kelayakan dari suatu kegiatan dalam satu unit.

McMilan dan Schumacher (Nana Syaodih Sukmadinata, 2006: 3) mengemukan enam pendekatan dalam penelitian evaluatif: 1) Evaluasi berorientasi tujuan (objectives-oriented approaches). 2) Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches). 3) Evaluasi berorientasi keahlian (Expertise-oriented evaluation). 4) Evaluasi berorietasi keputusan (decision-oriented evaluation). 5) Evaluasi berorientasi lawan (adversary-oriented approaches). 6) Evaluasi berorientasi partisipan-naturalistik

Maka dalam pendekatan diatas penelitian ini mengunakan pendekatan evaluatif kualitatif yang evaluasi berorientasi pada tujuan (objectives-oriented approaches), diarahkan pada mengukur tingkat ketercapaian tujuan dalam


(62)

pelaksanaan program atau kegiatan oleh kelompok sasaran, atau mengukur hasil pelaksanaan program/kegiatan.

Dengan pendekatan ini diharapkan dapat menemukan alternatif jawaban, terutama berkaitan dengan Keefektifan Program BKM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta.

B. Informan Penelitian

Informan yang ditunjuk sebagai sumber data adalah orang orang yang dapat memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya. Dalam penelitian ini informan ditentukan secara purposive dan juga tidak dipersoalkan tentang ukuran dan jumlahnya. Spradley yang dikutip dan diterjemahkan oleh Djihad Hisyam (1998: 83) dalam menetukan kriteria informasi pada penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Informan sudah cukup lama dan insentif menyatu dalam kegiatan atau bidang kajian peneliti.

2. Informan terlibat penuh dalam kegiatan bidang tersebut.

3. Informan mempunyai waktu yang cukup untuk dimintai informasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah

1. Fasilitator Kelurahan (Faskel) 2. Pengurus BKM Minomartani

3. Warga masyarakat anggota KSM PNPM Mandiri Kelurahan Minomartani. 4. Tokoh Masyarakat


(63)

Maksud dari pemilihan informan ini adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenaranya.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang Keefektifan Program BKM dalam Meningkatakan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan bulan Novermber sampai Juni 2012. Lokasi penelitian bertempat di BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Yogyakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian, teknik yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan langsung oleh peneliti terhadap informan. Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk memperluas informasi yang akurat serta untuk memperluas informasi yang didapat dari sumber lain yang terkait dengan Pelaksanaan Program BKM dalam meningkatakan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani yaitu Fasilitator Kelurahan (Faskel), Pengurus BKM Minomartani, Warga masyarakat anggota KSM PNPM Mandiri Perkotaan Minomartani, tokoh masyarakat. Dalam melaksanakan wawancara ini pertanyaan-pertanyaan diajukan pada


(64)

informan dalam konteks tertentu dan memfokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

Jenis wawancara yang dipakai adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan dengan membawa kerangka pertanyaan, tetapi penyajianya tidak terikat oleh kerangka yang telah dipersiapkan. Tujuanya adalah untuk memudahkan dalam memperoleh data agar mendalam, sehingga mendapat informasi yang lebih lengkap.

Proses wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara dengan model pertanyaan terbuka, tidak kaku, fleksibel, dan disampaikan secara informal. Pedoman wawancara tersebut (terlampir), disusun dan digunakan sebagai arah agar wawancara terfokus pada persoalan, pelaksanaan Program BKM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani.

2. Teknik Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Dengan fokus observasi terhadap 3 komponen utama:

a. Ruang (Tempat)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ruang (tempat) merupakan aspek fisik yang meliputi gedung kantor dan gedung tempat dilaksanakanya kegiatan BKM.


(65)

b. Aktor (Pelaku)

Aktor (Pelaku) meliputi orang-orang yang terlibat dalam situasi yaitu Fasilitator Kelurahan (Faskel), Pengurus BKM Minomartani, warga masyarakat yang mengikuti program BKM Minomartani (KSM), tokoh masyarakat.

c. Aktifitas (Kegiatan)

Aktifitas (kegiatan) merupakan kegiatan yang dilakukan aktor (pelaku) dalam kaitanya dengan Pelaksanaan Program BKM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Yogyakarta. 3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi ini cenderung merupakan data sekunder, sedangkan data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara cenderung merupakan data primer atau data yang langsung didapat dari pihak pertama (Husaini Usman 2004: 74).

Fungsi dari pengunaan metode ini adalah untuk memperoleh data tetulis yang meliputi: Sejarah BKM, data Ketenagaan, data program, data sarana dan prasarana,data sumber pendanaan, data sasaran/peserta Program BKM di Kelurahan Minomartani dan serta pihak-pihak terkait.


(66)

Tabel 1. Teknik pengumpulan data

Unit Dimensi Indikator Teknik

Pengumpulan Data Sumber Data UPL Perlindungan Lingkungan

a. Perbaikan Jalan. b. Peran serta

masyarakat dalam perlindungan lingkungan. c. Pelaksanaan Pembangunan sarana dan prasarana desa. d. Kepuasan masyarakat dalam perbaikan lingkungan desa. Observasi, Wawancara, Dokumetasi Pengelola BKM, Masyarak at, Faskel UPS Perlindungan Sosial a. Pemerataan dalam pemberian bantuan sosial untuk masyarakat yang tidak produktif. b. Keterjangkuan bantuan sosial kepada masyarakat. c. Pemerataan pemberian bea siswa kepada anak putus sekolah (droup out). d. Kepuasan masyarakat terhadap bantuan sosial yang diberikan. Observasi, Wawancara, Dokumetasi Pengelola BKM, Masyarak at, Faskel


(67)

UPK Pemberdayaan Ekonomi a. Kemampuan membantu perekonomian masyarakat dari pinjaman modal. b. Kemampuan masyarakat membuka usaha melalui pinjaman modal yang diberikan. c. Masyarakat didampingi untuk membuka usaha melalui modal yang dipinjamkan. d. Kemitraan yang

terbangun antara masyarakat dengan pihak luar. Observasi, Wawancara, Dokumetasi Pengelola BKM, Masyarak at, Faskel

Tabel 2. Intrumen Penelitian Program Badan Keswadayaan Masyarakat

Unit Dimensi Indikator

UPL Perlindungan Lingkungan

a. Perbaikan Jalan.

b. Peran serta masyarakat dalam perlindungan lingkungan.

c. Pelaksanaan Pembangunan sarana dan prasarana desa. d. Kepuasan masyarakat dalam perbaikan lingkungan

desa. UPS Perlindungan

Sosial

a. Pemerataan dalam pemberian bantuan sosial untuk masyarakat yang tidak produktif.

b. Keterjangkuan bantuan sosial kepada masyarakat. c. Pemerataan pemberian bea siswa kepada anak putus

sekolah (droup out).

d. Kepuasan masyarakat terhadap bantuan sosial yang diberikan.

UPK Pemberdayaan Ekonomi

a. Membantu perekonomian masyarakat melalui pemberian pinjaman modal untuk usaha.

b. Mendampingi masyarakat dalam mengembangkan usaha melalui modal yang dipinjamkan.

c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membuka usaha melalui program pelatihan lifeskill diantaranya pelatihan menjahit, bordir, computer, servis, pengelolaan sampah, tetas ayam dan peternakan. d. Membangun kemitraan antara masyarakat dengan pihak


(68)

E. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan faktor penting dalam Penelitian. Oleh karena itu perlu pemeriksaan data sebelum analisis dilakukan. Keabsahan data dilakukan dengan pengujian akan kebenarannya dalam memperoleh data yang akurat untuk mendukung hasil penelitian.

Keabsahan data diperoleh dengan teknik triangulasi data, yaitu membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada fase penelitian dilapangan. Triangulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi sumber dan metod. Triangulasi sumber adalah Pengecekan data dengan membandingkan dan mengecek ulang data yang diperoleh dari informan dengan informan lainnya. Triangulasi metode adalah dengan cara mengecek kebenaran data yang diperoleh dengan mengunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Teknik ini dilakukan dengan cara mencocokan jawaban hasil wawancara dan observasi.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah yang terdapat dalam rumusan masalah maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dan analisis data kuantitatif.

1. Analisis data kualitatif

Analisis data kualitatif mulai dilaksanakan sejak pengumpulan data dilakukan. Data yang dikumpulkan pada awal penelitian mulai pengamatan, wawancara, dokumentasi langsung dicatat dan di analisis. Data analisis pada waktu peneliti dilapangan atau sesudah kembali dari


(69)

lapangan. Namun hal ini tidak selalu dilakukan karena melihat situasi dilapangan. Setelah terkumpul data di lapangan dalam bentuk kata- kata yang dituangkan dalam catatan lapangan, maka selanjutnya data segera dianalisis. Dalam teknik ini, model analisis yang digunakan adalah model analisi deskriptif, yang terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: reduksi data, pemnyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992 :16) 2. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan untuk melakukan proses Penggalian makna, Pengambaran, penjelasan, dan penempatan pada konteks masing-masing. Instrumen Penelitian Program Badan Keswadyaan Masyarakat. Berdasarkan hasil analisis kemudian dimasukan sesuai dengan kreteria dan klarifikasi sebagai berikut:

Tabel 3. Pencapaian Indikator

Hasil Nilai

0,81 – 100 Sangat efektif

0,76 - 0,90 Efektif

0,66 – 0,75 Cukup efektif

Presentase dihitung dengan mengunakan rumus berikut : Jumlah indikator yang terpenuhi

% efektif = --- x 100% Jumlah indikator


(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Gambaran Umum BKM

Gerakan penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan merupakan gerakan bersama harus berjalan secara mandiri dan berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat miskin, serta bersinergi dengan kegiatan-kegiatan yang telah ada yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka untuk mengorganisir aspirasi, kebutuhan, permasalahan serta potensi masyarakat, maka perlu didirikan wadah yaitu suatu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang berbentuk paguyuban/perkumpulan atas dasar silaturrahim perwakilan warga masyarakat desa.

Badan Keswadayaan masyarakat (BKM) adalah sebuah kelembagaan yang terbentuk dan dibentuk oleh masyarakat untuk membangun kembali ikatan-ikatan sosial dan solidaritas sosial sesama warga masyarakat agar mampu mengatasi kemiskinan secara mandiri. Badan ini mempunyai visi membangun masyarakat warga (civil society) sebagai suatu tatanan baru hidup bermasyarakat, agar terwujud jalinan kemitraan antara pemerintah daerah dan masyarakat yang berdaya dan mampu menciptakan lingkungan perumahan dan pemukiman yang sehat, layak dan produktif secara mandiri dan berkelanjutan. Sedangkan misi BKM yaitu membangun modal sosial dengan


(71)

menumbuhkan kembali ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas serta kesatuan sosial sesama warga agar saling bekerja-sama demi kebaikan, kepentingan dan kebutuhan bersama, serta dalam jangka panjang akan memperkuat keswadayaan masyarakat warga.

BKM merupakan dewan pimpinan kolektif masyarakat warga penduduk kelurahan yang berkedudukan sebagai lembaga pimpinan masyarakat warga penduduk kelurahan dan merupakan lembaga pengendali kegiatan penanggulangan kemiskinan di kelurahan, yang posisinya di luar institusi pemerintah, militer, agama, pekerjaan dan keluarga. BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat, yang diakui baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar, dalam upaya masyarakat membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani (civil socitey), yang dibangun dan dikelola berlandaskan berbasis nilai-nilai universal (value based).

Sebagai wadah masyarakat untuk bersinergi, BKM berbentuk pimpinan kolektif, dimana keputusan dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM, dimana musyawarah mufakat menjadi norma utama dalam seluruh proses pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai lembaga kepercayaan ('board of trustee'), anggota-anggota BKM terdiri dari orang-orang yang dipercaya warga, berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati


(72)

bersama dan dapat mewakili masyarakat dalam berbagai kepentingan, termasuk kerjasama dengan pihak luar. Dengan demikian, kedudukan dan posisi BKM adalah sebagai lembaga masyarakat yang benar-benar dibangun dari, oleh dan untuk masyarakat sebagai representasi upaya-upaya untuk membangun sinergi segenap potensi masyarakat menuju tatanan masyarakat madani, yang senantiasa berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan. Jadi jelas bahwa BKM merupakan lembaga kepercayaan masyarakat atau "Board of Trustee". Pengertianboard of trusteepada satu sisi merujuk pada keberadaan BKM yang harus mengakar, representatif, dan aspiratif, serta beranggotakan kumpulan warga yang ikhlas, adil, jujur, dan tidak dibayar untuk pengabdiannya, sehingga menjadi tumpuan kepercayaan masyarakat. Sedangkan pada sisi lain, BKM sebagai lembaga kepercayaan milik masyarakat juga harus mampu diakui dan dipercaya oleh pihak-pihak lainnya.

Rembug Warga Tahunan Badan Keswadayaan Masyarakat (RWT BKM) merupakan wujud dari kedaulatan warga untuk melakukan kontrol terhadap lembaga BKM yang sebelumnya telah diberikan amanat oleh warga masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan khususnya upaya untuk penanggulangan kemiskinan di desa dengan acuan PJM-Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan). Keberadaan BKM selaku pelaksana misi untuk memberdayakan masyarakat desa terutama masyarakat miskin dalam upaya penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan kapasitas, penyediaan


(73)

sumber daya dan membudayakan kemitraan yang sinergis antara masyarakat dengan pelaku-pelaku pembangunan lokal lainnya. Kegiatan– kegiatan BKM mencakup kegiatan di bidang lingkungan, ekonomis dan sosial, sebagai upaya penanggulangan kemiskinan dan pembangunan lingkungan perumahan dan permukiman.

2. Gambaran Umum Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera berdiri pada tanggal 4 Februari 2000, berkedudukan di Kabupaten Sleman yang berkantor di Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Yogyakarta. BKM Mina Sejahtera merupakan Organisasi masyarakat yang berada di Kelurahan Minomartani, Ngaglik, Sleman Yogyakarta. BKM Mina Sejahtera merupakan pelaksana misi dalam upaya memberdayakan masyarakat desa terutama masyarakat miskin dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Minomartani, Ngaglik, Sleman Yogyakarta. Dalam kepengurusan BKM pada periode 2011-2013 ini BKM Mina Sejahtera dalam pengelolaannya telah mencapai tahapan status Mandiri, dikandung maksud bahwa BKM Mina Sejahtera telah mampu membangun kelembagaan, membuat perencanaan dan melaksanakan program kerja secara mandiri. Hal ini ditandai dengan suksesnya pelaksanaan PNPM, namun demikian tidak dipungkiri masih perlu untuk meningkatkan pemahaman beberapa anggota


(74)

BKM tentang tupoksinya agar lebih optimal dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya. Selain itu masih diperlukan sosialisasi agarmasyarakat semakin paham dengan kegiatan BKM dan ikut mendukung atau berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dimotori oleh BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani, Ngaglik, Sleman Yogyakarta.

Letak geografis Kelurahan Minomartani, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sinduharjo dan Kelurahan Condong Catur, sebelah timur berbatasan Kelurahan Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, sebelah utara Kelurahan Sinduharjo, dan sebelah selatan Kelurahan Condong Catur. Luas wilayah kelurahan ini adalah 153.144 Ha. Jumlah penduduk Kelurahan Minomartani ada 14.466 jiwa, yang terdiri dari 7.492 laki-laki, 6.974 perempuan dan Kepala Keluarga 2.411 KK. Kelurahan Minomartani mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah karyawan swata dan PNS. Tabel 4. Data Mata pencaharian Penduduk Kelurahan Minomartani

NO. MATA PENCAHARIAN JUMLAH

1 Petani 224

2 Buruh 585

3 Karyawan Swasta 5.042

4 Wiraswasta 72

5 PNS 1.422

6 TNI/ POLRI 819

7 Pensiunan 529

TOTAL 8.693


(75)

Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa ada 5.042 jiwa penduduk bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, 1.422 bermata pencaharian sebagai PNS, 819 jiwa bermata pencaharian sebagai TNI/POLRI. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penduduk Kelurahan Minomartani bermata pencaharian menduduki peringkat jumlah paling banyak adalah di sector karyawan swasta, yang kedua bermata pencaharian sebagai PNS, yang ketiga bermata pencaharian sebagai TNI/ POLRI dan sisanya bermata pencaharian sebagai buruh, pensiunan, petani, serta wiraswata.

3. Sejarah Berdirinya BKM Minomartani

Pada tanggal 4 Febuari 2000 telah didirikan Badan Keswadayaan Masyarakat “Mina Sejahtera” di Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Yogyakarta sebagai bentuk perwujudan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dari pemerintah. Dan P2KP pada tahun 2007 disempurnakan dengan perubahan- perubahan kearah kemandirian yang kemudian dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP).

BKM Mina Sejahtera ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor penggerak bagi upaya penangulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.


(76)

a. Visi dan Misi BKM Mina Sejahtera

Visi BKM Mina Sejahtera adalah Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam lingkungan pemukiman sehat produktif dan berkelanjutan. Sedangkan Misi BKM Mina Sejahtera adalah Memberdayakan masyarakat Kelurahan Minomartani dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, terutama dalam bidang-bidang: ekonomi, sosial, dan lingkungan.

b. Tujuan BKM Mina Sejahtera

1) Jangka pendek, membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh warga miskin.

2) Jangka menengah, mampu mengembangkan kerjasama kemitraan antar warga miskin dengan instansi terkait.

3) Jangka panjang sebagai wadah perjuangan aspirasi warga masyarakat Kelurahan Minomartani dalam penangulangan kemiskinan.

c. Legalitas BKM Mina Sejahtera

Legalitas BKM Mina Sejahtera adalah berdasarkan pada hasil kesepakatan masyarakat yang dirumuskan dalam rembug warga yang dilegalisasi yang merupakan lembaga pimpinan kolektif yang terpilih dan mendapatkan mandat untuk memimpin dan mewakili himpunan masyarakat warga keluruhan yang bersangkutan, yang selanjutnya diresmikan melalui pencatatan pada notaris dalam bentuk akta notaries. Legalitas BKM Mina Sejahtera berdasarkan pada Akta Pendirian


(77)

Anggaran Dasar BKM Mina Sejahtera yang dibuat oleh Kantor Notaris dan PPAT Muhammad Kamaludin Purnomo, S.H. tanggal 2 November 2005 No. 3.

d. Struktur Organisasi BKM Mina Sejahtera

BKM Mina Sejahtera merupakan organisasi swadaya masyarakat yang kepengurusanya dilakukan melalui lembaga kolektif yang terdiri dari masyarakat atau warga. BKM bukan milik pemerintah, perorangan atau kelompok masyarakat tertentu yang merupakan wadah sinergis seluruh masyarakat Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Yogyakarta. Susunan Organisasi ini terdiri atas Pendamping PNPM, Pimpinan kolektif, sekertariat, Unit Pengelola Keuangan, Unit Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan (UPL), Unit Pengelola Sosial (UPS) Pengawas.

Tabel 5. Susunan Organisasi BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta

No. JABATAN NAMA PEDIDIKAN PEKERJAAN

1 Pendamping PNPM

1. Joko Ibnu M. Bachroen (Kepala Desa)

S1

2. Dedi Eko

Bintoro, SP

S1 2 Pimpinan

kolektif

Drs. Istiadji Subekti (koordinator)

S1 Kabagbank

1. Suratmi S1 Pensiunan

2. Widodo SMA Kepala Dukuh

3. Supartono SMA Swasta


(78)

Lanjutan tabel 5.

No. JABATAN NAMA PEDIDIKAN PEKERJAAN

5. R. Anaj

Musakib, S.Ag

S1 Swasta

6. Ny. Harini D3 Swasta

7. Ny. Mien

Bachroen

SMA

8. Jacob Samigun D3 Swasta

9. H. Ramidi SMA Swasta

10. Agus Sugeng Budiyono, S.Tr, SE

S1 PNS

11. Maryono SMA Swasta

12. Sutahar Amari, M.Pdl

S2 PNS

3 Sekertariat H. Suharto S1 Swasta

4 Unit Pengelola Lingkungan (UPL)

1. Djoko Martono, SE

2. Drs. Suhardi

S1 S1 Swasta Swasta 5 Unit Pengelola Sosial (UPS)

1. Ny. Sri Suharti 2. Sumarsih SMA SMA Swasta Swasta 6 Unit Pengelola Keuangan (UPK) 1. Muryanto 2. Andri SMA SMA Swasta Swasta 7 Pegawas UPK

1. Tukino, BA S1 Swasta

2. Suyatno SMA Swasta

Kepengurusan BKM Mina Sejahtera dipilih secara langsung oleh warga masyarakat Kelurahan Minomartani melalui Rembug Warga Tahunan berdasrkan keaktifan dan pengalaman yang dimiliki oleh pengurus sehingga dianggap pantas menduduki jabatan tersebut dalam pengurusan BKM Mina Sejahtera serta bersedia mengemban tugas secara sosial tanpa mengharap pamrih guna menjalankan visi dan misi BKM.


(79)

e. Program yang dilaksanakan di BKM Mina Sejahtera

Realisasi pelaksanaan program kerja tahunan secara umum telah dilaksanakan dengan baik sesuai rencana yang meliputi bidang pembinaan ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerjasama antar warga komponen masyarakat dalam kegiatan BKM telah berlangsung secara sinergis dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian program. Kemanfaatan dari program kerja BKM telah dapat dinikmati secara luas oleh masyarakat terutama dikalangan keluarga miskin yang memerlukan peningkatan kapasitas dalam mengatasi persoalanya. Program yang dilaksanakan di BKM Mina Sejahtera meliputi program perbaikan saran lingkungan dengan prioritas utama penerima manfaat adalah warga miskin, pengembang perekonomian dengan memberikan pinjaman modal, pengembang sosial dengan penyuluhan dan pelatihan.

Keterlibatan semua pihak elemen masyarakat dalam menyelesaikan persoalan masalah kemiskinan sangat diperlukan. Kesuksesan program BKM Mina Sejahtera tidak hanya menjadi tanggung jawab pengurus saja akan tetapi memerlukan dukungan moral masyarakat, kerjasama antar lembaga-lembaga Desa dan semangat dari keluarga miskin dalam meningkatkan kesejahteraan. Beberapa kegiatan atau program yang menjadi prioritas untuk difasilitasi BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta, antara lain:


(80)

1. Menuntaskan program pengentasan kemiskinan di Desa Minomartani 2. Review kelembagaan, ada personalia pengurus BKM yang

mengundurkan diri, sehingga perlu mencari penggantinya agar BKM Mina Sejahtera tetap dapat berjalan dengan baik dan mampu mengejar target.

3. Review PJM Pronangkis atau penyususnan PJM yang menghasilkan rencana strategi

4. Review Keuangan, melalui pengawalan BLM reguler atau chanelling dengan badan usaha lain.

5. Program peningkatan kualitas lingkungan sekaligus membentuk bidang usaha pembuatan pupuk organik bekerjasama dengan pemerintah desa dengan menggunakan tanah kas desa.

6. Program NB (Neigbourhood Development), Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas yang bertujuan untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis dengan lingkungan hunian yang sehat, produktif, berjati diri dan berkelanjutan.

B. Hasil Penelitian

1. Program BKM Mina Sejahtera Dalam Meningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Minomartani

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera merupakan salah satu pendekatan penanganan masalah kemiskinan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dengan membangun


(81)

keberdayaan menuju masyarakat mandiri melalui penguatan lembaga lokal. PNPM itu sendiri merupakan proses pembelajaran masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Proses pembelajaran sebenarnya adalah proses pendidikan, artinya terdapat perubahan dapat terjadi melalui proses pendidikan yang didampingi oleh fasilitator di wilayah Kelurahan/Desa yang menjadi sasaran. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) merupakan program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Tujuan umum PNPM Mandiri adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Selanjutnya, aspek pembelajaran bagi masyarakat melalui kegiatan review partisipatif yaitu berkembangnya semangat belajar bersama dalam berorganisasi dan menjalankan lembaga bersama yang partisipatif, memperkuat implementasi nilai-nilai keterbukaan dan akuntabilitas yang dapat semakin memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap BKM, mendorong terjadinya komunikasi dan kontrol sosial dalam masyarakat terhadap program-program pembangunan dan mewujudkan komitmen semua elemen dalam masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan dalam komunitasnya.


(82)

Dalam setiap tahapan proses belajar tersebut dilaksanakan melalui pendekatan kelompok dan diskusi atau dialog secara terbuka, rembug warga dan juga melaksanakan refleksi–refleksi bersama. Melalui diskusi–diskusi dan refleksi dalam kelompok, maka diharapkan terjadi dialog dan saling berbagi dan bertukar pengetahuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi peluang yang artinya berbagi ‘sumber kekuasaan’ yang dilandasi oleh nilai– nilai kemanusiaan. Diharapkan pada akhirnya akan tumbuh keperdulian terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan. Pendekatan kelompok juga dapat menciptakan pola–pola hubungan masyarakat yang lebih harmonis. Dengan demikian, melalui proses belajar melalui pendekatan kelompok ini, diharapkan masyarakat mampu untuk merubah pola pikir dan sikap perilaku sebagai manusia yang bertanggungjawab untuk menjalankan kehidupan bermasyarakat, yaitu manusia yang mampu memberikan potensi yang ada dalam dirinya untuk kesejahteraan diri dan lingkungannya.

BKM Mina Sejahtera selaku Badan/Lembaga Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Minomartani dalam melaksanakan keseluruhan program kerja dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dibantu oleh beberapa unit yang terbagi dalam 3 bidang yakni di bidang lingkungan dilaksanakan oleh Unit Pengelola Lingkungan (UPL), di bidang sosial dilaksanakan Unit Pengelola Sosial (UPS), dan di bidang ekonomi dilaksanakan Unit Pengelola Keuangan (UPK). Masing-masing pengelola mempunyai tugas dan tanggungjawab sendiri. Unit Pengelola


(83)

Keuangan (UPK) merupakan gugus tugas dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang dibentuk dan dibubarkan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Unit-unit pengelola ini diangkat dan diberhentikan oleh BKM melalui mekanisme rapat anggota BKM. Dalam menjalankan prinsip transparansi dan akuntabilitasnya, tiap tahun unit-unit pengelola wajib mempertanggung-jawabkan semua kerja mereka kepada BKM di dalam rapat anggota tahunan BKM.

BKM Mina Sejahtera sebagai unsur program PNPM Mandiri telah menyediakan stimulan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) secara transparan guna mendanai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan membuka kesempatan kerja, melalui pembangunan sarana/prasarana lingkungan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pengembangan ekonomi lokal dengan prasyarat tertentu, memperkuat keberlanjutan program dengan menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat melalui proses penyadaran kritis, partisipatif, pengelolaan hasil-hasilnya, dan lain sebagainya.

Bantuan dana diberikan dalam bentuk dana BLM (dana bantuan langsung masyarakat). BLM ini bersifat stimulan dan sengaja disediakan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berlatih dengan mencoba melaksanakan sebagian rencana kegiatan penanggulangan kemiskinan. Dana bantuan Langsung masyarakat dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam komponen-komponen kegiatan


(84)

lingkungan, komponen kegiatan sosial, dan komponen kegiatan keuangan. Berikut ini rincian Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Perkotaan BKM Mina Sejahtera Desa Minomartani, Ngaglik, Sleman Tahun 2011.

Tabel 6. Rincian Bantuan Langsung Masyarakat BKM Mina Sejahtera 2011

No. Nama KSM Ketua KSM Volume BLM

1 UPL

Rumah Sehat 10 Rumah Sehat 11 Rumah Sehat 12 Sanitasi 8

Lingkungan Sehat 07 Lingkungan Sehat 08 Lingkungan Sehat 09 Lingkungan Sehat 10

Aris Triyanto Sugiyanto Tukiman Tukiman Drs.H.Sukamto Ibnu Setiaji Bambang Suroto Surisman 8 Unit 7 Unit 4 Unit 7 Unit 1 Paket 1 Unit 1 Unit 1 Unit Rp 168.000.000,-2 UPS Mina Tangguh Mina Peduli Suyatno Sulistyo 1 Paket 1 Paket Rp 7.000.000,-3 UPK KSM Ternak KSM Bengkel KSMBakpia KSM Multi Usaha KSM Niaga KSM Sulam Pita

KSM Batik

Mlandangan KSM Perikanan 2

Sugiyanti Sumaryoto Suwarni Hari Minami Ery W Eniawati Suratmi Maulida Nisa -Rp

40.000.000,-BOP Sekretariat Rp

7.000.000,-JUMLAH Rp

222.000.000,-Sumber: Laporan Review BKM/LKM Mina Sejahtera Tahun 2011

Adapun mengenai program kerja BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin pada setiap unit akan dijelaskan sebagaimana uraian berikut.


(85)

a. Unit Pengelola Lingkungan (UPL)

Unit Pengelola Lingkungan merupakan salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM sebagai unit mandiri guna mengelola kegiatan di bidang pembangunan lingkungan perumahan dan permukiman di wilayahnya. UPL bertanggung jawab dalam hal penanganan rencana perbaikan desa atau kelurahan, penataan dan pemeliharaan prasarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman, tata kelola yang baik (good governance) di bidang permukiman, dan lain sebagainya. UPL memiliki fungsi sebagai pengelola kegiatan penanggulangan kemiskinan bidang lingkungan perumahan dan permukiman dengan tugas-tugas sebagai berikut :

1) Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM/Panitia; 2) Mengendalikan kegiatan-kegiatan pembangunan prasarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman yang dilaksanakan oleh KSM/Panitia pembangunan;

3) Motor penggerak masyarakat dalam membangun kepedulian bersama dan gerakan masyarakat untuk penataan lingkungan perumahan dan permukiman yang lestari, sehat dan terpadu;

4) Menggali potensi lokal yang ada diwilayahnya; dan

5) Menjalin kemitraan (channeling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung program lingkungan UPL.


(86)

Pengelola kegiatan penanggulangan kemiskinan bidang lingkungan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dalam pengelolaan atau manajemen pembangunan lingkungan dimana masyarakat diharapkan memiliki keberdayaan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sendiri kegiatan pembangunan lingkungan di sekitar tempat tinggal atau dalam komunitasnya. Program ini menggunakan pendekatan pemberdayaan (empowerment) sebagai suatu syarat menuju pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Pendekatan ini akan mengokohkan keberdayaan institusi komunitas agar pada masa mendatang upaya penanggulangan kemiskinan dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Program ini tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat yang saat ini kita alami, namun bersifat strategis karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa perluasan institusi masyarakat bagi masyarakat dan perkembangan masyarakat di masa yang akan datang.

UPL BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani sendiri merupakan unit di bawah lembaga BKM yang memiliki tujuan untuk menyelesaikan beberapa masalah lingkungan yang ada di Kelurahan Minomartani melalui program-program yang disusun berdasarkan permasalahan yang dihadapi serta kesepakatan dengan masyarakat setempat melalui kegiatan rembug warga (RWT) yang dilakukan setiap


(87)

tahun sekali pada bulan Desember. Hasil dari kegiatan rembug warga mengupayakan beberapa program dalam rangka memperbaiki keadaan lingkungan agar lebih rapi, bersih dan sehat. Adapun beberapa program yang dilaksanakan dalam Unit Pengelolaan Lingkungan BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani antara lain; kegiatan pembangunan MCK, pembuatan saluran drainase, pembuatan senderan jalan, penerangan jalan dan penataan sanitasi lingkungan. Program-program UPS tersebut sudah terlaksana dengan baik dibawah pengawasan BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani.

Pembangunan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman, baik kepentingan masyarakat umum atau kepentingan warga miskin telah terealisasikan sejak tahun 2008. Pengelolaan kegiatan tersebut diselenggarakan secara bergulir guna peningkatan kualitas sarana dan prasarana perumahan dan permukiman di Kelurahan Minomartani. Dalam penyusunan kebijakan dalam kegiatan UPL BKM Mina Sejatera, telah melibatkan masyarakat secara bersama-sama menentukan arah kebijakan pembangunan yang dirasakan perlu untuk dilakukan untuk kepentingan bersama (model bottom-up), sehingga melahirkan suatu keputusan yang adil dan demokratis sesuai asspirasi masyarakat. Pembuat kebijakan yang demokratis menawarkan dan mejunjung tinggi pentingnya keterbukaan dan keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah pelaksanaan pembangunan. Melalui cara partisipatif diharapkan


(88)

menciptakan suatu keputusan bersama yang adil dari pemerintah untuk rakyat, sehingga akan mendorong munculnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.

Hal ini seperti diungkapkan oleh “IS”, pengurus BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani, sebagai berikut:

“Kegiatan fisik lingkungan pada program PNPM Mandiri Perkotaan melalui kegiatan UPL BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani, baik yang sudah dilaksanakan atau masih dalam tahap perencanaan diantaranya perbaikan jalan lingkungan, pembangunan MCK, pembuatan saluran drainase, pembuatan senderan jalan, dan penataan sanitasi lingkungan. Keseluruhan progran tersebut disusun atau dirembug bersama warga masyarakat. Sehingga pembangunan yang dilaksanakan benar-benar sesuai kehendak masyarakat. Dengan demikian diharapkan masyarakat memperoleh manfaat yang besar dan semakin memiliki rasa memiliki yang kuat terhadap hasil-hasil pelaksanaan program. Diantara program yang telah berhasil dilaksanakan meliputi kegiatan Penyehatan Rumah Warga Miskin Kurang Layak Huni, perbaikan kamar mandi/WC, pembuatan talus penahan tebing/jembatan, pembuatan saluran air hujan dan juga telah diselesaikan pengerasan jalan aspal yang diselenggarakan pada program tahun sebelumnya”.

Kegiatan pembangunan lingkungan yang diorganisir oleh Unit Pengelola Lingkungan (UPL) yang berada di bawah BKM Mina Sejahtera, merupakan upaya pemberdayaan lingkungan sebagai salah satu komponen dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Minomartani telah menunjukkan hasil yang cukup baik, hal ini bisa dilihat dari perencanaan pembangunan yang sudah terinci dalam PJM Pronangkis dan Rencana Tahunan, pembentukan KSM sebagai pelaksana kegiatan, penghimpunan swadaya masyarakat,


(89)

serta pelaksanaan dan monitoring kegiatan selama dan setelah pelaksanaan pembangunan pembangunan fisik.

Ditinjau dari aspek pengembangan kapasitas, maka masyarakat Kelurahan Minomartani mayoritas telah memiliki kesadaran yang cukup baik terkait dengan pembangunan lingkungannya. Kegiatan pembangunan lingkungan banyak terfokus kepada penataan jalan lingkungan yang kondisi awalnya memang kurang baik yaitu berupa jalan batu kerikil yang selanjutnya dibangun menjadi jalan aspal yang merupakan hasil pelaksanaan program tahun sebelumnya dan penataan sanitasi lingkungan. Dengan penataan jalan lingkungan, maka mobilitas masyarakat menjadi lebih mudah dan lingkungan terlihat lebih rapi dan tertata. Hal ini seperti diungkapkan oleh “YN” seorang warga di Kelurahan Minomartani, sebagai berikut:

“Dari pelaksanaan program UPL BKM Mina Sejahtera dimana dananya diterima dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), saya telah menerima bantuan berupa perbaikan rumah, yang dulunya masih dinilai kurang layak huni. Sekarang kondisi rumah saya sudah menjadi lebih baik dan layak huni. Bantuan ini sangat berarti sekali bagi kami warga miskin”.

Pembangunan fisik lingkungan di Desa Minomartani didukung kemudahan berupa keberadaan penambangan material bangunan berupa pasir dan batu kali yang lokasinya dekat serta keberadaan tenaga kerja yang jumlahnya cukup memadai, karena sebagian besar masyarakat memiliki keterampilan sebagai pekerja bangunan, sehingga potensi swadaya masyarakat berupa material dan tenaga kerja cukup besar. Hal ini


(90)

merupakan bentuk partisipasi yang aktif dari masyarakat yang secara bersama-sama memberikan dukungan pada upaya pembangunan lingkungan di desanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan UPL BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani sudah cukup berhasil. Warga pada umumnya menerima dan mendukung program-program yang dilaksanakan, yang ditunjukkan dengan rasa kepedulian mereka terhadap permasalahan lingkungan dan rasa solidaritas atau kebersamaan untuk memperbaiki atau memberdayakan lingkungannya demi peningkatan taraf hidup masyarakat setempat. Dengan adanya rasa kepedulian dan solidaritas, warga kemudian bersedia terlibat aktif dalam proses pembangunan seperti dalam proses pembangunan MCK, perbaikan rumah warga miskin layak huni, pembuatan talud atau jembatan dan pembangunan talud tebing.

Hal ini juga seperti diungkapkan oleh “SU” salah seorang tokoh masyarakat, sebagai berikut:

“Kami secara bergotong royong melaksanakan pembangunan yang telah direncanakan dalam program UPL BKM Mina Sejahtera. Pembangunan yang telah berhasil dilaksanakan dalam program ini antara lain pembangunan sanitasi lingkungan dengan membuat atau perbaikan kamar mandi dan WC. Lalu ada pembangunan talud jembatan dan perbaikan beberapa unit rumah warga miskin yang belum tidak layak huni. Pelaksanaan UPL BKM Mina


(91)

Sejahtera di Minomartani ini memang sangat bermanfaat sekali guna menopang kehidupan kami. Pembangunan yang dilaksanakan memang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat pun merasa turut memiliki dan mau dengan senang hati menjaga dan memelihara lingkungan dengan baik”.

Berdasarkan kutipan wawancara dapat disimpulkan bahwa dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan di Kelurahan Monimartani telah dilakukan melalui upaya mengembangkan strategi pemulihan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat khususnya pembangunan permukiman layak huni serta pemberdayaan penduduk miskin yang dilakukan melalui upaya peningkatan kapasitas penduduk melalui pelatihan-pelatihan, upaya membantu penduduk miskin dalam memperbaiki rumah yang tidak layak huni menjadi rumah layak huni serta pembangunan sarana dan prasarana perdesaan berupa pembangunan infrasturuktur desa diantaranya perbaikan sistem sanitasi lingkungan, pembangunan MCK, perbaikan saluran air hujan dan lain sebagainya melalui pola pembangunan pemberdayaan masyarakat.

b. Unit Pengelola Sosial (UPS)

Unit Pengelola Sosial merupakan salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM sebagai unit mandiri untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh BKM mengenai kegiatan-kegiatan di bidang sosial. Peran UPS yaitu mengimplementasikan tugas BKM dalam peningkatan peran sosial bagi masyarakat miskin, menggalang


(92)

kepedulian, kerelawanan dan solidaritas sosial serta melembagakan nuansa pembelajaran melalui Komunitas Belajar Kelurahan/Desa.

UPS BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani memiliki fungsi sebagai pengelola kegiatan penanggulangan kemiskinan bidang sosial dengan tugas-tugas sebagai berikut:

1) Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM/Pantia; 2) Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh

KSM/Panitia bidang sosial;

3) Membangun/mengembangkan kontrol sosial masyarakat melalui media warga/infokom;

4) Memfasilitasi dan mendorong masyarakat/relawan dalam Komunitas Belajar Kelurahan/Desa (KBK/D);

5) Mendorong kepedulian warga dalam kegiatan sosial seperti santunan, beasiswa, sunatan massal, dan lain-lain, serta

6) Menjalin kemitraan (channeling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung program sosial UPS.

Unit Pengelola Sosial yang merupakan unit di bawah lembaga BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani ini memiliki tujuan untuk menyelesaikan beberapa masalah sosial yang ada di Kelurahan Minomartani sehingga program yang dibuat berdasarkan masalah serta kesepakatan dengan masyarakat setempat melalui kegiatan Rembug Warga Tahunan (RWT). Hasil dari kegiatan Rembug Warga Tahunan


(93)

(RWT) pada BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani mengupayakan beberapa program dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial, sehingga masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam perubahan dan pembangunan daerah. Adapun beberapa program yang dilaksanakan dalam UPS BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani antara lain; pelatihan komputer, pelatihan bordir, pelatihan menjahit, pelatihan servis hp, pengelolaan sampah, pelatihan pembuatan pupuk organik, penetasan ayam dengan mesin penetas, dan pelatihan budi daya ikan.

Gambar 2. Dokumentasi Pelaksanaan Pelatihan Penetasan Telur Dalam Program UPS BKM Mina Sejahtera

Seluruh kegiatan UPS masing-masing sudah terlaksana dengan baik dibawah pengawasan BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani. Hal ini seperti diungkapkan oleh “WI” salah seorang anggota KSM Mina Tangguh, sebagai berikut:


(94)

“Kegiatan UPS sudah terlaksana dengan baik, diantaranya melalui program-program BKM Mina Sejahtera ini kami telah mengadakan pelatihan penetasan telur ayam oleh KSM Mina Tangguh yang bertempat di ruang operasional Desa Minomartani ini. Dan Alhamdullillah kami sebagai anggota sudah dapat mengambil manfaat dan kami juga merasa terbantu dengan pelatihan yang diberikan sehingga ketrampilan kami juga meningkat”.

Gambar 3. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera

Pelatihan Penetasan Telur KSM Mina Tangguh

Penuturan “SU” anggota KSM Mina Peduli juga menambahkan penjelasan mengenai kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera yang ditujukan untuk masyarakat miskin diperkotaan, sebagai berikut:

“Melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani ini kita juga diberikan pelatihan budidaya ikan oleh KSM Mina Peduli yang bertempat di Galery Mina Sembada Perumnas Minomartani. Kegiatan tersebut telah memberikan banyak bekal ketrampilan bagi kami para anggotanya dalam hal tata cara pemeliharaan dan pembudidayaan ikan. Dengan ketrampilan tersebut kami semakin yakin bahwa usaha-usaha pembudidayaan ikan yang kami lakukan ini akan memberikan hasil yang lebih baik, sehingga dapat memberikan keuntungan yang memuaskan bagi kami.”


(95)

Hal tersebut juga dibenarkan oleh “ST” Ketua KSM UPS Mina Tangguh, sebagai berikut:

“Dengan pelatihan yang diselenggarakan dalam kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera ini, setiap anggota sudah dapat menikmati hasilnya. Merekapada umumnya sudah mampu menerapkan ilmu yang mereka peroleh dari pelatihan dengan cara membuka usaha, dimana dengan usaha-usaha tersebut mereka lebih mampu memperoleh tambahan penghasilan”.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat dilihat bahwa program-program BKM Mina Sejahtera melalui kegiatan pada UPS telah mampu menjadi stimulan bagi masyarakat untuk lebih mandiri dan lebih meningkatkan kreatifitas anggota masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas maupun penguatan organisasi, menyiapkan dan menciptakan peluang usaha melalui pelatihan dan praktek ketrampilan usaha bagi warga-warga miskin yang belum produktif, serta program-program sosial yang sifatnya bantuan atau kegiatan sosial yang diupayakan berkelanjutan seperti program peningkatan gizi balita, program santunan, beasiswa, sunatan massal dan program penuntasan wajib belajar 9 tahun.

Diantara berbagai upaya yang dikembangkan pemerintah dalam membantu masyarakat melalui program-program UPS BKM Mina Sejahtera adalah dengan mengembangkan suatu kegiatan atau ekonomi produktif yang terikat dalam suatu program. Pendekatan itu adalah suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan pilihan bagi masyarakat untuk dapat hidup berkembang di masa depan


(96)

khususnya masyarakat miskin terlebih di daerah perkotaan seperti di Kelurahan Minomartani ini. Sehingga program UPS BKM Mina Sejahtera ini dapat menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan maupun kekuatan ekonomi masyarakat.

Program penanggulangan kemiskinan melalui UPS tersebut diperkaya dengan upaya pengokohan keberdayaan lembaga-lembaga di masyarakat agar pada masa berikutnya upaya penanggulangan kemiskinan dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam program UPS sebagai upaya penanggulangan kemiskinan dapat mampu memperluas harapan dan pilihan untuk dapat hidup dan berkembang di masa depan, khususnya bagi masyarakat miskin di perkotaan, dengan bekal kemandirian yang diperoleh melalui program-program pelatihan yang diselenggarakan.

Kegiatan-kegiatan lainnya dalam Unit Pengelola Sosial yang merupakan unit di bawah lembaga BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani, antara lain berupa pelatihan memasak, bordir, membuat makanan kecil, pelatihan stir mobil dan lain sebagainya. Hal ini seperti diungkapkan oleh “YT” salah seorang warga yang berdomisili di Kelurahan Minomartani, sebagai berikut:

“Waktu itu saya dan ibu-ibu yang lain dalam bimbingan UPS BKM Mina Sejahtera telah memberikan pelatihan membuat snak atau makanan kecil atau diajari membuat kue-kue basah. Hal ini


(97)

membuat saya berfikir untuk membuka usaha pesanan snak. Alhamdulillah dengan melakukan pemasaran seadanya, sampai sekarang sudah banyak yang menjadi langganan. Kalau mereka mengadakan acara-acara atau kumpulan-kumpulan pasti memesan makanan kecil dari saya. Selain itu saya juga memasarkannya dengan menyetorkan ke pedagang-pedagang makanan kecil. Dalam hal ini UPS BKM Mina Sejahtera, telah memberikan banyak ketrampilan, seperti telah saya peroleh, dan hasilnya cukup membantu kehidupan saya dan keluarga saya.”.

Demikian juga halnya dengan warga lainnya yaitu “SR” yang pada kesempatan yang sama memberikan keterangan, sebagai berikut:

“Kalau saya sudah berhasil membuat usaha jahit-menjahit. Dari hasil kegiatan pelatihan di UPS yang saya ikuti dengan sungguh-sungguh, akhirnya ketrampilan saya lebih bagus dan banyak warga disekitar sini maupun dari luar desa yang datang untuk menggunakan jasa jahit baju dan bordir saya ini. Disamping itu saya juga memperoleh bantuan modal yang cukup untuk saya membuka usaha saya ini”.

Gambar 4. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera


(98)

Gambar 5. Dokumentasi Usaha Kecil Warga Binaan UPS BKM Mina Sejahtera

Jenis pelatihan lainnya yang juga diberikan dalam rangkaian kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera yaitu kegiatan bercocok tanam, yaitu pelatihan pembuatan pupuk organik dan pelatihan menanam tanaman sayuran di dalam pot.

Gambar 6. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dalam Kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera


(99)

Hasil dari pelatihan yang diselenggarakan dapat dinikmati oleh warga yang berhasil menerapkan ilmu yang diperoleh. Hal ini seperti diungkapkan oleh “WI” salah seorang warga desa Minomartani, sebagai berikut:

“Setelah saya mengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan dalam kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera, hasil yang dapat saya ambil manfaatnya ya seperti menanam sayur dalam pot ini. Selain dapat menambah seger pemandangan ya...saya dapat memetik hasilnya untuk saya masak sendiri. Selain itu juga dapat memanfaatkan halaman depan rumah saya, yang meskipun sempit masih bisa saya manfaatkan”.

Gambar 7. Dokumentasi Hasil Pelatihan Menanam Sayur Dalam Pot Hasil Binaan UPS BKM Mina Sejahtera

Keberhasilan warga meningkatkan kemampuan dikarenakan warga mampu menyerap ilmu atau keterampilan yang diberikan melalui materi-materi pelatihan atau coachingyang diberikan oleh fasilitator atau narasumber. Pada prinsipnya materi pelatihan atau coaching yang diberikan disesuaikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, sehingga manfaat yang diperoleh dapat langsung diterima dan dikembangkan oleh


(100)

masyarakat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh “SU” seorang tokoh masyarakat, yang mengatakan bahwa:

“Transformasi dalam pengetahuan dan kemampuan dalam menerima program dalam kegiatan-kegiatan UPS, dapat diserap dengan baik oleh masyarakat, sehingga ilmu yang diperoleh benar-benar dapat bermanfaat dan dapat dijalankan untuk pengembangan usaha mereka, sehingga mampu memberikan penghasilan bagi masyarakat”.

Kemudian seorang warga “TR” yang juga ikut dalam program-program pelatihan yang dilaksanakan oleh UPS BKM Mina Sejahtera, menambahkan pendapatnya sebagai berikut:

“Masyarakat memperoleh tambahan ilmu, sehingga masyarakat yang kreatif dapat menerapkan ilmunya dan membagi pengalamannya dengan yang lain. Dengan program pelatihan ini telah banyak sekali membatu masyarakat dalam meningkatkan penghasilan dan perbaikan ekonomi”.

Bukti adanya peningkatan kemampuan warga setelah mengikuti pelatihan dalam kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera dibuktikan dengan lahirnya ide-ide program pengembangan usaha yang bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh “SU” tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa:

“Lahirnya ide-ide dalam mengembangkan usaha sangat bermanfaat bagi masyarakat. Banyak ibu-ibu yang akhirnya membuka usaha sendiri supaya memperoleh penghasilan, setelah mereka mengikuti pelatihan membuat makanan kecil maupun pelatihan menjahit, bordir dan juga pelatihan anyam pita yang diselenggarakan dalam kegiatan UPS ini”.

Upaya mengikutsertakan masyarakat setempat merupakan alat ampuh dalam menentukan arah dan kebijakan dalam program UPS


(101)

BKM Mina Sejahtera. Keterlibatan masyarakat akan memberikan dampak yang positif terhadap keputusan dan kebijakan atau program-program yang dilaksanakan atau yang akan diimplementasikan, karena hal ini dapat membangun sinergi antara pemerintah dan masyarakat itu sendiri, pembangunan yang dilaksanakan benar-benar sesuai apa yang dibutuhkan masyarakat dan sesuai dengan kehendak masyarakat. Selain kemampuan menyusun program, peningkatan kemampuan warga juga terlihat dari kemampuan warga dalam hal menerapkan ilmu yang diperoleh, serta kemempuan mengenali dan mengatasi masalah yang dihadapi. Hal ini seperti yang dikatakan oleh “TR”warga setempat yang mengatakan bahwa:

“Dari segi transformasi kemampuan sudah cukup memadai, ditandai dengan mampunya masyarakat untuk menyerap ilmu dalam setiap tahap kegiatan pelatihan, kemampuan masyarakat untuk mengenali dan mengatasi masalah yang dihadapi melalui usulan kegiatan yang masuk ke program sebagai salah satu upaya penyelesaian masalah”.

Mengingat tingkat kemampuan warga dalam menyerap ilmu atau pengetahuan tidak sama, maka ada juga warga yang belum maksimal mendapatkan transformasi kemampuan dalam program UPS BKM Mina Sejahtera. Hal ini seperti yang disampaikan oleh “IS” seorang pengurus BKM yang mengatakan bahwa:

“Kalau dalam hal transformasi kemampuan masyarakat adalah masih kurang, atau tidak semua atau seluruh warga mampu menyerap ilmu dan menerapkannya dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Diantara kendala yang masih sering


(102)

dihadapi dalam pelaksanaan pelatihan tersebut misalnya, dalam kegiatan pelatihan bordir, kendalanya terletak pada alat atau mesin bordirnya yang pada masing-masing KSM belum punya, sehingga untuk membuka usaha bordir mereka belum berani. Ada lagi dalam pembuatan pupuk organik, terletak pada faktor kebiasaan para petani menggunakan pupuk berbahan kimia, jadi masih merupakan kendala merubah kebiasaan penggunaan pupuk berbahan kimia. Banyak warga yang merasa tidak mantap kalau hanya menggunakan pupuk organik saja”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program UPS BKM Mina Sejahtera, kemampuan warga menjadi meningkat, karena telah terjadi transformasi ilmu dari para fasilitator dan narasumber lain khususnya kepada pengurus BKM dan umumnya kepada warga masyarakat Minomartani, meskipun dalam beberapa hal masih mengalami berbagai kendala dalam pelaksanaannya dan dalam penerapannya.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan pelatihan-pelatihan dalam program UPS BKM Mina Sejahtera yang bertujuan untuk pengembangan kapasitas masyarakat yaitu pada tahap transformasi kemampuan masyarakat adalah dengan adanya program UPS kemampuan masyarakat menjadi meningkat, karena telah terjadi transformasi ilmu dari para fasilitator dan narasumber lain khususnya kepada pengurus BKM dan umumnya kepada warga di daerah masing-masing.


(103)

c. Unit Pengelola Keuangan (UPK)

Manusia merupakan mahluk sosial sehingga dalam pergaulan hidupnya memerlukan lingkungan sekitar yang dalam hal ini adalah masyarakat. Karena bagaimanapun juga manusia tidak akan mampu hidup sendirian kecuali dalam interaksinya diwujudkan dalam bentuk pergaulan dalam masyarakat. Ini menjadikan manusia senantiasa dituntut untuk aktif dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan dengan bekerja sama. Manusia dalam interaksi dengan keadaan, kadang terbentur dengan kemampuan dan kemauan yang terbatas sehingga kenyataannya kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan ataupun masalah-masalah keuangan keluarga.

Kenyataan yang cukup memprihatinkan yang dapat dijumpai dikalangan masyarakat bahwa seringkali masyarakat dari golongan ekonomi lemah dan menengah, memiliki keinginan untuk membuka usaha baru maupun ingin memajukan usaha yang telah mereka jalankan. Sering mereka mengalami kesulitan dalam hal permodalan maupun sulit untuk memperoleh pinjaman karena kurangnya jaminan hutang yang dimiliki sehingga adanya program pemerintah yang sifatnya dapat membantu usaha rakyat dengan sistem bunga lunak sangat diharapkan. Kegiatan dalam bidang ekonomi yang dilaksanakan oleh BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani salah satunya adalah dalam bentuk


(104)

pengelolaan dana bergulir untuk kepentingan usaha kecil dan mikro dan ditujukan hanya untuk kepentingan warga miskin.

Unit Pengelola Keuangan merupakan salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM sebagai unit mandiri untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh BKM mengenai pengelolaan dana pinjaman bergulir dan administrasi keuangannya, baik yang berasal dari dana stimulan BLM P2KP, maupun dari pihak-pihak lainnya yang bersifat hibah. Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan memberi bantuan dana bergulir yang akan digunakan masyarakat untuk mengembangkan usaha mereka. Penyaluran dana bergulir ini mensyaratkan masyarakat membentuk sebuah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang anggotanya masing-masing telah memiliki usaha perorangan yang termasuk kategori usaha mikro dan kecil. Namun usaha perorangan yang menjadi tujuan utama pemberian bantuan dana bergulir PNPM Mandiri adalah usaha yang sangat kecil sehingga belum dapat memenuhi tingkat kebutuhan pokok pemiliknya.

UPK BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani berfungsi sebagai pengelola kegiatan penanggulangan kemiskinan bidang ekonomi dengan tugas-tugas sebagai berikut :

1) Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM;

2) Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KSM Ekonomi;


(105)

3) Melakukan pengelolaan keuangan pinjaman bergulir untuk KSM, mengadministrasikan keuangan; dan

4) Menjalin kemitraan (channeling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung

5) program ekonomi UPK.

UPK yang merupakan unit di bawah lembaga BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani ini memiliki tujuan untuk menyelesaikan beberapa masalah ekonomi yang ada di Kelurahan Minomartani sehingga program yang dibuat berdasarkan masalah serta kesepakatan dengan masyarakat setempat melalui kegiatan rembug warga (RWT). Hasil dari kegiatan rembug warga mengupayakan beberapa program dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Adapun beberapa program yang dilaksanakan dalam UPK BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani ini adalah pinjaman bergulir bagi warga kurang mampu untuk kemudian dapat digunakan sebagai pengembang usaha sehingga masyarakat menjadi lebih mandiri.

Dana bergulir diharapkan dapat membantu peningkatan kinerja usaha sehingga dapat menghasilkan manfaat kepada pemiliknya. Sebagai bagian dari bantuan yang berbentuk pinjaman, maka penilaian terhadap kinerja pengelolaannya dapat dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator dalam manajemen keuangan organisasi bisnis.


(106)

Penilaian kinerja usaha mikro dan kecil dalam memanfaatkan dana bergulir tersebut dapat diwakili oleh rasio likuiditas dan profitabilitas.

Pelaksanaan Unit Pengelola Keuangan (UPK) di BKM Mina Sejahtera dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Minomartani melalui Program Pinjaman bergulir yang bersifat individual maupun kelompok misalnya pinjaman untuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang membutuhkan dana untuk kegiatan yang terkait usaha produktif dari anggota-anggotanya. Batas maksimal pinjaman pertama kali bagi anggota KSM adalah Rp 500.000,- sedangkan batas maksimal pinjaman berikutnya adalah Rp 2.000.000,- disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan akan usahanya serta kelancaran dalam pengembalian sebelumnya. Program pinjaman dana bergulir ini dimaksudkan sebagai proses pembelajaran bagi masyarakat sekaligus memperkuat orientasi sasaran PNPM-MP yakni masyarakat miskin. Oleh karena itu, pada tahap berikutnya diharapkan KSM-KSM dan anggota-anggotanya yang telah meningkat kesejahteraanya dimaksud dapat dilayani oleh koperasi yang difasilitasi oleh BKM dan juga dapat mengakses lembaga keuangan formal di sekitarnya.

Program-program UPK BKM Mina Sejahtera merupakan upaya pemecahan permasalahan yang dialami oleh sebagian besar UKM atau masyarakat yang ingin memiliki usaha sendiri. Hal ini sesuai dengan yang


(107)

diuraikan salah “IS” seorang pengurus BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani, sebagai berikut ini:

“Program UPK BKM Mina Sejahtera ini merupakan program yang sangat dinantikan oleh masyarakat terutama para pengusaha kecil yang memiliki modal yang terbatas jumlahnya dalam melakukan aktivitas usahanya. Bantuan dana bergulir ini membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh warga terutama dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat terutama pengusaha kecil rumahan. Program-program yang ditentukan dalam kegiatan BKM perlu dilakukan dan agar lebih ditingkatkan”.

Menurut penuturan salah satu warga penerima bantuan dana bergulir yang berinisial “HE” menyebutkan bahwa:

“Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kalau menurut saya sangat membantu karena bunganya ringan hanya 1 persen dan bila pinjam di bank biasanya lebih besar, untuk mengembalikan anggsuran saya merasa lebih ringan soalnya bila saya belum ada uang cukup saya dibantu oleh kelompok KSM saya”.

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh “RN” sebagai berikut: “…saya jualan sembakau mas, pembelinya lumayan rame cuma untuk menambah dagangan saya gak punya modal yang banyak, dengan adanya pinjaman dari BKM dagangan saya sekarang bertambah banyak dan alhamdulilah pembeli juga semakin rame….”

Kondisi Usaha Kecil yang ada di Kelurahan Minomartani, sebelumnya masih jauh dari stabil dan masih banyak mengharapkan dana dalam upaya mengembangkan usaha yang selama ini sering dinilai masih kembang kempis. Seperti pada umumnya yang sering dihadapai oleh pengusaha kecil, masalah permodalan merupakan kendala utama yang sering menghambat peningkatan usaha. Pemberian kredit atau bantuan


(108)

dana bergulir dengan bunga lunak merupakan hal yang sangat diharapkan oleh masyarakat. Masih banyaknya pengusaha kecil yang menghentikan usahanya karena terbatasnya permodalan yang dimilikinya, sehingga usaha mereka menjadi macet. Sementara itu aset-aset usaha yang dimiliki menjadi tidak produktif. Bantuan dana bergulir dalam kegiatan UPK BKM Mina Sejahtera merupakan program yang sangat membantu kehidupan pengusaha kecil maupun masyarakat. Hal ini seperti diungkapkan oleh “TR” seorang warga yang juga seorang pengusaha kecil sebagai informan sebagai berikut:

“Waktu belum ada program UPK BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani ini keadaan kami belum seperti sekarang ini Mas...Usaha kami belum bisa berkembang dan ruang gerak kami sangat terbatas. Terus terang saya kepentok pada masalah dana yang saya gunakan untuk usaha ini. Sebelum ada program ini saya kesulitan memperoleh pinjaman dana dengan bunga rendah untuk mengembangkan usaha. Ada lembaga yang bersedia meminjamkan uangnya namun saya kawatir tidak bisa mengembalikan karena bunga yang harus dibayarkan terlalu tinggi.Jadi saya tidak mau ambil resiko. Dengan adanya program bantuan dana bergulir dari UPK BKM Mina Sejahtera ini kami merasa sangat tertolong sekali”.

Hal tersebut sesuai pula dengan yang diungkapkan oleh “TR” yang juga merupakan masyarakat penerima program, sebagai berikut:

“Dulu saya menjalankan usaha dengan meminjam dana dari seorang renternir. Hasil dari usaha yang saya jalankan hanya bisa untuk menutup hutang saya karena bunganya terlalu tinggi sementara itu waktu yang ditentukan untuk tempo pengembalian pinjaman uang sangat singkat. Dengan adanya bantuan dana bergulir dari BKM Mina Sejahtera saya lebih tenang dalam menjalankan usaha dan hasilnya lumayan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya”.


(109)

Sedangkan menurut “PD” pengusaha warung makan yang merupakan salah satu warga penerima bantuan mengungkapkan sebagai berikut:

“Kemampuan usaha kami masih sangat minim, fasilitas-fasilitas yang kami gunakan juga lain masih sangat terbatas. Kami belum mampu menyediakan menu makanan yang bervariasi seperti warung makan saya yang sekarang ini, sehingga kami semakin banyak memiliki pelanggan.”

Menurut “IS” salah seorang pengelola BKM Mina Sejahtera berpendapat sebagai berikut:

“Sebelum adanya program UPK BKM Mina Sejahtera ini, sarana dan prasarana yang memadai yang dimiliki oleh warga masyarakat dan pengusaha kecil serta mantapnya jaringaan usaha/kemitraan dengan prinsip saling keterkaitan, saling membutuhkan, dan saling menguntungkan, masih belum dimiliki oleh kalangan pengusaha kecil ddi sini keseluruhan”.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat diketahui bahwa keadaan dunia usaha sudah dapat tertangani sesuai harapan dan sesuai tujuan program. Ruang lingkup usaha dan kemitraan sudah dapat terjalin dengan adanya dukungan dana bergulir yang dikucurkan oleh pemerintah melalui program PNPM Mandiri Perkotaan, sehingga usaha yang dijalankan secara perlahan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat seperti yang diharapkan. Selain memerlukan bantuan modal yang memadai, keberadaan pengusaha kecil sebelum dilaksanakannya program UPK BKM Mina Sejahtera ini, juga masih memerlukan peningkatan kemampuan untuk mampu memproduksi secara optimal


(110)

dan menghasilkan barang-barang produksi yang berkualitas dan inovatif sehingga mampu bersaing di pasar lokal maupun regional. Keadaan-keadaan tersebut merupakan salah satu alasan yang mendorong dilaksanakannya upaya peningkatan taraf atau kemakmuran masyarakat melalui upaya menumbuhkembangkan kegiatan perekonomian setempat terutama pengentasan kemmiskinan melalui penciptaan usaha dengan melaksanakan program-program BKM Mina Sejahtera.

2. Efektivitas program BKM Mina Sejahtera dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani

Setiap organisasi mempunyai tujuan baik tujuan umum maupun khusus, jangka pendek maupun jangka panjang, yang akan direalisasikan dengan menggunakan berbagai sumberdaya atau faktor produksi yang ada. Pengelola tidak akan dapat mencapai tujuan secara optimal bilamana penggunaan sumberdaya atau faktor produksi dilakukan tidak dengan proses yang benar. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan lembaga pimpinan bersama suatu organisasi masyarakat disuatu desa atau kelurahan dan berbentuk “dewan atau majelis warga” yang tinggal di desa atau kelurahan tersebut untuk merumuskan kebijakan dan pengambilan keputusan tentang hal-hal yang menyangkut kepentingan warga masyarakat, khususnya yang menyangkut upaya-upaya pengentasan kemiskinan.


(111)

Efektivitas sebuah organisasi, temasuk organisasi kemasyarakatan seperti BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani pada umumnya berbicara tentang visi dan arah, berhubungan dengan memfokuskan pada kekuatan organisasi guna mencapai arah dan tujuan tertentu. Dalam rangka peningkatan efektivitas kinerja BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani dilaksanakan melalui pencapaian sasaran dan tujuan, baik untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota maupun meningkatkan kemampuan untuk memperoleh hasil yang baik. Untuk itu BKM sebagai organisasi perlu meningkatkan daya saingannya, agar dalam menjalankan fungsi dan tugas yang dilaksanakan selalu berpedoman pada efisiensi dan efektifitas kinerja.

Langkah terbaik untuk melaksanakan tugas dan fungsi berdasarkan unsur– unsur efisiensi dan efektifitas kinerja dapat dilakukan melalui pelaksanaan sistem manajemen yang baik. Salah satu fungsi manajemen yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas yaitu melalui pengendalian, perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan. Pengendalian yang paling sederhana yang dapat dilaksanakan oleh anggota terhadap kegiatan dan organisasi BKM adalah melalui pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RTW).

Peranan efektivitas manajemen biasanya diakui sebagai faktor paling penting dalam keberhasilan jangka panjang suatu organisasi. Keberhasilan


(112)

diukur dalam bentuk pencapaian sasaran organisasi. Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses penetapan sasaran organisasi dan melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut secara efisien baik dalam bentuk penggunaan tenaga manusia, bahan, dan sumber daya modal. Efektivitas dalam penelitian ini menitikberatkan pada tingkat keberhasilan program-program yang dijalankan oleh BKM “Mina Martani” dibawah naungan program PNPM yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Selanjuthya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu program dari pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan di daerah pedesaan yang dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan. Sementara itu, tujuan program PNPM adalah mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas masyarakat, pemerintah lokal serta penyediaan prasarana sosial dasar. Keberhasilan PNPM-MP dapat dilihat antara lain dari tingkat efektivitas dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

Penilaian efektivitas pengelolaan dana program PNPM akan diukur menggunakan konsep optimalisasi tujuan, yaitu melihat sejauhmana tujuan-tujuan atau sasaran program BKM Mina Sejahtera dapat dicapai. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai organisasi kelompok, juga sebagai lembaga sumber pembiayaan dan pengelola penyedia modal bagi anggotanya, maka banyak pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lembaga tersebut, oleh karena itu BKM membutuhkan manajemen yang baik dalam pengelolaannya.


(113)

Efektivitas kinerja BKM akan tercermin dari masing-masing kegiatan mulai tahap perencanaan, tahap pelaksanaan sampai dengan tahap pelestarian. Penilaian efektivitas kinerja BKM Mina Sejahtera dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di kelurahan Minomartani, akan ditinjai dari 3 unit pelaksana program, yaitu Unit Pelaksana Lingkungan (UPL), Unit Pelaksana Sosial (UPS), dan Unit Pelaksana Keuangan (UPK). Efektivitas dalam pelaksanaan ke tiga unit pengelolaan pada BKM Mina Sejahtera dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani, dapat diuraikan sebagai berikut.


(114)

Tabel 7. Pencapaian Target Dan Realisasi Program Unit Pelaksana Lingkungan (UPL), Unit Pelaksana Sosial (UPS), dan Unit Pelaksana Keuangan (UPK) BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta

Unit Dimensi Program Target Realisasi Pencapaian Keterangan

Volume Anggaran Volume Anggaran UPL Perlindungan

Lingkungan

a. Perbaikan Jalan b. Pelaksanaan

Pembangunan Lingkugan  Rumah Sehat  Sanitasi

 Lingkungan Sehat c. Peran serta/Swadaya

masyarakat dalam perlindungan

lingkungan (Rumah Sehat)

 Rumah Sehat  Sanitasi

 Lingkungan Sehat

0 20 unit 7 unit 3 unit 60 Orang 150 Orang 150 Orang 0 Rp.170.000.000 Rp.10.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 6.000.000 0 19 unit 7 unit 3 unit 65 Orang 140 Orang 150 Orang 0 Rp.168.000.000 Rp.11.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 4.000.000 0 95% 100% 95% 100% 100% 95% 100%

Tidak ada Program Sangat Efektif

Sangat Efektif

UPS Perlindungan Sosial

a. Pemerataan dalam pemberian bantuan sosial untuk masyarakat yang tidak produktif.

 Penetasan Ayam  Budidaya Ikan b. Pemerataan

pemberian bea siswa kepada anak putus sekolah. 1 Paket 1 Paket 0 Rp. 7.000.000 0 1 Paket 1 Paket 0 Rp. 7.000.000 0

100% Sangat Efektif

Tidak ada Program


(115)

Tabel 7. Pencapaian Target Dan Realisasi Program Unit Pelaksana Lingkungan (UPL), Unit Pelaksana Sosial (UPS), dan Unit Pelaksana Keuangan (UPK) BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta

Unit Dimensi Program Target Realisasi Pencapaian Keterangan

Volume Anggaran Volume Anggaran UPK Pemberdayaan

Ekonomi

a. Membantu perekonomian masyarakat melalui

pemberian pinjaman modal untuk usaha.

 Ternak  Bengkel  Bakpia  Multi Usaha  Niaga  Sulam Pita  Batik Mlandang  Perikanan

b. Meningkatkan kemampuan masyarakat melalui program pelatihan:

 Pelatihan BKM  Relawan  Forkom BKM  Pemdes dan Relawan  Pelatihan Unit Pelaksana  Pelatihan BKM, UP,

Relawan

 Pengembangan Media

1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket Rp. 40.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 2.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 1.400.000 Rp. 750.000 Rp. 150.000 Rp. 1.400.000 Rp. 1.395.000 Rp. 2.730.000 Rp. 600.000 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket Rp. 40.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 2.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 1.400.000 Rp. 750.000 Rp. 150.000 Rp. 1.400.000 Rp. 1.395.000 Rp. 2.730.000 Rp. 600.000 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Biaya Operasional 1 Paket Rp. 2.000.000 1 Paket Rp. 2.000.000 100% Sangat Efektif


(116)

a. Pelaksanaan Unit Pengelola Lingkungan (UPL)

Kegiatan Pelaksanan lingkungan fisik pada program PNPM Mandiri Perkotaan yang di Kelurahan Minomartani, baik yang sudah dilaksanakan atau sudah direncanakan adalah perbaikan jalan lingkungan, pembangunan MCK, pembuatan saluran drainase, pavingisasi jalan lingkungan, pembuatan senderan jalan, penerangan jalan dan penataan sanitasi lingkungan.

Program-program yang disusun dalam UPL BKM Mina Sejahtera sudah cukup sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan dapat terealisasikan dengan baik. Sehingga pelaksanaan program UPL BKM Mina Sejahtera sudah dinilai cukup efektif. Meskipun sebagian besar program pembangunan yang direncanakan masih mengandalkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang bersumber dari pemerintah sebagai sumber pembiayaan utama, sehingga ditinjau dari tingkat kemandirian bisa dikatakan kemandirian masyarakat masih kurang. Dalam pemberdayaan lingkungan, masyarakat dituntut untuk mampu merencanakan dan mengelola kegiatan pembangunan di lingkungannya tidak sekedar dalam hal teknis semata namun juga mampu untuk merencanakan semua aspek dalam pembangunan tersebut, termasuk aspek pembiayaannya.


(117)

Pelaksanaan kegiatan pembangunan lingkungan di Desa Minomartani dilihat dari sisi praktis memang telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dinilai mampu mengatasi sebagian permasalahan yang dirasakan masyarakat, namun guna membangun sebuah lingkungan komunitas agar benar-benar tertata dan menjadi komunitas yang lebih baik maka diperlukan suatu konsep penataan lingkungan yang terpadu dan komprehensif.

b. Pelaksanaan Unit Pengelola Sosial (UPS)

Kehidupan perekonomian dari waktu ke waktu terus berkembang, namun perkembangan perekonomian dalam masyarakat cenderung kurang merata. Di satu sisi masyarakat dapat merasakan peningkatan pendapatan dalam kehidupan ekonominya, namun di sisi lain banyak masyarakat yang tidak mampu mengikuti perkembangan ekonomi yang ada. Lemahnya sektor usaha kecil dan menengah dalam kehidupan perekonomian karena kebanyakan dari mereka merasa kesulitan dalam hal permodalan.

Sasaran pemberdayaan sosial adalah terciptanya kondisi masyarakat yang mampu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi dalam komunitasnya untuk kemudian dilakukan pemecahan masalahnya sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki serta dengan memanfaatkan peluang-peluang yang mungkin didapatkan.


(118)

Permasalahan sosial yang dimaksud meliputi kesehatan, pendidikan, jaminan sosial, dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Kegiatan penanganan masalah sosial dalam kegiatan PNPM dikelola oleh Unit Pengelola Sosial (UPS) yang berada di bawah koordinasi BKM Mina Sejahtera. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial dalam PNPM MP di Desa Minomartani termasuk sudah berjalan cukup efektif dimana dari rencana-rencana kegiatan yang telah diprogramkan hampir semua telah terlaksana dengan baik.Hal ini didukung adanya dana BLM yang berhasil menjadi stimulan swadaya dari masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang dilaksanakan. Kegiatan dalam bidang sosial yang telah dilaksanakan dan masih dalam perencanaan adalah pelatihan lfeskill, pelatihan menjahit, bordir, pelatihan computer, servis hp, pengelolaan sampah, tetas ayam dan peternakan, babonisasi, dan masak ria.

Dari hasil proses perencanaan berupa program yang tersusun, pemberdayaan sosial di Desa Minomartani cukup baik karena sebagian besar benar-benar merupakan kebutuhan masyarakat sebagaimana hasil pemetaan swadaya sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan Unit Pengelola Sosial (UPS) di bawah koordinasi BKM Mina Sejahtera dapat dinilai cukup efektif. Hal ini ditunjukkan tersusunya strategi dan skenario program kerja sebagai panduan dalam melakukan prioritasi dan acuan dalam pelaksanaan program pemberdayaan sosial telah mencapai sasaran


(119)

yang direncanakan sampai benar-benar dapat tercapai, meskipun terdapat beberapa target sasaran UPS yang tidak atau belum dapat terrealisasikan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan sebagaimana program-program pembangunan yang lain permasalahan utama yang sering menjadi penyebab terlaksana atau tidaknya suatu rencana kegiatan adalah permasalahan pembiayaan.

Demikian juga dalam pemberdayaan sosial di Desa Minomartani yang belum terlaksana secara menyeluruh karena dana yang ada belum mencukupi untuk realisasi program atau sebagian dialihkan untuk melaksanakan program lain yang dinilai urgen dan lebih prioritas. Sedangkan salah satu elemen dalam peningkatan kapasitas masyarakat adalah pengembangan kreativitas dan peningkatan akses terhadap informasi dan jaringan kerja, sehingga apabila kegiatan yang direncanakan dinilai sangat penting dan urgen setidaknya ada upaya untuk mencari alternatif pembiayaan lain agar program dapat tetap terlaksana. Meskipun dilihat dari sudut pandang manajemen kegiatan hal tersebut kurang tepat, namun dilihat dari aspek pengambilan keputusan maka masyarakat bisa dikatakan telah memiliki kapasitas yang cukup untuk memutuskan sendiri hal-hal yang dianggap lebih penting karena dalam semangat pemberdayaan masyarakat adalah penentu kebijakan bagi mereka sendiri.


(120)

Upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengembangan kapasitas yang lebih utama adalah terjadinya proses pembelajaran bersama masyarakat secara terprogram dan berkelanjutan dan dalam program UPS BKM Mina Sejahtera telah dikonsepkan terciptanya proses belajar bersama tersebut dalam satu wadah yaitu BKM Mina Sejahtera. Melalui kelompok tersebut, masing-masing anggota masyarakat dapat saling belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat masing-masing. Kegiatan-kegiatan pelatihan yang sudah terlaksana dalam UPS BKM Mina Sejahtera Desa Minomartani sebagian besar adalah kegiatan yang diprogramkan oleh fasilitator pendamping sesuai dengan aspirasi masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat sasaran, sehingga kegiatan pembelajaran adalah murni muncul dari inisiatif masyarakat bersama-sama dengan tim pendamping. c. Pelaksanaan Unit Pengelola Keuangan (UPK)

Program pinjaman bergulir bagi warga kurang mampu merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), yang telah berjalan dengan baik dan dianggap sangat efektif oleh masyarakat. Masyarakat menganggap program dana pinjaman bergulir efektif untuk menggeser peran bank harian yang cukup kuat di beberapa desa maupun para renternir yang memberikan pinjaman dengan bunga yang dirasakan berat oleh masyarakat miskin. Selain itu, pinjaman bergulir bagi warga kurang mampu dapat memberikan


(121)

kontribusi untuk mengembangkan usaha warga yang sudah ada dan dalam beberapa kasus, pinjaman dana bergulir juga bisa menstimulasi warga untuk menciptakan usaha atau menciptakan peluang-peluang usaha baru bagi masyarakat yang produktif. Pinjaman dana bergulir bahkan juga bisa meningkatkan kemampuan keuangan keluarga. Meski, menurut pemahaman para penerima pinjaman, dana tersebut seharusnya digunakan untuk membuka atau memperkuat usaha mereka, namun ada juga sebagian dana yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Pinjaman bergulir bagi warga kurang mampu dianggap memberikan manfaat yang besar dalam mengembangkan usaha penerima pinjaman, menambah kapasitas keuangan keluarga, dan mampu menggeser keberadaan rentenir. Penerima program menggunakan dana bergulir dari BKM untuk mengembangkan usaha lama dan membina usaha baru. Pelaksanaan program pinjaman dana bergulir salah satunya juga mensyaratkan bahwa calon penerima pinjaman setidaknya sudah memiliki usaha terlebih dahulu. Sebagian kecil dana pinjaman digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendesak. Pinjaman dana bergulir bagi warga kurang mampu juga dianggap berperan mengurangi ketergantungan warga pada rentenir karena pinjaman dana bergulir tersebut termasuk pinjaman lunak, disamping itu prosedur dalam memperoleh pinjaman tidak berbelit-belit.


(122)

Kegiatan pemberdayaan ekonomi sebagai salah satu komponen dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dimaksudkan untuk memberikan stimulus atau rangsangan bagi masyarakat untuk menjalankan usaha ekonomi produktif sehingga diharapkan dapat memberi dampak pada peningkatan kesejahteraan serta mengurangi kemiskinan. Kegiatan pemberdayaan ekonomi yang dimaksud berupa pengelolaan dana pinjaman bergulir dan pembinaan usaha yang secara kelembagaan dikelola oleh unit pengelola keuangan (UPK) yang berada di bawah koordinasi BKM Mina Sejahtera.

Peminjaman dana bergulir harus dilakukan melalui mekanisme KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau kelompok kecil masyarakat yang terdiri dari 10 orang untuk mengajukan peminjaman dana secara berkelompok. Proposal pengajuan dana yang diajukan KSM baru dapat direalisasikan setelah dilakukan diverifikasi oleh UPK dan disetujui oleh BKM. Kegiatan perguliran dana pinjaman di Desa Minomartani termasuk dalam kategori yang efektif dimana dari hasil review keuangan yang dilaksanakan pada akhir tahun menunjukkan kinerja yang sangat baik. Tidak terdapat kejadian kredit macet (non performing loan) dan perolehan bunga pinjaman yang dikelola menunjukkan hasil yang cukup besar. Kemajuan dalam pengelolaan keuangan ini tidak terlepas dari komitmen dan kerjasama antara KSM dan UPK BKM Mina Sejahtera selaku pengelola


(123)

perguliran dana dan itikad baik dari semua anggota masyarakat untuk menjalankan sistem dana bergulir tersebut.

Kondisi pengelolaan perguliran dana pinjaman di Desa Minomartani yang dinilai efektif ini juga didukung oleh adanya pembinaan usaha ekonomi produktif secara optimal. Aspek dalam pembinaan usaha yang lain yang telah dijalankan antara lain adalah fasilitasi untuk membuka lapangan usaha baru, dan diversifikasi usaha. Masyarakat disamping menerima bantuan pinjaman dana atau modal usaha, juga memperoleh bekal pelatihan ketrampilan yang memadai sehingga diharapkan masyarakat mampu membuka lapangan usaha secara mandiri.

Dilihat dari aspek pengembangan kapasitas, maka bisa dikatakan kondisi masyarakat yang ada sekarang telah banyak mengalami peningkatan kemandirian dalam mendapatkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Sasaran dari pemberdayaan ekonomi ini sebenarnya adalah meningkatnya kapasitas masyarakat untuk mengakses peluang-peluang dan mengelola sumber daya perekonomian yang tersedia, melalui pemberian dana pancingan dan pembinaan usaha secara intensif dan berkelanjutan. Oleh karena itu masyarakat dapat dikatakan lebih berdaya secara ekonomi, dibandingkan sebelum adanya program-program yang dilaksanakan oleh BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani ini.


(124)

Masyarakat telah mampu menjalankan usaha ekonomi produktif dalam komunitasnya secara baik efektif dan efisien. Kondisi semacam itu nampak dalam masyarakat di Desa Minomartani karena keberadaan stimulus dana yang ada telah dilaksanaan bersama-sama dengan pembinaan usaha ekonomi produktif secara intensif dan secara terpadu. 3. Faktor yang mempengaruhi Keefektifan BKM Mina Sejahtera dalam

Meningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan salah satu contoh organisasi non-profit yang merupakan lembaga yang dipilih dan dibentuk oleh masyarakat yang dalam proses pemberdayaannya di masyarakat yang mengangkat azaz nilai kepedulian, jujur, rela berpihak pada masyarakat miskin atau masyarakat kurang mampu. BKM Mina Sejahtera di kelurahan Minomartani Kecamatan Ngagllik Sleman Yogyakarta merupakan salah satu dari contoh BKM yang telah ada di masyarakat yang dibentuk untuk mengatasi masalah kemiskinan, melalui program yang telah dikeluarkan pemerintah yaitu PNPM Mandiri Perkotaan.

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini termasuk salah satu program strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga


(125)

kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Pada setiap program kegiatan ada beberapa hal yang dapat mendukung dan menghambat keterlaksanaan sebuah program baik dari sumber daya manusia, sumber daya alam ataupun dari ketersediaan alat terkait program tersebut. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa ada beberapa faktor yang telah mempengaruhi keefektifan program yang dilaksanakan oleh BKM Mina Sejahtera, antara lain:

1. Terdapat sumber daya berupa materi yang mencukupi sehingga dapat mencukupi, membantu, dan mendukung keterlaksanaan program.

PNPM Mandiri melalui program-program yang telah disusun oleh BKM Mina Sejahtera dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan yang ditujukan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

Selain Bantuan Langsung Masyarakat yang digulirkan melalui program-program PNPM Mandiri, kemampuan masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaan program sangat tinggi. Kesediaan masyarakat untuk


(126)

berperan aktif dalam memberikan sumbangannya baik berupa materi, harta benda, tenaga dan pikiran mereka dalam pelaksanaan program didasarkan oleh inisiatif warga guna memenuhi sendiri kebutuhan mereka sangat tinggi. Swadaya masyarakat dalam bentuk keterlibatan langsung masyarakat yang tentunya sesuai dengan kemampuan mereka dalam memberikan kontribusinya dalam pelaksanaan program pembangunan. Keterlibatan langsung yang sangat tinggi tercermin dalam kesediaan mereka dalam membantu pengerjaan program, keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti program-program pelatihan yang diselenggarakan, kemampuan yang mereka kerahkan semaksimal mungkin untuk keberhasilan program dan kesediaan waktu yang cukup tinggi dalam pelaksanaan program.

Hal tersebut sesuai dengan kutipan wawancara yang dilakukan dengan “SU” seorang Tokoh masyarakat di Desa Minomartani, sebagai berikut:

“Dukungan sumberdaya berupa tenaga,pemikiran dan materi dari masyarakat dalam pelaksanaan program-program BKM Mina Sejahtera cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan antusias warga dalam mengikuti pelaksanaan program. Rata-rata setiap diadakan pelatihan 100% peserta program hadir. Peserta pelatihan tidak ada yang merasa terpaksa dan ogah-ogahan dalam mengikuti pelaksanaan program ini. Mereka juga rela memberikan kontribusi berupa uang, makanan maupun tenaga untuk terlaksananya program”.


(127)

Hal ini juga didukung penuturan dari “BD” fasilitator desa Minomartani, mengenai sumberdaya yang dipergunakan dalam pelaksanaan program, ditinjau dari kesediaan masyarakat untuk memberi kontribusi atau dukungan dalam pelaksanaan program berupa barang, uang, bahan-bahan jasa, buah pikiran, ketrampilan, sebagai berikut:

“Pada kenyataannya keberhasislan pelaksanaan program tidak terlepas dari partisipasi masayarakat dalam mengikuti program. Umumnya partisipasi masyarakat sangat tinggi. Masyarakat sangat memiliki kesadaran yang tinggi, karena mereka beranggapan bahwa pembangunan dilaksanakan memang untuk kepentingan mereka sendiri, dan kesadaran bahwa pembangunan yang dilaksanakan akan memberikan manfaat yang besar sehingga akan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. Bentuk kontribusi yang mereka berikan sangat beragam, tergantung pada kesediaan dan kemampuan mereka memberikan sumbangsih untuk kelancaran pembangunan ini, dari yang berwujud makanan, minuman. Ada juga yang menyumbangkan uang, atau dalam bentuk tenaga atau pemikiran”.

Wawancara dengan “SH” ketua BKM Mina Sejahtera, mengungkapkan pendapat sebagaimana kutipan wawancara berikut:

“Sumber daya berupa materi yang mencukupi sehingga dapat mencukupi, membantu, dan mendukung keterlaksanaan program umumnya berasal dari kontribusi masyarakat dapat berupa uang, barang dan tenaga. Swadaya yang berasal dari masyarakat sesuai dengan kemampuan masing-masing warga”.

Wawancara dengan “HRN” tim pendamping lapangan, mengungkapkan sebagai berikut:

“Kontribusi warga dalam pelaksanaan program dalam ketiga unit pengelola dibawah koordinasi BKM Mina Sejahtera cukup tinggi.


(128)

Hal ini karena wujud kontribusi warga umumnya berupa bahan makanan dan tenaga dan pikiran dalam penyelenggaraan program”.

Masyarakat dengan semangat gotong-royong yang mereka miliki, bersatu padu melaksanakan pembangunan, mulai dari pendanaan dan pelaksanaan pembangunan melalui semangat gotong royong masih sangat dijunjung tinggi. Hal ini tercermin partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program-program UPL, UPS dan UPK BKM Mina Sejahtera masih didasari semangat gotong-royong, sehingga pelaksanaan pembangunan dalam program memiliki sumberdaya materi yang mencukupi demi terlaksananya program. Ini menjadi bukti bahwa masyarakat masih sangat menjunjung tinggi semangat gotong-royong. Berikut hasil kutipan wawancara dengan “WYN” salah seorang Ketua KSM, sebagai berikut:

“Pembangunan fisik dalam kegiatan UPL BKM Mina Sejahtera ini, warga desa umumnya tidak merasa keberatan dalam pelaksanaan program, seperti melakukan kegiatan gotong royong. Mereka dengan sukarela turut mengerjakan pembangunan fisik lingkungan dengan penuh tanggung jawab”

Kutipan wawancara di atas menggambarkan ketersediaan materi yang mencukupi dalam pelaksanaan program, hal ini karena tingginya partisipasi masyarakat dalam mengikuti pelaksanaan program-program yang dilaksanakan dibawah koordinasi BKM Mina Sejahtera. Kesediaan sumberdaya dan materi ini memberi kontribusi atau


(129)

dukungan dalam pelaksanaan program berupa barang, uang, bahan-bahan jasa, buah pikiran, ketrampilan dan sebagainya. Kontribusi yang diberikan warga masyarakat tersebut dibangun atas prakarsa masyarakat setempat dan dengan semangat gotong-royong. Kemauan dan kemampuan masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi pada dasarnya berasal dari kesadaran diri masyarakat yang bersangkutan, sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan, dalam hal ini pemerintah.

Melihat partisipasi masyarakat Desa Minomartani untuk turut andil dalam memberikan swadaya baik berupa finansial, material maupun tenaga yang cukup besar maka bisa dikatakan bahwa masyarakat Desa Minomartani telah mampu mandiri dalam hal pembangunan di lingkungannya. Namun apabila dilihat dari aspek kepentingan umum yang lebih luas maka partisipasi masyarakat tersebut lebih dimotivasi oleh nilai manfaat yang akan mereka dapatkan sendiri. Partisipasi masyarakat dalam bentuk swadaya seharusnya lebih termotivasi untuk memberikan kemanfaatan bagi kepentingan umum, utamanya masyarakat miskin sasaran utama dalam program penanggulangan kemiskinan tersebut.

Dalam konteks kemandirian yang sesungguhnya maka seharusnya masyarakat mampu untuk mengakses sumber daya yang


(130)

dibutuhkan dalam pembangunan dan mampu mengelola potensi yang dimiliki sehingga kondisinya maju dari yang ada sebelumnya. Selama ini penyusunan program kegiatan dan pembentukan KSM masih cenderung menyesuaikan ketersedian dana dan dukungan yang ada, utamanya dana BLM yang berasal dari pemerintah, sedangkan idealnya program dan kegiatan disusun berdasarkan kebutuhan riil masyarakat disertai strategi dan usaha untuk mencari solusi atas persoalan kebutuhan pendanaan dan kebutuhan sumber daya lainnya. Demikian juga dengan pembentukan KSM lebih bersifat normatif atau untuk memenuhi syarat guna mengakses dana BLM, karena menurut ketentuan yang berhak menyelenggarakan kegiatan pembangunan adalah KSM atau panitia pembangunan, sehingga belum nampak rencana kerja yang berkesinambungan dalam KSM dan tidak ada semangat kompetisi antar KSM untuk menunjukkan kinerja yang terbaik sehingga berpotensi untuk mendapatkan pendanaan yang lain baik yang bersumber dari dana BLM maupun sumber pendanaan lainnya.

Kondisi di lapangan, kesediaan masyarakat untuk berperan aktif dalam memberikan sumbangannya berupa materi, dana dan pemikiran dapat dikatakan cukup tinggi. Masyarakat berpartisipasi dalam bentuk waktu, tenaga dan partisipasi lainnya yang mampu mereka kontribusikan pada kelancaran pembangunan yang dilaksanakan. Pembangunan


(131)

didasarkan oleh inisiatif warga desa Minomartani guna dalam rangka pemecahan permasalahan yang muncul dalam masyarakat dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat itu sendiri.

2. Partisipasi masyarakat yang optimal sehingga tidak hanya mempengaruhi keterlaksanaan program melainkan juga tercapainya tujuan BKM itu sendiri.

PNPM Mandiri hadir dengan berbagai bentuk penyempurnaan program-program penanggulangan kemiskinan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance). Transparansi pengelolaan PNPM Mandiri, tidak sekedar keterbukaan secara pasif, namun mengupayakan berbagai cara agar seluruh pemangku kepentingan dapat mengetahui dan memahami PNPM Mandiri secara benar serta bertindak sesuai perannya masing-masing.

Pemerintahan yang kuat adalah pemerintahan mampu menjalankan tugasnya untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan kegiatan rakyatnya dan golongan-golongan ke arah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program PKP desa Minomartani, cukup tinggi. Ide atau gagasan muncul dari kehendak masyarakat dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(132)

Sebagai cross check, peneliti melakukan interview dengan ketua BKM terkait dengan pelaksanaan program PNPM Mandiri di Kelurahan Minomartani Kabupaten Sleman. Hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program cukup tinggi. Hasil kutipan wawancara dengan “SH” Kepala BKM Mina Sejahtera, adalah sebagai berikut:

“Dalam pelaksanaan program-program yang dilaksanakan oleh BKM Mina Sejahtera, masyarakat telah terlibat secara langsung, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun dalam pemeliharaan hasil-hasil pembangunan yang berhasil dilaksanakan”

3. Sumber daya manusia yang mumpuni sebagai koordinator pelaksana dalam mengelola dan mengkoordinir setiap kegiatan sehingga program dapat berjalan dengan baik sesuai rencana dan tujuan yang ingin dicapai.

Sumber daya merupakan faktor penting untuk pelaksanaan program-program yang telah disusun dalam BKM Mina Sejahtera agar dapat terlaksana secara efektif. Walaupun isi program telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila pelaksana program kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, pelaksanaan program akan mengalami kendala dan tidak dapat berjalan efektif.

Sumber daya utama dalam pelaksanaan program adalah staff sebagai sumberdaya manusia pelaksana. Kegagalan yang sering terjadi dalam pelaksanaan program, salah satunya disebabkan oleh kemampuan, dan skill dari pelaksana yang kurang memadai, mencukupi, ataupun tidak


(133)

kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah pelaksana saja tidak cukup menyelesaikan persoalan pelaksanaan program, tetapi diperlukan sebuah kecukupan pelaksana program dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan program.

Partisipasi dalam menentukan sumber daya yang digunakan dalam hal menentukan sumberdaya manusia pelaksana program ditetapkan dalam musdes, pengambilan keputusan mayoritas tergantung kepada pemimpin dalam hal ini kepala desa. Rendahnya intensitas keterlibatan masyarakat dalam menentukan sumberdaya manusia pelaksana program juga disebabkan oleh karena sebagian dari mereka yang hadir pada rapat cenderung tidak memberikan saran, pendapat atau pertimbangan lain. Sehingga hampir semua hasil perencanaan hanyalah pemikiran dan pendapat beberapa orang saja yang cenderung mengikuti arahan dari kepala desa.

Kepala BKM sebagai penggerak dan mediator pembangunan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab bagi keberhasilan setiap program pembangunan, namun yang paling penting adalah kemauan dari kepala BKM untuk dapat mengkoordinasikan antara program pembangunan yang datang dari pemerintah maupun program yang bersifat lokal.

Pada kesempatan ini, Kepala desa Minomartani memberikan pernyataan sebagai berikut:


(134)

“Warga diajak untuk berpartisipasi dalam menentukan sumber daya yang digunakan dalam program PNPM ini. Diantaranya melalui kesadaran masyarakat untuk menentukan sumberdaya yang masih kurang, karena pemerintah Kabupaten telah memberikan anggaran pelaksanaan program hanya sebagai stimulan”.

Pembangunan lingkungan fisik maupun pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial dan keuangan tidak seratus persen ditanggung oleh pemerintah. Dana bantuan dari pemerintah merupakan dana stimulan yang ditujukan untuk merangsang inisiatif dan kreativitas masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk swadana atau uang yang digunakan untuk pembangunan dari masyarakat sangat diperlukan untuk kesuksesan program. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam menentukan sumber daya yang digunakan (SDM maupun sumber dana) masih cukup rendah. Seperti yang dituturkan oleh “SYT” anggota KSM sebagai berikut.

“Pelaksanaan program yang memang merupakan salah satu program pemerintah Kabupaten untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Besarnya dana yang dikucurkan oleh pemerintah Kabupaten disesuaikan dengan volume kegiatan yang akan dilaksanakan. Tentunya dilakukan proses verifikasi objek kegiatan. Pendanaan kegiatan juga berasal dari masyarakat secara swadaya, tidak ada ketentuan berapa batasan minimal atau maksimal dana yang harus dikumpulkan oleh masyarakat”.

Sebagai cross check, peneliti melakukan interview dengan informan terkait dengan partisipasi dalam menentukan sumber daya yang digunakan sumberdaya manusia pelaksanan maupun sumber dana yang digunakan untuk pembangunan. Hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi


(135)

masyarakat dalam bentuk swadaya maupun swadana, cukup tinggi. Berikut hasil kutipan wawancara dengan “HRN” tim pendamping, sebagai berikut:

“Pada umumnya penentuan sumberdaya manusia atau dalam hal ini pelaksana program, dan dalam menentukan konsultan pendamping, cenderung mengikuti arahan dari Kepala Desa. Ya...hal ini dikarenakan tidak ada usulan atau pendapat dari warga tentang penggunaan konsultan atau orang yang dapat dipercaya menangani penyelenggaraan pembangunan fisik tersebut. Demikian juga halnya dengan dana sumbangan yang dipunggut dari masyarakat, tidak seberapa namun cukup tinggi dan itu sudah menunjukkan kemauan warga untuk membangun desanya. Tetapi mereka dengan senang hati turut serta mengerahkan tenaga mereka untuk keberhasilan program”.

4. Komitmen, Daya Tanggap dan Keseriusan Warga

Secara umum, daya tanggap dan komitmen merupakan kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam pelaksanaan program. Komitmen merupakan langkah atau tindakan yang diambil untuk menopang suatu pilihan tindakan tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat dijalankan dengan mantap dan sepenuh hati. Komitmen dan keseriusan dalam pelaksanaan program merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam dukungannya terhadap pelaksanaan program PNPM Mandiri di desa Minomartani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen, daya tanggap dan keseriusan masyarakat dalam pelaksanaan program PKP Desa Minomartani, sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan keikutsertaan


(136)

masyarakat dalam pelaksanaan program sangat tinggi. Sebagaimana dipahami bahwa pembangunan sebagai bagian dari kegiatan pemerintahan adalah merupakan tanggung jawab antara pemerintah dan yang diperintah. Signifikansi tanggungajawab tersebut pada kondisi tertentu lebih besar kepada pemerintah, tetapi pada kondisi lain lebih besar ada pada masyarakat. Atau bahkan selalu dalam keadaan yang memiliki porsi yang sama antara pemerintah dengan masyarakat.

Berikut hasil kutipan wawancara dengan Ketua BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani:

“Seluruh pihak yang terkait dengan pelaksanaa program, termasuk seluruh warga, mereka memiliki komitmen dan keseriusan yang tinggi dalam program pelaksanaan program ini”.

Demikian hal ini juga disampaikan oleh “MH” salah seorang warga peserta program, sebagai berikut:

“Komitmen dan keseriusan warga sangat tinggi untuk turut serta dalam pelaksanaan program, mereka memiliki antusias yang besar untuk keberhasilan program ini, karena pembangunan yang dilaksanakan sepenuhnya untuk kepentingan warga dan untuk kemajuan desa”.

Sikap tanggap dan keseriusan warga dalam pelaksanaan program sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan tujuan. Apabila masyarakat sebagai pihak yang paling berkepentingan belum memahami secara betul makna dari pelaksanaan program itu sendiri yakni seperti pengembangan kapasitas dan tidak memberikan tanggapan secara positif


(137)

terhadap upaya-upaya pengembangan kapasitas pada kegiatan PNPM Mandiri, maka bisa dipastikan upaya tersebut tidak akan berdaya guna dan berhasil sesuai tujuan yang ingin dicapai.

Menurut nara sumber mengatakan bahwa: “kemampuan pemahaman intelektual individu dan kelompok tanggap serta serius dalam penyelesaian sesuatu rencana pelaksanaan pembangunan”. Dengan adanya tanggapan dan keseriusan dalam diri warga dalam melaksanakan program pembangunan akan menciptakan suasana yang kondusif bagi penyelesaian dan keberhasilan program pemberdayaan.

5. Keuletan dan Kerja Keras

Salah seorang nara sumber mengatakan bahwa:

“faktor yang mendukung pada pelaksanaan program antara lain adalah kemampuan masyarakat yakni sikap masyarakat yang ulet, teladan, dan pekerja keras. Tanpa itu semua, perencanaan program yang telah disusun secara optimal akan sia-sia belaka”.

Sikap ulet dan kerja keras warga dalam proses pemberdayaan sangat diperlukan bagi keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Tanpa adanya sikap ulet dan kerja keras dari warga sendiri untuk memperbaiki atau mengikuti program pemberdayaan yang diberikan, kecil kemungkinan keadaan mereka akan berubah menjadi lebih baik dan lebih mandiri. Hal ini dikarenakan program pemberdayaan memiliki tujuan utama untuk memberikan pemahaman dan keterampilan life skill


(138)

bagi masyarakat, sehingga masyarakat akan memiliki tingkat kemandirian yang matang untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

Secara singkat, berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang efektivitas Program BKM Mina Sejahtera Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Minomartani, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 8. Efektivitas Program BKM Mina Sejahtera Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Minomartani Unit Kegiatan Obyek Penelitian Realisasi Keterangan UPL Perlindungan

Lingkungan

a. Perbaikan Jalan.

b. Peran serta masyarakat dalam perlindungan lingkungan. c. Pelaksanaan Pembangunan

sarana dan prasarana desa. d. Kepuasan masyarakat dalam

perbaikan lingkungan desa.

0 1 1 1

Tidak Ada Program Peran Serta Tinggi

Terlaksana Sesuai Target Puas dan memperoleh hasil

program

(4 Point) (3 Point) 75% (Cukup

Efektif) UPS Perlindungan

Sosial

a. Pemerataan dalam pemberian bantuan sosial untuk masyarakat yang tidak produktif.

b. Keterjangkuan bantuan sosial kepada masyarakat.

c. Pemerataan pemberian bea siswa kepada anak putus sekolah (droup out).

d. Kepuasan masyarakat terhadap bantuan sosial yang diberikan.

1 1 0 1 Terselenggara dengan baik Terjangkau Tidak Ada Program

Terlaksana Sesuai Target Puas dan memperoleh hasil

program

(4 Point) (3 Point) 75% (Cukup


(139)

UPK Pemberdayaa n Ekonomi

a. Membantu perekonomian masyarakat melalui pemberian

pinjaman modal untuk usaha. b. Mendampingi masyarakat dalam

mengembangkan usaha melalui modal yang dipinjamkan.

c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membuka usaha melalui program pelatihan lifeskill diantaranya pelatihan menjahit, bordir, computer, servis hp, pengelolaan sampah, tetas ayam dan peternakan, babonisasi, dan memasak. d. Membangun kemitraan antara

masyarakat dengan pihak luar.

1 1 1 1 Terselenggara dengan baik Terselenggara dengan baik Terselenggara dengan baik Terselenggara dengan baik (4 Point) (4 Point) 100% (Efektif) C. PEMBAHASAN

Permasalahan kemiskinan yang ada selama ini tidak lepas dari lemahnya kedudukan dan peran masyarakat dalam tatanan berbangsa dan bernegara. Untuk itu upaya menguatkan kedudukan dan peran masyarakat dalam bentuk membangun masyarakat warga (Civil Society) menjadi sangat mendesak pada saat ini dan masa yang akan datang sebagai tatanan baru kehidupan masyarakat, dimana masyarakat berhimpun dan bekerja sama berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat sendiri khususnya permasalahan kemiskinan di wilayahnya.

Model pembangunan yang terpusat selama ini sedikit banyak memberikan dampak negatif yakni cenderung mematikan inisiatif, memperlemah solidaritas dan menumbuhkan ketidakberdayaan masyarakat guna membangun masyarakat pada tingkat akar rumput. Untuk itu langkah-langkah atau upaya dalam penanggulangan kemiskinan secara terpusat tersebut harus diganti dengan model


(140)

yang menjadikan masyarakat sebagai subyek dan bukan obyek dari pembangunan, sehingga masyarakat lebih memiliki kedaulatan, yang pada akhirnya upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dapat lebih terjamin keberlanjutannya. Membangun masyarakat civil (civil society) ditingkat lokal (desa) merupakan upaya yang strategis untuk menumbuhkan inisiatif, solidaritas dan keberdayaan masyarakat, oleh karena itu kehadiran masyarakat civil menjadi sangat penting.

Kemiskinan memberi gambaran situasi serba kekurangan seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan ketrampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan. Menurut Mubyarto dalam Yasa (2009), ketakberdayaan penduduk miskin disebabkan mereka tidak memiliki aset sebagai sumber pendapatan juga karena struktur sosial ekonomi tidak membuka peluang orang miskin keluar dari lingkungan kemiskinan yang tak berujung pangkal.

Diantara berbagai upaya yang dikembangkan pemerintah dalam membantu masyarakat tersebut adalah dengan mengembangkan suatu kegiatan atau ekonomi produktif dalam program PNPM Mandiri melalui BKM. Pendekatan itu merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan pilihan bagi masyarakat untuk dapat hidup berkembang di masa depan khususnya masyarakat miskin di daerah


(141)

perkotaan. Dengan latar belakang inilah, pemerintah memandang perlu untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin perkotaan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.

Pemecahan masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri karena besar dan kompleksnya masalah kemiskinan tersebut. Pemerintah dibantu lembaga swasta atau kelompok peduli lainnya yang berperan sebagai fasilitator terhadap usaha masyarakat dalam melakukan upaya penanggulangan kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan salah satunya dilakukan melalui program yang berbentuk bantuan langsung masyarakat, merupakan bentuk paradigma program pembangunan dengan mengedepankan partisipasi masyarakat.

PNPM merupakan proses pembelajaran masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Proses pembelajaran sebenarnya adalah proses pendidikan, artinya terdapat perubahan dapat terjadi melalui proses pendidikan yang didampingi oleh fasilitator di wilayah Kelurahan/Desa sasaran. Salah satu pendekatan penanganan masalah kemiskinan di pedesaan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dengan membangun keberdayaan menuju masyarakat mandiri melalui penguatan lembaga lokal yang salah satunya adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera yang berada di Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Yogyakarta.


(142)

PNPM Mandiri merupakan program pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan di perkotaan dengan berbasis pada pemberdayaan institusi masyarakat. Melalui proyek ini diharapkan bahwa penanggulangan kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dengan memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk mengenali masalah kemiskinan beserta problematikanya, merencanakan penanggulangannya melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan secara bersama-sama dengan pihak terkait.

Masyarakat harus tetap bertanggung jawab dalam hal ini memiliki komitmen dan keseriusan yang tinggi terhadap seluruh aktivitas pemerintahan yang terjadi di wilayahnya, seperti kebijakan pemerintah dalam program PNPM Maandiri desa Minomartani. Hal ini dikarenakan, dampak pembangunan akan kembali kepada masyarakat. Jika ada sebagian masyarakat hanya dapat berpartisipasi melalui kontribusi biaya maka yang lainnya dapat memberikan kontribusi berupa tenaga atau pemikiran. Setiap pihak saling memahami akan kekurangan dan keterbatasan masing-masing sehingga dapat salingtake and give. Komitmen dan keseriusan masyarakat yang tinggi sangat penting yang akan menentukan kegagalan dan keberhasilan program yang dilaksanakan. Jika ini yang dilakukan maka setaip orang dapat memainkan peran aktif dan merasa bertanggung jawab terhadap seluruh tahapan aktifitas pemerintahan baik perumusan, perencanaan, maupun pengawasan.


(143)

Lebih dari itu karena terjalin ikatan emosional yang kuat antara pemerintah dengan warga, dan antara warga dengan program atau proyek pembangunan maka masyarakat secara serta merta akan menyikapi semua itu secara positif. Kontribusi pemikiran, tenaga, bahkan biaya sekalipun akan mereka berikan dengan suka rela, walaupun mereka menyadari secara ekonomi mereka sangat kekurangan. Artinya apapun yang mereka miliki akan diberikan untuk mendukung program pemerintah sebagai implementasi dari rasa turut bertanggung jawab, komitmen dan keseriusan sebagai warga.

Kendala yang kerap dihadapi dalam pelaksanaan program terletak pada kesadaran masyarakat terutama masyarakat yang sudah mampu supaya ikut peduli dengan warga yang masih miskin. Kendati begitu, sebagian warga miskin juga memiliki mental yang masih lemah karena ketergantungan terhadap bantuan. Oleh karena itu, BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani berupaya menjalin kerjasama dengan perusahaan swasta sehingga pengembangan kemitraan dapat digulirkan guna pemberdayaan masyarakat. Sehingga, ketika sewaktu-waktu bantuan dari pemerintah belum dikucurkan, maka program pemberdayaan bisa tetap berjalan. Selain itu juga sebagai upaya agar warga miskin tidak terus tergantung dengan bantuan yang diberikan oleh pemerintah.

Kurang efektifnya program tersebut karena ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh pada efektivitas program. Dalam pelaksanaan program, masyarakat masih sering diposisikan sebagai obyek dan bukan subyek dari


(144)

pembangunan bagi dirinya sendiri dan pendekatannya juga masih berorientasi pada pendekatan proyek. Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin, khususnya di perkotaan, hal terpenting yang harus dilakukan adalah menumbuhkan perilaku kewirausahaan pada pengusaha mikro. Perilaku kewirausahaan ini dapat dikembangkan melalui Unit Pengelola Soaial yang terbangun melalui proses pelatihan,pembelajaran dan kerjasama antar anggota BKM. Proses pembelajaran antar anggota tersebut dapat ditingkatkan efektivitasnya melalui interaksi antar anggota melalui dinamika kelompok dalam KSM dengan dibantu oleh fasilitator.

Pendidikan nonformal bagi pelaku usaha mikro akan berjalan baik bila dinamika kelompok berlangsung dengan baik. Dinamika kelompok dapat berjalan dengan baik bila ada fasilitator lapangan melakukan pendampingan pada kelompok KSM. Untuk itu beberapa hal penting yang dapat dilakukan adalah meningkatkan aktivitas pendampingan agar tidak hanya pada lembaga BKM bahkan juga dapat menjangkau KSM. Selain itu juga dengan mengadakan program khusus ekonomi produktif potensial perorangan yang tidak bergantung kelompok agar modal bergulir dapat berkembang lebih dan KSM yang dibina sebaiknya diprioritaskan pada KSM yang sudah lama terbentuk serta pemilihan pengurus BKM dengan bukan hanya memperhatikan aspek demokratis dan kejujuran saja tetapi juga harus memperhatikan aspek kepemimpinan dan managerial dalam mengelola BKM.


(145)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari uraian mengenai Keefektifan Program Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin studi kasus pada BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta yang terurai dalam bagian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Program BKM Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani, sudah berjalan efektif. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pencapaian target pada masing-masing program yang dilaksanakan sesuai dengan target unit lingkungan, unit sosial, dan unit pemberdayaan ekonomi sebesar 80 %- 100% dan penggunaan biaya operasional yang optimal. Hal ini sesuai hasil pencapaian target dan realisasi program Unit Pelaksana Lingkungan (UPL), Unit Pelaksana Sosial (UPS), dan Unit Pelaksana Keuangan (UPK) BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta.

2. Unit Pengelola Keuangan (UPK) di BKM Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani, yaitu Program pemberdayaan ekonomi berupa pengelolaan dana pinjaman bergulir dan pembinaan usaha yang secara kelembagaan dikelola oleh unit pengelola keuangan (UPK) yang berada di bawah koordinasi BKM Mina Sejahtera, sudah berjalan sangat efektif didukung adanya pembinaan


(146)

usaha ekonomi produktif secara optimal. Aspek dalam pembinaan usaha yang lain yang telah dijalankan antara lain adalah fasilitasi untuk membuka lapangan usaha baru, dan diversifikasi usaha, sehingga masyarakat disamping menerima bantuan pinjaman dana atau modal usaha, juga memperoleh bekal pelatihan ketrampilan yang memadai sehingga diharapkan masyarakat mampu membuka lapangan usaha secara mandiri.

3. Unit Pengelola Sosial (UPS) di BKM Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani, sudah berjalan cukup efektif dimana dari rencana-rencana kegiatan yang telah diprogramkan hampir semua terlaksana dengan baik. Hal ini didukung adanya dana BLM yang berhasil menjadi stimulan swadaya dari masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang dilaksanakan. Kegiatan dalam bidang sosial yang telah dilaksanakan dan masih dalam perencanaan adalah pelatihan lifeskill, pelatihan menjahit, bordir, pelatihan computer, servis hp, pengelolaan sampah, tetas ayam dan peternakan, babonisasi, dan masak ria.

4. Unit Pengelola Lingkungan (UPL) di BKM Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani dinilai sudah berjalan cukup efektif. Warga pada umumnya menerima dan mendukung program-program yang dilaksanakan, yang ditunjukkan dengan rasa kepedulian mereka terhadap permasalahan lingkungan dan rasa solidaritas atau kebersamaan untuk memperbaiki atau memberdayakan lingkungannya demi peningkatan taraf hidup


(147)

masyarakat setempat. Kegiatan UPL yang diselenggarakan seperti; pembangunan MCK, perbaikan rumah warga miskin layak huni, pembuatan talud atau jembatan dan pembangunan talud tebing. Disamping itu, upaya pengentasan kemiskinan di Kelurahan Monimartani telah dilakukan melalui upaya mengembangkan strategi pemulihan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat khususnya pembangunan permukiman layak huni serta pemberdayaan penduduk miskin yang dilakukan melalui upaya peningkatan kapasitas penduduk melalui pelatihan-pelatihan, upaya membantu penduduk miskin dalam memperbaiki rumah yang tidak layak huni menjadi rumah layak huni serta pembangunan sarana dan prasarana perdesaan berupa pembangunan infrasturuktur desa atau pengaspalan jalan, perbaikan sistem sanitasi lingkungan, pembangunan MCK, perbaikan saluran air hujan dan lain sebagainya melalui pola pembangunan pemberdayaan masyarakat.

5. Faktor yang mempengaruhi keefektifan Program BKM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani, faktor yang mendukung diantaranya tingkat partisipasi masyarakat yang cukup tinggi, adanya dukungan alat dan perlengkapan yang menunjang setiap kegiatan, serta tingginya daya tanggap dan keseriusan anggota BKM dalam melaksanakan program kerja. Sedangkan faktor yang menjadi kendala pencapaian efektivitas BKM Mina Sejahtera adalah masih sedikit jumlah SDM yang mumpuni atau memiliki kemampuan untuk memahami dan melaksanakan program. Disamping itu kendala yang kerap dihadapi dalam pelaksanaan program terletak pada


(148)

kesadaran masyarakat terutama masyarakat yang sudah mampu supaya ikut peduli dengan warga yang masih miskin. Kendati begitu, sebagian warga miskin juga memiliki mental yang masih lemah karena ketergantungan terhadap bantuan.

B. Saran

Upaya ini memberikan implikasi kepada pihak yang terlibat dan bekerja sama dalam pelaksanaan program pengentasan kemiskinan yang diselenggarakan oleh BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik secara holistik. Adapun upaya yang dapat dilakukan dan perlu mendapat perhatian serius yaitu:

1. Peningkatan kapasitas BKM melalui penguatan internal dibidang SDM untuk mengembangkan kemampuan anggota BKM dalam melaksanakan program. Peningkatan kapasitas tersebut dapat ditempuh dengan menyelenggarakan pelatihan administrasi dan teknis pelaksanaan sesuai dengan bidang kerja atau program yang akan diselenggarakan.

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui pemetaan swadaya, pada seluruh tahapan pelaksanaan program sehingga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat dan masyarakat merasa memiliki hasil dari program yang diselenggarakan.

3. Menanamkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara hasil dari program atau pembangunan, sehingga hasil dari program yang telah dicapai tersebut memiliki nilai manfaat dan dapat berjalan secara berkesinambungan.


(149)

DAFTAR PUSTAKA

Ambar Teguh Sulistiyani. (2004).Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Yogyakarta : Gava Media.

Bappenas. 2004.Pengertian Kemiskinan. Menurut Bappenas.

Bintarto, 1983. Interaksi Desa-Kota dan permasalahanya. Jakarta Ghalia Indonesia.

BPS. 2009. Jumlah Penduduk miskin dan nyaris miskin Propinsi DI Yogyakarta. Djuju Sudjana. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori dan Isu, Gava Media, Yogyakarta.

Farida Yusuf Tayibnapis (2008).Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

Jim Ife. (1995) Community Development : creating community alternatives – vision analysis and practice. Addison Wesley Longman Australia.

Lexy J. Moleong. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja.

Loekman Soetrisno. (1997). Kemiskinan, Pemberdayaan dan Perempuan. Yogyakarta: Kanisius.

Miles, Mettew B. & A. Michael, Huber. (1992). Analisis Data Kualitatif. Yogyakarta: UI-Press.

Mubyanto, A.(1990).Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara. Muhammad Kadir. (1993). Masyarakat Miskin Perkotaan . Jakarta: Gramedia


(150)

Nana Syaodih Sukmadinata (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Rosadakarya.

Salim H.P (1984).Sumber Kemiskinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007). Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian (Dilengkapi Aplikasi Program SPSS). Bandung : CV. Pustaka Setia.

Sarlito, W. 1987.Teori-teori Psikologi Sosial. CV. Rajawali. Jakarta.

Sondang P. Siagian. 2001. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Steers, Richard, M. 1985.Efektivitas Organisasi Kaidah Tingkah Laku,Erlangga, Jakarta.

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Susan Kenny. (1994) Developing Communities for the future: Community Development in Australia: Thomas nelson Australia is an Internasional Thomson Publishing company.

Tjiptoherijanto (1997). Pengentasan Masyarakat Pedesaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Persiapan PNPM. (2009).Pedoman Pelaksanaan. Jakarta: Sekertariat P2KP Pusat.

Internet :

http://yogyakarta.bps.go.id/ brs.html?start=2 Garis Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses pada tanggal 04 Maret 2012.


(151)

(152)

PEDOMAN OBSERVASI

Secara garis besar dalam pengamatan (observasi) mengamati keefektifan Program Badan Keswadayaan Masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani diantaranya meliputi :

1. Mengamati lokasi dan keadaan sekitar BKM ”Mina Sejahtera”

2. Mengamati pelaksanaan Program BKM yang dilaksanakan melalui Unit-unitnya (UPK,UPS,UPL)


(153)

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Melalui Arsip Tertulis

a. Data Monografi Kelurahan Minomartani b. Sejarah Berdirinya BKM “Mina Sejahtera” c. Visi dan Misi

d. Tujuan

e. Legalitas lembaga BKM “Mina Sejahtera” f. Struktur Organisasi BKM “Mina Sejahtera” g. Arsip data warga sasaran BKM “Mina Sejahtera” 2. Foto

a. Gedung atau fisik BKM “Mina Sejahtera”

b. Fasilitas yang digunakan dalam program BKM “Mina Sejahtera” c. Kegiatan pelaksanaan program BKM “Mina Sejahtera” yang sudah


(154)

Pedoman Wawancara

Untuk Pengelola BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Jabatan :

3. Usia :

4. Agama

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. Pendidikan terakhir :

8. Sejak kapan BKM “Mina Sejahtera” berdiri? 9. Apa saja Program BKM “ Mina Sejahtera” ?

10. Bagaimana respon masyarakat terkait adanya BKM?

11. Bagaimana dukungan yang diberikan warga sekitar terhadap program BKM?

12. Apa yang menjadi kebutuhan Masyarakat setempat khususnya dalam Program BKM?

13. Bagaimana Motivasi warga supaya tertarik terhadap program-program BKM?

14. Apakah program BKM telah memberikan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat?

15. Bagaimana rekutmen peserta Program BKM dilakukan? 16. Siapa saja yang menjadi peserta Program BKM?

17. Siapa saja yang menjadi pelaksana Program BKM?

18. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi keefektifan BKM dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Minomartani menurut Anda?

19. Upaya apa yang dilakukan supaya peserta program BKM tertarik terhadap Program yang diadakan?

20. Apa sajakah faktor pendukung dalam pelaksanaan Program BKM “Mina Sejahtera”?

21. Apa sajakah faktor penghambat dalam dalam pelaksanaan Program BKM “Mina Sejahtera?


(155)

Pedoman Wawancara

Fasilitator Kelurahan (Faskel) BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Usia :

3. Agama :

4. Pekerjaan :

5. Alamat :

6. Pendidikan terakhir :

7. Sejak kapan anda menjadi Faskel di BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani?

8. Apa saja Program BKM “Mina Sejahtera”?

9. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi keefektifan BKM dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Minomartani menurut Anda?

10. Upaya apa yang dilakukan supaya peserta program BKM tertarik terhadap Program yang diadakan?

11. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Program BKM “Mina Sejahtera”?

12. Bagaimana Perubahan para peserta Program setelah mengikuti Program BKM?


(156)

Pedoman Wawancara

Untuk Unit Pengelola Sosial (UPS) BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Jabatan :

3. Usia :

4. Agama

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. Pendidikan terakhir :

8. Apa saja Program Unit pengelola Sosial (UPS)?

9. Bagaimana keadaan Masyarakat terkait Motivasi untuk mengikuti program yang diadakan Unit Pengelola Sosial (UPS)?

10. Bagaimana dukungan yang diberikan warga sekitar terhadap program Unit Pengelola Sosial (UPS)?

11. Apa yang menjadi kebutuhan Masyarakat setempat khususnya dalam Program Unit Pengelola Sosial (UPS)?

12. Bagaimana Motivasi warga supaya tertarik terhadap program-program Unit Pengelola Sosial?

13. Apakah program Unit Pengelola Sosial (UPS) telah memberikan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat?

14. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keefektifan BKM dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Minomartani menurut Anda?

15. Upaya apa yang dilakukan supaya peserta program Unit Pengelola Sosial (UPS) tertarik terhadap Program yang diadakan?

16. Apa sajakah faktor pendukung dalam pelaksanaan Program BKM “Mina Sejahtera” khususnya melalui Unit Pengelola Sosial (UPS)?

17. Apa sajakah faktor penghambat dalam pelaksanaan Program BKM “Mina Sejahtera khususnya melalui Unit Pengelola Sosial (UPS)?

18. Bagaimana Perubahan para peserta Program setelah mengikuti ProgramUnit Pengelola Sosial (UPS)?


(157)

Pedoman Wawancara

Untuk Unit Pengelola Keuangan (UPK) BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Jabatan :

3. Usia :

4. Agama :

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. Pendidikan terakhir :

8. Apa saja Program Unit pengelola Keuangan (UPK)?

9. Bagaimana keadaan Masyarakat terkait Motivasi untuk mengikuti program yang diadakan Unit Pengelola Keuangan (UPK)?

10. Bagaimana dukungan yang diberikan warga sekitar terhadap program Unit Pengelola Keuangan (UPK)?

11. Apa yang menjadi kebutuhan Masyarakat setempat khususnya dalam Program Unit Pengelola Keuangan (UPK)?

12. Bagaimana Motivasi warga supaya tertarik terhadap program-program Unit Pengelola Keuangan (UPK) ?

13. Apakah program Unit Pengelola Keuangan (UPK) telah memberikan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat?

14. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keefektifan BKM dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Minomartani menurut Anda?

15. Upaya apa yang dilakukan supaya peserta program Unit Pengelola Keuangan (UPK) tertarik terhadap Program yang diadakan?

16. Apa sajakah faktor pendukung dalam pelaksanaan Program BKM “Mina Sejahtera” khususnya melalui Unit Pengelola Keuangan (UPK)?

17. Apa sajakah faktor penghambat dalam pelaksanaan Program BKM “Mina Sejahtera khususnya melalui Unit Pengelola Keuangan (UPK)? 18. Bagaimana Perubahan para peserta Program setelah mengikuti


(158)

Pedoman Wawancara

Untuk Unit Pengelola Lingkungan (UPL) BKM Mina Sejahtera di Kelurahan Minomartani

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Jabatan :

3. Usia :

4. Agama :

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. Pendidikan terakhir :

8. Apa saja Program Unit pengelola Lingkungan (UPL)?

9. Bagaimana keadaan Masyarakat terkait Motivasi untuk mengikuti program yang diadakan Unit Pengelola Lingkungan (UPL)?

10. Bagaimana dukungan yang diberikan warga sekitar terhadap program Unit Pengelola Ligkungan (UPL)?

11. Apa yang menjadi kebutuhan Masyarakat setempat khususnya dalam Program Unit Pengelola Lingkungan (UPL)?

13. Apakah program Unit Pengelola Lingkungan (UPL) telah memberikan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat?

14. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keefektifan BKM dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Minomartani menurut Anda?

16. Apa sajakah faktor pendukung dalam pelaksanaan Program BKM “Mina Sejahtera” khususnya melalui Unit Pengelola Lingkungan (UPL)?

17. Apa sajakah faktor penghambat dalam pelaksanaan Program BKM “Mina Sejahtera khususnya melalui Unit Pengelola Lingkungan (UPL)?


(159)

Pedoman Wawancara

Untuk Masyarakat Miskin Kelurahan Minomartani (Sebagai Sasaran/Peserta)

Identitas Diri

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Umur :

3. Agama :

4. Alamat Asal : 5. Pendidikan Terakhir :

6. Apa Pekerjaan sehari-hari anda?

7. Dari mana anda tahu tentang ada BKM Mina Sejahtera?

8. Apakah anda senang dengan adanya program BKM ? Alasannya?

9. Dorongan dari diri sendiri atau orang lain sehingga anda mengikuti program-program BKM?

10. Manfaat apa yang anda peroleh setelah anda mengikuti program BKM? 11. Harapan apa yang anda inginkan setelah adanya program-program BKM? 12. Menurut anda kendala apa saja yang ada selama ada program-program


(160)

Catatan Lapangan I

Tanggal : 10 Juli 2012 Waktu : 10.00-11.00 Tema/kegitan : Observasi awal Deskripsi

Pada hari ini peneliti datang ke Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman dengan tujuan mengadakan observasi awal untuk mendapatkan informasi mengenai BKM dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh BKM. Ketika peneliti tiba disana peneliti bertemu dengan “is” yang sedang duduk di Kantor Kelurahan Minomartani yang secara kebetulan beliau adalah salah satu Koordinator BKM Mina Sejahtera. Peneliti kemudian berkenalan dan melanjutkan percakapan disebuah ruang di kelurahan yang tak jauh dari kantor BKM, dan peneliti mulai menyampaikan maksud dan tujuan peneliti datang menemui “is” selaku koordinator BKM. Peneliti mulai menanyakan apa saja kegiatan yang di selenggarakan oleh BKM terutama mengenai kegiatan-kegiatan BKM untuk masyarakat miskin dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani, setelah peneliti sudah merasa mendapatkan informasi yang cukup, peneliti pun mohon pamit dengan “is” dan menyampaikan akan datang kembali ke BKM untuk keperluan rencana penelitian.


(161)

Catatan Lapangan II

Tanggal : 21 Juli 2012 Waktu : 11.00-14.00

Tema/kegitan : Share Rencana Penelitian Dekripsi

Pada hari ini peneliti datang ke BKM, tujuan kedatangan peneliti adalah untuk memberitahukan mengenai rencana penelitian yang akan mengambil lokasi penelitian di BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman. Peneliti bertemu dengan “is” selaku Koordinator BKM Mina Sejahtera dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan ke BKM. Peneliti kemudian menjelaskan mengenai rencana penelitian. Peneliti mengungkapkan rencana penelitian tersebut Pak “is” menyambut dengan baik rencana penelitian yang disampaikan oleh peneliti. Selain mneyambut dengan baik, pihak BKM juga memperbolehkan peneliti untuk melakukan penelitian di BKM dengan surat ijin boleh menyusul. Karena penelitian yang akan di ambil oleh peneliti adalah mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi keefektifan BKM dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin untuk itu Pak ‘is” menyarankan untuk bertemu dengan Sekertariat BKM yaitu pak “is” atau bertemu dengan sekertariat BKM yaitu “sh” karena Beliau yang selalu ada di Kantor BKM Setelah selesai menyampaikan maksud dan tujuan penelitian tersebut, maka peneliti mohon pamit dan melanjutkan penelitian untuk bertemu dengan pengelola BKM, tokoh masyarakat dan masyarakat penerima program.


(162)

Catatan Lapangan III

Tanggal : 21 Juli 2012 Waktu : 14.00-15.00

Tema/kegitan : Observasi Dan Wawancara Dengan Pengelola BKM Dekripsi

Peneliti datang ke BKM dan memberitahukan mengenai rencana penelitian yang telah memperoleh ijin dari Ketua BKM untuk melakukan observasi dan wawancara dengan pengelola BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman. Peneliti bertemu dengan “Sh” selaku Koordinator BKM Mina Sejahtera dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan ke BKM. Peneliti kemudian melakukan wawancara dan menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian sesuai pedoman wawancara yang telah disusun. Pak “Sh” selaku koordinator BKM bersedia menjawab dan menjelaskan beberapa hal terkait program-program yang telah dilaksanakan pada BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman. Selaku pengelola BKM pak “Sh” juga memberikan data-data terkait pelaksanaan program yang meliputi penyelenggaraan UPL, UPS dan UPK. Setelah selesai melakukan observasi dan wawancara dengan penggelola BKM, maka peneliti mohon diri dan melanjutkan penelitian untuk bertemu dengan tokoh masyarakat dan beberapa masyarakat penerima program yang juga telah ditunjukkan oleh Koordinator BKM.


(163)

Catatan Lapangan IV Tanggal : 22 Juli 2012

Waktu : 09.00-10.30

Tema/kegitan : Observasi Dan Wawancara Dengan Tokoh Masyarakat Dekripsi

Peneliti datang ke rumah tokoh masyarakat bernama “Su” dan memberitahukan mengenai rencana penelitian yang telah memperoleh ijin dari Ketua BKM untuk melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat terkait dengan pelaksanaan program-program yang diselenggarakan pada BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman. Peneliti bertemu dengan “Su” selaku tokoh masyarakat setempat dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti dalam rangka melakukan wawancara dan observasi untuk tujuan penyusunan skripsi. Peneliti kemudian melakukan wawancara dan menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian sesuai pedoman wawancara yang telah disusun. Pak “Su” selaku tokoh masyarakat menjawab dan menjelaskan beberapa hal terkait program-program yang telah dilaksanakan pada BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh peneliti. Selaku tokoh masyarakat pak “Su” juga menunjukkan beberapa wujud dari pelaksanaan program diantaranya MCK, hasil tanaman sayuran dalam pot dan pembuatan pupuk yang sedang dilakukan oleh beberapa masyarakat penerima program. Peneliti juga mengambil foto-foto pelaksanaan program dan melanjutkan wawancara dengan masyarakat penerima program.


(164)

Catatan Lapangan V

Tanggal : 22 Juli 2012 Waktu : 11.00-12.00

Tema/kegitan : Observasi Dan Wawancara Dengan Masyarakat Penerima Program

Dekripsi

Peneliti mendatangi masyarakat penerima program bernama “Tr” dan memberitahukan mengenai rencana penelitian yang telah memperoleh ijin dari Ketua BKM untuk melakukan observasi dan wawancara dengan masyarakat penerima program terkait dengan pelaksanaan program-program yang diselenggarakan pada BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman. Peneliti bertemu dengan “Tr” selaku masyarakat setempat dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti dalam rangka melakukan wawancara dan observasi untuk tujuan penyusunan skripsi. Peneliti kemudian melakukan wawancara dan menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian sesuai pedoman wawancara yang telah disusun. Pak “Tr” selaku masyarakat penerima program menjawab dan menjelaskan beberapa hal terkait program-program pelatihan pada BKM Mina Sejahtera yang telah diikuti. Pak “Tr” menjelaskan dan memberikan gambaran tentang hasil-hasil program pelatihan yang telah diiukutinya dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh peneliti. Pak “Tr” juga menunjukkan hasil tanaman sayuran dalam pot dan pembuatan pupuk organik yang telah dikerjakan. Peneliti juga mengambil foto-foto pelaksanaan program dan melanjutkan wawancara dengan masyarakat penerima program yang lainnya.


(165)

Catatan Lapangan VI Tanggal : 21 Juli 2012

Waktu : 13.00-14.00

Tema/kegitan : Observasi Dan Wawancara Dengan Masyarakat Penerima Program

Dekripsi

Peneliti mendatangi masyarakat penerima program bernama Ibu “Yt” dan memberitahukan mengenai rencana penelitian yang telah memperoleh ijin dari Ketua BKM untuk melakukan observasi dan wawancara dengan masyarakat penerima program terkait dengan pelaksanaan program-program yang diselenggarakan pada BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman. Peneliti bertemu dengan Ibu “Yt” selaku masyarakat setempat dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti dalam rangka melakukan wawancara dan observasi untuk tujuan penyusunan skripsi. Peneliti kemudian melakukan wawancara dan menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian sesuai pedoman wawancara yang telah disusun. Ibu “Yt” selaku masyarakat penerima program menjawab dan menjelaskan beberapa hal terkait program-program pelatihan pada BKM Mina Sejahtera yang telah diikuti. Ibu “Yt” menjelaskan dan memberikan gambaran tentang hasil-hasil program pelatihan yang telah diiukutinya dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh peneliti. Ibu “Yt” juga menunjukkan kegiatan wirausaha makanan ringan yang telah dijalankannya setelah memperoleh pelatihan dan juga memperoleh bantuan modal dari program-program BKM Mina Sejahtera. Peneliti juga mengambil foto-foto pelaksanaan program dan melanjutkan wawancara dengan masyarakat penerima program yang lainnya.


(166)

Catatan Lapangan VII

Tanggal : 22 Juli 2012 Waktu : 14.10-14.40

Tema/kegitan : Observasi Dan Wawancara Dengan Masyarakat Penerima Program

Dekripsi

Peneliti mendatangi masyarakat penerima program bernama Ibu “Sr” dan memberitahukan mengenai rencana penelitian yang telah memperoleh ijin dari Ketua BKM untuk melakukan observasi dan wawancara dengan masyarakat penerima program terkait dengan pelaksanaan program-program yang diselenggarakan pada BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman. Peneliti bertemu dengan Ibu “Sr” selaku masyarakat penerima program dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti dalam rangka melakukan wawancara dan observasi untuk tujuan penyusunan skripsi. Peneliti kemudian melakukan wawancara dan menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian sesuai pedoman wawancara yang telah disusun. Ibu “Sr” selaku masyarakat penerima program menjawab dan menjelaskan beberapa hal terkait program-program pelatihan pada BKM Mina Sejahtera yang telah diikuti. Ibu “Sr” menjelaskan dan memberikan gambaran tentang hasil-hasil program pelatihan yang telah diiukutinya dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh peneliti. Ibu “Sr” juga menunjukkan usaha jahit yang dijalankannya setelah menerima pelatihan dan menerima pinjaman modal dari program-program BKM Mina Sejahtera. Peneliti juga mengambil foto-foto pelaksanaan program dan melanjutkan wawancara dengan masyarakat penerima program yang lainnya.


(167)

Catatan Lapangan VIII

Tanggal : 22 Juli 2012 Waktu : 15.00-15.30

Tema/kegitan : Observasi Dan Wawancara Dengan Masyarakat Penerima Program

Dekripsi

Peneliti mendatangi masyarakat penerima program bernama Bp “Wi” dan memberitahukan mengenai rencana penelitian yang telah memperoleh ijin dari Ketua BKM untuk melakukan observasi dan wawancara dengan masyarakat penerima program terkait dengan pelaksanaan program-program yang diselenggarakan pada BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman. Peneliti bertemu dengan Bp “Wi” selaku masyarakat penerima program dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti dalam rangka melakukan wawancara dan observasi untuk tujuan penyusunan skripsi. Peneliti kemudian melakukan wawancara dan menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian sesuai pedoman wawancara yang telah disusun. Bp “Wi” selaku masyarakat penerima program menjawab dan menjelaskan beberapa hal terkait program-program pelatihan pada BKM Mina Sejahtera yang telah diikuti. Bp “Wi” menjelaskan dan memberikan gambaran tentang hasil-hasil program pelatihan yang telah diiukutinya dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh peneliti. Bp “Wi” juga menunjukkan usaha pertaniannya dan kegiatan pembuatan pupuk organik yang dijalankannya setelah menerima pelatihan dan menerima pinjaman modal dari program-program BKM Mina Sejahtera. Peneliti juga mengambil foto-foto pelaksanaan program dan melanjutkan wawancara dengan masyarakat penerima program yang lainnya.


(168)

Catatan Lapangan IX

Tanggal : 22 Juli 2012 Waktu : 16.00-16.30

Tema/kegitan : Observasi Dan Wawancara Dengan Masyarakat Penerima Program

Dekripsi

Peneliti mendatangi masyarakat penerima program bernama Bp “Yn” dan memberitahukan mengenai rencana penelitian yang telah memperoleh ijin dari Ketua BKM untuk melakukan observasi dan wawancara dengan masyarakat penerima program terkait dengan pelaksanaan program-program yang diselenggarakan pada BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman. Peneliti bertemu dengan Bp “Yn” selaku masyarakat penerima program dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti dalam rangka melakukan wawancara dan observasi untuk tujuan penyusunan skripsi. Peneliti kemudian melakukan wawancara dan menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian sesuai pedoman wawancara yang telah disusun. Bp “Yn” selaku masyarakat penerima program berupa pembangunan rumah layak huni menjawab dan menjelaskan beberapa hal terkait program rumah layak huni yang diselenggarakan oleh BKM Mina Sejahtera. Bp “Yn” menjelaskan dan memberikan gambaran tentang hasil-hasil program yang telah diterimanya dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh peneliti. Bp “Yn” juga menunjukkan hasil program setelah menerima bantuan dari program UPL pada BKM Mina Sejahtera. Peneliti juga mengambil foto-foto pelaksanaan program.


(169)

Foto dan Dokumentasi

Gambar 2. Dokumentasi Pelaksanaan Pelatihan Penetasan Telur Dalam Program UPS BKM Mina Sejahtera

Gambar 3. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera


(170)

Gambar 4. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera

Gambar 5. Dokumentasi Usaha Kecil Warga Binaan UPS BKM Mina Sejahtera


(171)

Gambar 6. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dalam Kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera

Gambar 7. Dokumentasi Hasil Pelatihan Menanam Sayur Dalam Pot Hasil Binaan UPS BKM Mina Sejahtera


(172)

(173)

(174)