Latar Belakang KEFEKTIFAN PROGRAM BADAN KE SWADAYAAN MASYARAKAT(BKM/LKM)DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN(StudiKasusBKM“MinaSejahtera”Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta).

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diakui atau tidak sejak awal proses pembangunan Indonesia telah dihadapkan pada situasi yang dilematis. Disatu sisi harus memiliki strategi pembangunan yang lebih mengutamakan pertumbuhan ataukah disisi lain memilih strategi pembangunan yang lebih memberikan distribusi pemerataan bagi rakyat. Meskipun pada akhirnya tidak secara eksplisit telah memilih strategi pertumbuhan, namun dilihat dari pelaksanaan dan hasil pembangunan pada masa sebelumnya napak bahwa titik tekan pada pertumbuhan jauh lebih besar dibandingkan pemerataan. Meskipun demikian kesejahteraan secara umum memang mengalami peningkatan dan kenyataan lain tidak dapat dipungkiri pula bahwa pemerataan pendapatan pada berbagai golongan masyarakat masih memprihatinkan. Golongan masyarakat dengan tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi dan jumlahnya kecil, menikmati sebagian besar pendapatan nasional. Sebaliknya golongan masyarakat dengan tingkat kehidupan rendah dan jumlahnya besar justru hanya menikmati sebagian kecil dari pendapatan nasional. Sebagian dari golongan masyarakat yang berakhir ini bahkan hidup dibawah garis kemiskinan dengan pendapatan yang sangat rendah, sudah selayaknya apabila golongan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan mendapat perhatian dan diperlukan berbagai upaya nyata untuk mengetaskan mereka dari kehidupanya yang demikian. 2 Kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki Bappenas 2004. Kemiskinan pada pasca krisis melanda Indonesia tahun 1996 penduduk miskin dan nyaris miskin mencapai 22 juta jiwa atau 11 persen dan tahun 1997 penduduk miskin dan nyaris miskin meningkat dua kali lipat menjadi 49,5 juta jiwa. Pada puncak krisis moneter tahun 1998-2005 jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 65 juta jiwa dan penduduk nyaris miskin 25,5 juta jiwa. Akibat dari kemiskinan berdampak semakin buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. 150 kota dan kabupaten ditengarai terjadi rawan gizi,angka pengganguran meningkat hingga 13,8 juta jiwa. BPS, 2005. Di Propinsi Yogyakarta jumlah penduduk miskin, yaitu penduduk yang konsumsinya berada di bawah garis kemiskinan, pada September 2011 terdapat 564,23 ribu orang. Jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2011 yang jumlahnya mencapai 560,88 ribu orang, berarti jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 3,35 ribu orang dalam setengah tahun. Sedangkan di wilayah Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 sejumlah 428 3 KK, laki-laki sejumlah 655 jiwa dan perempuan sejumlah 639 jiwa berdasarkan data PJM Pronankis Minomartani 2011-2013. Garis kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2011 sebesar Rp 257 909,- per kapita per bulan. Apabila dibandingkan dengan keadaaan Maret 2011 sebesar Rp 249 629,- per kapita per bulan, maka garis kemiskinan selama setengah tahun yang lalu mengalami kenaikan sebesar 3,32 persen http:yogyakarta.bps.go.id brs.html?start=2 diakses 4 maret 2012. Berkaitan dengan masalah tersebut sebenarnya pemerintah sejak awal hingga sekarang pemerintah melaksanakan upaya-upaya penangulangan kemiskinan yang dilakukan dengan berbagai cara pendekatan yang terwujud dalam berbagai program pembangunan. Program-program pembangunan yang berkaitan dengan upaya penangulangan kemiskinan tersebut dilakukan oleh berbagai departemen pemerintah. Belajar dari pengalaman program penangulangan kemiskinan yang di gulirkan pemerintah selama ini bersifat sentralistik dan tidak partisipasif sering kurang berhasil. Program tersebut mulai dari inpres desa tertinggal IDT yang dilengkapi dengan bantuan infrastruktur pedesaan melalui pembangunan prasarana desa tertingal PPPDT dan program jalan poros desa PPJPD. Program yang sudah berjalan tersebut dinilai tidak mampu untuk menangulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Dari pengalaman tersebut saat ini pemerintah mengembangkan program pemberdayaan masyarakat yang partisipasif. Diantaranya program-program pemberdayaan tersebut adalah 4 Program Pengembangan Kecamatan PPK dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP. Program Penangulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai upaya untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menangulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representative, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial social capital masyarakat dimasa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penangulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Sejak pelaksanaan P2KP-1 tahun 1999 hingga pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kotakabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan- relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat penduduk miskin, melalui 243.838 KSM. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut mulai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun tersebut PNPM Mandiri diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indek Pembangunan Manusia IPM dan pecapai sasaran Millenium Development Goals MDGs. Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2009: 3. 5 Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan adalah membentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP untuk memberdayakan masyarakat miskin melalui usaha bersama masyarakat, dengan melibatkan pemerintah setempat dan pihak swasta secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk menangani program tersebut, di tingkat kelurahan oleh pemerintah dibentuk kelembagaan masyarakat yang disebut Badan Keswadayaan Masyarakat. Fungsinya untuk membantu masyarakat miskin untuk menghadapi masalah kemiskinan melalui pemberdayaan, agar mereka mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui program-program yang diberikan Badan Keswadayaan Masyarakat BKM secara partisipasif. Pelaksanaan program penangulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani melalui perencanaan jangka menengah PJM tiga tahunan dengan tiga program yaitu: 1 Program Asistensi Sosial dan Jaminan sosial yang melalui perbaikan prasarana lingkungan miskin UPL, 2 Program Pemberdayaan Sosial yaitu pemberian pendidikan pelatihan kerja dan pelatihan praktis bagi masyarakat miskin secara kelompok UPS, 3 Program peningkatan ekonomi mikro dan menengah UPK, yaitu melalui pemberian kredit usaha rakyat dalam kelompok swadaya masyarakat KSM. Upaya pengentasan kemiskinan di Kelurahan Minomartani melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP, pelaksanaanya terlebih dahulu dibentuk kepengurusan untuk mengelola program yang disebut 6 BKM yang dipilih dan dibentuk oleh masyarakat sendiri untuk mengelola program P2KP bersama masyarakat. Tugas BKM pada program P2KP di Kelurahan Minomartani salah satu membuat Perencanaan Jangka Menengah PJM periode tiga tahunan, sebagai rencana strategi dalam pelaksanaan programnya melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat BLM. Proses Perencanaan Jangka Menengah PJM merupakan serangkaian musyawarah masyarakat, yang dimulai dari tingkat RT sampai pada Kelurahan untuk periode tiga tahunan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui Keefektifan Program Badan Keswadayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah