Jenis-Jenis Terjemahan Prosedur Kesepadanan

natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. penerjemahan adalah memproduksi teks dalam BSa yang sepadan dan alami serta paling dekat dengan pesan BSu, pertama dalam makna dan kedua dalam gaya. Dari beberapa teori penerjemahan di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah proses penggantian teks yang berbeda dari teks sumber kedalam teks yang dapat dipahami dan dibaca oleh pembaca BSa.

2.3 Jenis-Jenis Terjemahan

Larson 1984: 3-23 mengemukakan dua jenis terjemahan, yaitu: 1. Terjemahan Berbasis Bentuk Formed-Based Translation Terjemahan ini merupakan jenis terjemahan yang mempertahankan bentuk BSu. Jenis terjemahan ini banyak membantu dalam proses penelitian terhadap BSu tetapi tidak membantu pembaca BSa untuk memahami makna BSu. 2. Terjemahan Berbasis Makna Meaning-Based Translation Terjemahan ini mengutamakan makna yang disampaikan secara alami kepada pembaca BSa karena hasil terjemahan yang diperoleh tidak seperti layaknya sebuah hasil terjemahan baik dari segi bentuk maupun dari segi budaya BSu. Larson berpendapat bahwa penerjemahan adalah proses memahami leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks struktural dari teks BSu, menganalisisnya untuk memahami maknanya, dan kemudian mengkonstruksi kembali makna yang sama dengan cara dan leksikon struktur gramatikal yang tepat dalam konteks budaya BSa. Dengan demikian, untuk mendapatkan hasil terjemahan yang sepadan, si penerjemah harus menggunakan bentuk tata bahasa dan leksikal yang berbeda. Dengan demikian, penerjemahan berbasis makna dianggap sebagai jenis terjemahan yang baik karena mengkomunikasikan makna dalam BSu yang bentuknya terasa alami dalam BSa, sementara penerjemahan berbasis Universitas Sumatera Utara bentuk dianggap sebagai penerjemahan tak bermakna karena nilai komunikasinya sedikit bahkan terkadang tak berarti dalam BSa.

2.4 Teknik Penerjemahan

Teknik penerjemahan adalah pendekatan penerjemah secara spesifik yang berlaku dalam penerjemahan ekspresi individu dalam teks BSu, seperti kata-kata, tata bahasa konstruksi, idiom dan lain lain. Berbeda dengan metode atau ideologi penerjemahan yang merupakan pendekatan global diterapkan pada teks sebagai keseluruhan, teknik penerjemahan yang digunakan untuk kalimat dan unit yang lebih kecil dari bahasa dalam sebuah teks Newmark, 1988:81. Teknik penerjemahan diterapkan untuk melaksanakan metode yang diberikan pada perumusan kesepadanan untuk tujuan mentransfer unsur makna dari teks sumber ke teks sasaran. Molina dan Albir 2002: 502 menggunakan istilah teknik penerjemahan dan memastikan teknik yang digunakan bersifat fungsional dan dinamis dalam hal: 1 Teks genre surat keluhan, kontrak, brosur wisata, dll, 2 Jenis Penerjemahan teknis, sastra, dll, 3 Modus penerjemahan penerjemahan tertulis, penerjemahan penglihatan, berturut-turut menafsirkan, dll; 4 Tujuan dan karakteristik penerjemahan, dan 5 Metode yang dipilih interpretatif-komunikatif, dll. Teknik penerjemahan tersebut digunakan sebagai sarana untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana hasil penerjemahan yang ekuivalen. Teknik penerjemahan dicirikan oleh lima karakteristik dasar, yaitu: 1 mempengaruhi hasil penerjemahan, 2 diklasifikasikan dibandingkan dengan aslinya; 3 mempengaruhi unit mikro teks, 4 secara alam diskursif dan kontekstual dan 5 fungsional. Molina dan Albir mengusulkan 18 teknik penerjemahan yang digunakan dalam penerjemahan: Universitas Sumatera Utara

1. Adaptasi adaptation

Teknik ini digunakan ketika penerjemah menggantikan unsur budaya BSu dengan unsur budaya dalam BSa, yang mempunyai sifat yang sama atau serupa dan unsur budaya tersebut akrab bagi pembaca Bsa. Contoh: BSu : How are you, mother? Bahasa Inggris BSa : Bagaimana kabar ibu? Bahasa Indonesia

2. Amplifikasi amplification

Teknik ini digunakan ketika penerjemah mau mengeksplisitkan atau memparafrasa suatu informasi yang implisit dalam BSu. Informasi dalam parafrasa bersifat menerangkan. Contoh: BSu : White House Bahasa Inggris BSa : Gedung Putih, Istana Kepresidenan AS Bahasa Indonesia

3. Peminjaman borrowing

Teknik ini digunakan ketika penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Peminjaman ini dapat bersifat murni pure borrowing atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi naturalized borrowing. Contoh: BSu : exrete Bahasa Inggris BSa : mengekresikan Bahasa Indonesia

4. Kalke calque

Teknik ini digunakan untuk menterjemahkan kataprasa secara harfiah literal baik leksikal atau struktural. Contoh: BSu : general secretary Bahasa Inggris Universitas Sumatera Utara BSa : sekretaris jenderal Bahasa Indonesia

5. Kompensasi compensation

Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan segmen informasi BSa atau gaya efek di tempat lain karena tidak dapat tercermin di tempat yang sama pada BSa. Contoh: BSu : This is however not appropriate to tell Bahasa Inggris BSa : Akan tetapi, ini tidak layak untuk diceritakan Bahasa Indonesia

6. Deskripsi description

Teknik ini digunakan untuk mengganti istilah atau ungkapan dengan menggambarkan bentuk ataudan fungsi. Contoh: BSu : Halloween party Bahasa Inggris BSa : Pesta malam hari tanggal 31 Oktober yang dipercayai orang-orang dapat melihat hantu Bahasa Indonesia

7. Kreasi Diskursif discursive creation

Teknik ini digunakan untuk membangun kesepadanan sementara yang keluar dari konteks yang benar-benar tak terduga, dan maknanya tidak berhubungan dengan BSu. Contoh: BSu : head to Bahasa Inggris BSa : melekat Bahasa Indonesia

8. Kesepadanan Lazim established equivalent

Teknik ini digunakan untuk istilah yang sudah dikenal sesuai kamus atau penggunaan dalam BSu dan BSa. Universitas Sumatera Utara Contoh: BSu : No gain without pain Bahasa Inggris BSa : Tidak ada hasil tanpa kerja keras Bahasa Indonesia

9. Generalisasi generalization

Teknik ini digunakan untuk istilah yang lebih umum atau netral. Teknik ini kebalikan dari teknik partikularisasi. Contoh: BSu : He meets his uncle Bahasa Inggris BSa : Dia bertemu dengan bapak tuanya Bahasa Indonesia

10. Amplifikasi Linguistik linguistic amplification

Teknik ini digunakan untuk menambah elemen linguistik. Hal ini sering digunakan dalam menafsirkan dubbing, misalnya, untuk menerjemahkan ekspresi Inggris yang tidak mungkin ke bahasa lain. Hal ini bertentangan dengan linguistik kompresi. Contoh: BSu : Shall we? Bahasa Inggris BSa : Bisa kita memulainya sekarang? Bahasa Indonesia

11. Kompresi Linguistik linguistic compression

Teknik ini digunakan untuk mensintesiskan unsur linguistik di BSa. Hal ini sering digunakan dalam menafsirkan simultan dan sertifikasi sub. Contoh: BSu : I want you to listen Bahasa Inggris BSa : Dengarlah Bahasa Indonesia Universitas Sumatera Utara

12. Penerjemahan Harfiah literal translation

Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan kata atau ungkapan kata demi kata. Penerjemahan harfiah ini sesuai dengan kesepadanan formal Nida, ketika bentuk bertepatan dengan fungsi dan makna. Contoh: BSu : He speaks well. Bahasa Inggris BSa : Dia berbicara dengan baik. Bahasa Indonesia

13. Modulasi modulation

Teknik ini digunakan untuk mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSa, bisa leksikal atau struktural. Contoh: BSu : He cuts his finger Bahasa Inggris BSa : Jarinya terpotong Bahasa Indonesia

14. Partikularisasi particularization

Teknik ini digunakan untuk menggunakan istilah yang lebih tepat atau konkrit yang berlawanan dengan teknik generalisasi. Contoh: BSu : vehicle Bahasa Inggris BSa : mobil Bahasa Indonesia

15. Reduksi reduction

Teknik ini dikenal juga dengan teknik pengurangan atau penghilangan sebagian atau keseleruhan dan digunakan untuk menekan item informasi BSu di BSa. Contoh: BSu : a traditional dance of Malay Bahasa Inggris BSa : Ronggeng Melayu Bahasa Indonesia Universitas Sumatera Utara

16. Substitusi substitution

Teknik ini digunakan untuk mengubah unsur linguistik untuk elemen paralinguistik intonasi, gerakan atau sebaliknya. Teknik ini biasanya digunakan untuk menafsir. Contoh: BSu : raising a tumb gestur orang Inggris BSa : bagus Bahasa Indonesia

17. Transposisi transposition

Teknik ini digunakan untuk mengubah kategori gramatikal, dari kata kerja diterjemahkan menjadi kata sifat, dari kata kerja ke kata benda atau sebaliknya. Contoh: BSu : He runs quickly Bahasa Inggris BSa : Larinya sangat kencang Bahasa Indonesia

18. Variasi variation

Teknik ini digunakan untuk mengubah unsur linguistik atau paralinguistik intonasi, gerakan yang mempengaruhi aspek variasi linguistik: perubahan nada tekstual, gaya, dialek sosial, dialek geografis, dll, misalnya, untuk memperkenalkan atau mengubah indikator dialek untuk karakter ketika menerjemahkan untuk teater, perubahan nada ketika mengadaptasi novel untuk anak-anak, dan lain lain. Contoh: BSu : What is the name? Bahasa Inggris BSa : Apalah arti sebuah nama Bahasa Indonesia 2.5 Kesepadanan dalam Penerjemahan Para pakar penerjemah berpendapat bahwa proses penerjemahan harus berorientasi kepada pencarian kesepadanan. Penerjemahan yang berorientasi pada pencarian padanan kata ini disebut dengan Equivalence-Oriented Translation. Konteks kata sangat penting dalam Universitas Sumatera Utara membicarakan kesepadanan sehingga seorang penerjemah harus selalu melihat konteks kata untuk menterjemahkan sebuah kata dengan tepat dan mencari padanannya dalam BSa Simatupang, 2000:50. Hasil penerjemahan dari BSu ke BSa pun harus mencari penerjemahan yang sewajar mungkin. Baker 1992 mengemukakan bahwa kesepadanan meliputi: 1. Kesepadanan tataran kata equivalence in word level; berorientasi terhadap kajian makna dari kata-kata dalam teks. 2. Kesepadanan di atas kata equivalence above word level; mengkaji kombinasi kata-kata dan frasa-frasa. 3. Kesepadanan gramatikal grammatical equivalence; menganalisis dan memahami struktur teks BSu. 4. Kesepadanan tekstual textual equivalence; menganalisis dan memahami bentuk teks BSu. 5. Kesepadanan pragmatic pragmatic equivalence; berorientasi pada penerima pesan target text. Kesepadanan berarti pesan dalam BSu sama dengan pesan dalam BSa, sehingga reaksi pembaca penerjemahan sama dengan reaksi pembaca BSu. Selain penjelasan di atas, pakar penerjemahan yang lain juga menjelaskan kembali mengenai kesepadanan. Menurut Nida dan Taber 1982, kesepadanan dibagi menjadi kesepadanan formal dan dinamis. Kesepadanan formal adalah kesepadanan yang memfokuskan pesan yang sedekat mungkin pada teks BSu, sedangkan kesepadanan yang dinamis didasarkan pada prinsip efek ekuivalen atau kesamaan yaitu kesamaan pesan yang disampaikan dari BSu sama dengan pesan yang disampaikan dalam BSa. Kesepadanan formal terdiri dari item BSa yang merupakan ekuivalen dalam mencari padanan yang terdekat dari sebuah kata atau frasa BSu. Universitas Sumatera Utara Kesepadanan dinamis didefinisikan sebagai prinsip penerjemahan untuk menerjemahkan arti aslinya sedemikian rupa sehingga kata-kata pada teks BSa menunjukkan dampak yang sama pada pembaca. Nida 1982 menyatakan bahwa dalam kesepadanan dinamis, informasi atau pesan yang akan disampaikan akan jauh lebih benar dan berterima. Memperkuat penjelasan di atas mengenai konsep kesepadanan, Syihabuddin 2002:107 mengemukakan bahwa kesepadanan merupakan tujuan produk dari proses penerjemahan karena penerjemahan merupakan proses pencarian kesepadanan. Dalam proses pencarian kesepadanan, penerjemah berupaya untuk mencari padanan yang paling wajar antara BSu dengan BSa. Kemudian Koller dalam Munday 2001:47 juga mengemukakan lima jenis kesepadanan, yaitu: 1. Denotative Equivalence; proses penerjemahannya berfokus pada extralinguistic content. 2. Connotative Equivalence; penerjemahannya berfokus pada pemilihan leksikal yang berdekatan sinonimnya. 3. Text Normative Equivalence; penerjemahannya berfokus pada jenis teks yang memiliki penyajian yang berbeda. 4. Pragmatic Equivalence; proses penerjemahannya berfokus pada penerima dari teks target readers atau penerima pesan. 5. Formal Equivalence; berfokus pada bentuk dan estetika teks, permainan kata dan ciri individu dari teks sumber.

2.6 Prosedur Kesepadanan

Selain itu, kesepadanan juga merujuk pada salah satu prosedur penerjemahan yang didukung dengan penerapan pendapat yang dikemukakan oleh Newmark 1988. Newmark mengemukakan bahwa dilakukannya prosedur penerjemahan untuk menghasilkan penerjemahan yang sebaik mungkin mendekati ke makna yang diharapkan dan makna yang Universitas Sumatera Utara sebenarnya dari BSu ke dalam BSa. Dalam mencari makna yang paling dekat, penerjemah harus mengungkapkan kesamaan fungsi makna dari BSu ke BSa tetapi tidak hanya berfokus pada kosa kata. Dalam hal ini kesepadanan dipandang sebagai prosedur penerjemahan istilah kata, frasa dan bidang kajian yang lain Syihabuddin, 2002. Menemukan padanan yang akurat merupakan cara untuk mencapai ketepatan correctness. Catford dalam Syihabuddin 2002:108 mengemukakan bahwa kesepadanan itu merupakan ciri situasional yang relevan antara BSu dan BSa. Dengan kata lain, dalam mencari kesepadanan itu perlu memperhatikan proses penerjemahan, karena hal ini merupakan tindak komunikatif dalam hal penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima penerjemah dan pembaca dari BSu ke BSa. Dan hal yang paling penting adalah terdapatnya kesepadanan makna antara BSu dan BSa. Tidak ada kesepadanan yang sempurna dalam penerjemahan karena kesepadanan itu ditentukan oleh skopos konsep dari bidang studi terjemahan yang terdiri dari gagasan bahwa penerjemahan dan juru bahasa harus terutama memperhitungkan fungsi teks sumber dan sasaran. Selain yang telah dijelaskan di atas, Venuti 1995 juga mengemukakan beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mencari padanan yang tepat yaitu menerapkan istilah foreignization pengasingan dan domestication domestikasi. Foreignization adalah proses penerjemahan dalam mencari kesepadanan dengan menggunakan kata pinjaman untuk mempertahankan suasana dan pesan yang dapat diterima, tidak jauh dari BSu. Dalam foreignization , penerjemahan yang baik, benar dan berterima adalah sesuai dengan selera dan harapan pembaca yang menginginkan budaya sumber itu hadir dalam penerjemahan tersebut. Sedangkan domestication, penerjemahan yang beradaptasi dengan kebudayaan pembaca BSa. Pembaca berharap penerjemahan yang sesuai dengan budaya masyarakat BSa. Walaupun penerjemah mengutarakan bahwa kesepadanan yang dicapai bukanlah kesamaan, akan tetapi ukuran kesepadanan harus diperhatikan. Menurut Machali 2009:141 Universitas Sumatera Utara dalam mengukur kesepadanan, kita gunakan ukuran menyeluruh; perubahan yang bersifat lokal yakni menyangkut kalimat, frasa, kata dalam fungsinya apakah teks itu untuk menyampaikan informasi atau mengajak, kesepadanannya harus dilihat dari segi fungsi teks tersebut. Secara singkat dapat ditegaskan bahwa sejauh fungsi teks sasaran tidak bergeser dari fungsi asalnya, maka teks sasaran tersebut ekuivalen dengan aslinya. Menentukan padanan yang tepat merupakan cara untuk mencapai ketepatan dan ketepatan itu bisa dicapai apabila pembaca teks sasaran mampu memahami pesan dalam BSa dengan baik. Kesimpulannya yaitu penerjemah harus mengetahui siapa pembaca teks sasaran.

2.7 Kompetensi Penerjemah