12. Penerjemahan Harfiah literal translation
Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan kata atau ungkapan kata demi kata. Penerjemahan harfiah ini sesuai dengan kesepadanan formal Nida, ketika bentuk
bertepatan dengan fungsi dan makna. Contoh:
BSu : He speaks well. Bahasa Inggris
BSa : Dia berbicara dengan baik. Bahasa Indonesia
13. Modulasi modulation
Teknik ini digunakan untuk mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSa, bisa leksikal atau struktural.
Contoh: BSu
: He cuts his finger Bahasa Inggris BSa
: Jarinya terpotong Bahasa Indonesia
14. Partikularisasi particularization
Teknik ini digunakan untuk menggunakan istilah yang lebih tepat atau konkrit yang berlawanan dengan teknik generalisasi.
Contoh: BSu
: vehicle Bahasa Inggris BSa
: mobil Bahasa Indonesia
15. Reduksi reduction
Teknik ini dikenal juga dengan teknik pengurangan atau penghilangan sebagian atau keseleruhan dan digunakan untuk menekan item informasi BSu di BSa.
Contoh: BSu
: a traditional dance of Malay Bahasa Inggris BSa
: Ronggeng Melayu Bahasa Indonesia
Universitas Sumatera Utara
16. Substitusi substitution
Teknik ini digunakan untuk mengubah unsur linguistik untuk elemen paralinguistik intonasi, gerakan atau sebaliknya. Teknik ini biasanya digunakan untuk menafsir.
Contoh: BSu
: raising a tumb gestur orang Inggris BSa
: bagus Bahasa Indonesia
17. Transposisi transposition
Teknik ini digunakan untuk mengubah kategori gramatikal, dari kata kerja diterjemahkan menjadi kata sifat, dari kata kerja ke kata benda atau sebaliknya.
Contoh: BSu
: He runs quickly Bahasa Inggris BSa
: Larinya sangat kencang Bahasa Indonesia
18. Variasi variation
Teknik ini digunakan untuk mengubah unsur linguistik atau paralinguistik intonasi, gerakan yang mempengaruhi aspek variasi linguistik: perubahan nada tekstual, gaya,
dialek sosial, dialek geografis, dll, misalnya, untuk memperkenalkan atau mengubah indikator dialek untuk karakter ketika menerjemahkan untuk teater, perubahan nada
ketika mengadaptasi novel untuk anak-anak, dan lain lain. Contoh:
BSu : What is the name? Bahasa Inggris
BSa : Apalah arti sebuah nama Bahasa Indonesia
2.5 Kesepadanan dalam Penerjemahan Para pakar penerjemah berpendapat bahwa proses penerjemahan harus berorientasi
kepada pencarian kesepadanan. Penerjemahan yang berorientasi pada pencarian padanan kata ini disebut dengan Equivalence-Oriented Translation. Konteks kata sangat penting dalam
Universitas Sumatera Utara
membicarakan kesepadanan sehingga seorang penerjemah harus selalu melihat konteks kata untuk menterjemahkan sebuah kata dengan tepat dan mencari padanannya dalam BSa
Simatupang, 2000:50. Hasil penerjemahan dari BSu ke BSa pun harus mencari penerjemahan yang sewajar
mungkin. Baker 1992 mengemukakan bahwa kesepadanan meliputi: 1.
Kesepadanan tataran kata equivalence in word level; berorientasi terhadap kajian makna dari kata-kata dalam teks.
2. Kesepadanan di atas kata equivalence above word level; mengkaji kombinasi kata-kata
dan frasa-frasa. 3.
Kesepadanan gramatikal grammatical equivalence; menganalisis dan memahami struktur teks BSu.
4. Kesepadanan tekstual textual equivalence; menganalisis dan memahami bentuk teks
BSu. 5.
Kesepadanan pragmatic pragmatic equivalence; berorientasi pada penerima pesan target text.
Kesepadanan berarti pesan dalam BSu sama dengan pesan dalam BSa, sehingga reaksi pembaca penerjemahan sama dengan reaksi pembaca BSu. Selain penjelasan di atas,
pakar penerjemahan yang lain juga menjelaskan kembali mengenai kesepadanan. Menurut Nida dan Taber 1982, kesepadanan dibagi menjadi kesepadanan formal dan dinamis.
Kesepadanan formal adalah kesepadanan yang memfokuskan pesan yang sedekat mungkin pada teks BSu, sedangkan kesepadanan yang dinamis didasarkan pada prinsip efek
ekuivalen atau kesamaan yaitu kesamaan pesan yang disampaikan dari BSu sama dengan pesan yang disampaikan dalam BSa. Kesepadanan formal terdiri dari item BSa yang
merupakan ekuivalen dalam mencari padanan yang terdekat dari sebuah kata atau frasa BSu.
Universitas Sumatera Utara
Kesepadanan dinamis didefinisikan sebagai prinsip penerjemahan untuk menerjemahkan arti aslinya sedemikian rupa sehingga kata-kata pada teks BSa menunjukkan
dampak yang sama pada pembaca. Nida 1982 menyatakan bahwa dalam kesepadanan dinamis, informasi atau pesan yang akan disampaikan akan jauh lebih benar dan berterima.
Memperkuat penjelasan di atas mengenai konsep kesepadanan, Syihabuddin 2002:107 mengemukakan bahwa kesepadanan merupakan tujuan produk dari proses
penerjemahan karena penerjemahan merupakan proses pencarian kesepadanan. Dalam proses pencarian kesepadanan, penerjemah berupaya untuk mencari padanan yang paling wajar
antara BSu dengan BSa. Kemudian Koller dalam Munday 2001:47 juga mengemukakan lima jenis
kesepadanan, yaitu: 1.
Denotative Equivalence; proses penerjemahannya berfokus pada extralinguistic content. 2.
Connotative Equivalence; penerjemahannya berfokus pada pemilihan leksikal yang berdekatan sinonimnya.
3. Text Normative Equivalence; penerjemahannya berfokus pada jenis teks yang memiliki
penyajian yang berbeda. 4.
Pragmatic Equivalence; proses penerjemahannya berfokus pada penerima dari teks target readers atau penerima pesan.
5. Formal Equivalence; berfokus pada bentuk dan estetika teks, permainan kata dan ciri
individu dari teks sumber.
2.6 Prosedur Kesepadanan