dalam mengukur kesepadanan, kita gunakan ukuran menyeluruh; perubahan yang bersifat lokal yakni menyangkut kalimat, frasa, kata dalam fungsinya apakah teks itu untuk
menyampaikan informasi atau mengajak, kesepadanannya harus dilihat dari segi fungsi teks tersebut. Secara singkat dapat ditegaskan bahwa sejauh fungsi teks sasaran tidak bergeser dari
fungsi asalnya, maka teks sasaran tersebut ekuivalen dengan aslinya. Menentukan padanan yang tepat merupakan cara untuk mencapai ketepatan dan ketepatan itu bisa dicapai apabila
pembaca teks sasaran mampu memahami pesan dalam BSa dengan baik. Kesimpulannya yaitu penerjemah harus mengetahui siapa pembaca teks sasaran.
2.7 Kompetensi Penerjemah
Penerjemahan hanya muncul ketika ada karakteristik yang berbeda dari dua bahasa atau lebih. Oleh karena itu, dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah diperlukan
untuk menjadi seorang ahli bahasa yang dengan cara apapun mencari atau menciptakan solusi untuk menghilangkan perbedaan dan menjembatani kesenjangan antara BSu dan BSa.
Mengenai peran kompetensi penerjemah dalam proses penerjemahan, Hoed 2006: 25 memberikan argumen yang kuat bahwa kompetensi penerjemah memainkan peran yang
sangat penting dalam memproduksi penerjemahan yang berkualitas. Seorang penerjemah harus memiliki kecerdasan yang cukup baik mengenai budaya BSu dan budaya BSa.
Kecerdasan budaya memberikan gambaran karakteristik BSu dan BSa, dan dengan demikian memfasilitasi identifikasi perbedaan yang menjadi masalah dalam proses penerjemahan.
Penerjemah harus berpengetahuan, baik umum maupun khusus. Pengetahuan umum dapat membantu si penerjemah dalam memahami masalah yang berhubungan dengan
pekerjaan penerjemahannya, sedangkan pengetahuan khusus, berguna dalam menerapkan strategi ketika berurusan dengan teks teknis, kapan dan bagaimana menerjemahkannya.
Penerjemah juga harus memiliki kemahiran, logika kecepatan dan keterampilan retorika dalam menganalisis fenomena yang ada, mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang
Universitas Sumatera Utara
tepat, dan ia juga harus menyadari makna kognitif, struktur sintaksis dan dinamika informasi, dan sekali-sekali harus mengikuti intuisinya atau mendefinisikan masalah daripada
memecahkan masalah tersebut ibid: 180 dalam Baker 1992: 119. Hal ini sangat penting bagi si penerjemah untuk menyadari bahwa tugas seorang penerjemah adalah untuk mencapai
kesepadanan makna dalam norma dan gaya yang berbeda dari BSu, dan bukan untuk memperbaiki teks. Ini berarti bahwa si penerjemah harus mengutamakan gaya penulis BSu
lebih daripada norma-norma bahasa. Untuk alasan ini, penerjemah bahkan kadang-kadang harus mengganti gaya bahasa untuk memperoleh kesepadanan yang tepat dan akurat yang
dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca BSa. Muchtar 2011: 14 menekankan kompetensi penerjemah pada kompetensi bahasa dan
aspek material. Pendapatnya konsisten dengan kenyataan bahwa keragaman makna dari unsur-unsur BSu berkaitan dengan aspek materi teks. Bahasa dan aspek materi menunjukkan
pijakan dasar analisis dalam penerjemahan. Jadi apa yang dibutuhkan pada tahap ini adalah pengetahuan dari kedua bahasa yang biasanya terdiri dari dua sub-kompetensi atau lebih
karena sekali penerjemah melakukan kesalahan dalam tahap analisis, maka hasilnya akan berakibat buruk pada produk penerjemahannya Stanislava Šeböková, 2010 : 7. Oleh karena
itu, dalam tahap analisis kehati-hatian sangat dibutuhkan. Nababan 1999: 79-81 menjelaskan multi-peran penerjemah. Dia berpendapat bahwa penerjemahan adalah
pekerjaan sederhana dan murah tapi menyumbangkan kontribusi yang sangat besar dalam membangun semua aspek kehidupan manusia karena berfungsi sebagai sarana
penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan peradaban manusia lainnya. Pekerjaan yang sangat berharga dari tokoh penerjemah membuktikan bahwa penerjemah
adalah agen pembangun bangsa, dan maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kompetensi penerjemah sebagai agen perubahan peradaban masyarakat. Penerjemah harus
memiliki: 1. kompetensi tekstual kritis pemahaman konsep yang dimaksudkan oleh penulis
Universitas Sumatera Utara
asli, 2. Kecerdasan kompetensi penilaian yang akurat atas kualitas penerjemah dalam mentransfer pesan dari BSu sehingga tetap alami dan dipahami oleh pembaca BSa. Konsep
di atas sejalan dengan Nababan dan Venuti 1995: 1-2 bahwa kompetensi penerjemahan menunjukkan upaya penerjemah untuk memastikan bacaan yang mudah dengan tetap
mengikuti dan mempertahankan sintaksnya dan makna yang tepat untuk teks BSu. Venuti menggunakan istilah invisibility untuk menggambarkan situasi dan aktivitas penerjemah
pada budaya Anglo-Amerika kontemporer. Menurutnya, situasi mengacu pada efek illusionistis wacana penerjemah dan manipulasi penerjemah itu sendiri. Istilah lain yang
digunakan adalah intervensi yang sangat penting dari si penerjemah dalam teks BSu yang didasarkan pada konsep bahwa ‘hasil penerjemahan yang lebih baik tercermin dari
penerjemah yang berkualitas bahkan mungkin melebihi dari si penulis teks aslinya. Neubert dalam Šeböková 2010: 11 menggunakan istilah kompetensi penerjemah
yang merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang kompleks yang dibutuhkan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan. Dia menyarankan definisi kompetensi hirarki
penerjemahan yang terdiri dari: 1 Kompetensi Bahasa; sistem pengetahuan tata bahasa, istilah, konvensi sintaksis dan morfologi, 2 Kompetensi Tekstual; terkait dengan
kompetensi linguistik yang merupakan kemampuan dalam mendefinisikan fitur tekstual misalnya teknis, bidang hukum atau sastra, 3 Kompetensi Budaya; penerjemah harus
memiliki pengetahuan tentang budaya, karena penerjemah bertindak sebagai mediator antar berbagai latar belakang budaya. 4 Kompetensi Transfer; meliputi strategi dan teknik yang
memungkinkan penerjemah menerjemahkan teks dari BSu ke BSa dengan efektif dan efisien. Ini merupakan kompetensi super-ordinanary dari ke empat kompetensi sebelumnya dan ini
bersifat sementara, karena ditentukan oleh sifat teks. Ada beragam konsep mengenai kompetensi penerjemah, namun semua mengacu pada
pandangan yang sama bahwa kompetensi penerjemahan adalah sistem yang mendasari
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan, kemampuan dan sikap penerjemah yang memungkinkannya untuk 1 menganalisis teks yang tidak hanya sistem BSu dan BSa nya saja tapi juga dimensi kompleks
konteks yang mempengaruhi proses penerjemahan, 2 mengidentifikasi masalah dan mengatasinya, dan 3 mentransfer makna yang sesuai yang ada dalam BSa atau kata baru
yang dibuat dalam BSa untuk kepentingan pembaca agar makna yang disampaikan tetap terasa alami dalam BSa.
Kompetensi penerjemah sangat kompleks tetapi menentukan proses penerjemahan. Kompetensi analisis yang cerdas sang penerjemah sangat dibutuhkan. Kompetensi ini
biasanya tercermin pada aplikasi yang sesuai pada teknik, metode dan orientasi ideologi yang mencirikan teks penerjemahan. Jadi, meskipun teori dan istilah yang digunakan berbeda
untuk menggambarkan kompetensi penerjemah namun tetap memberikan kontribusi positif yang menyarankan langkah-langkah dan strategi dalam melakukan penerjemahan karena
kompetensi penerjemah sangat mempengaruhi kualitas proses dan hasil penerjemahan.
2.8 Parameter Penerjemahan yang Berkualitas