bidang kebudayaan menghasilkan bentuk baru dan mengakumulasi pengetahuan dan life-skills.
2. Ruang Lingkup Pemberdayaan Perempuan
a. Profil Perempuan Indonesia dan Pengembangannya
Untuk mampu berperan dalam pembangunan perempuan dituntut untuk memiliki sikap mandiri, di samping sikap yang dapat mengapresiasikan semua
potensi yang dimiliki. Profil perempuan Indonesia pada saat ini berada pada suatu keadaan yang dilematis, hal ini karena di satu sisi perempuan Indonesia di tuntut
untuk berperan dalam semua sektor, tetapi tetap tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan yaitu menjai Ibu rumah tangga. Misalnya adalah seorang
wanita karier, disatu sisi perempuan karier merasa terpanggil untuk mendarma baktikan bakat dan keahliannya bagi perkembangan bangsa dan negara mereka,
disisi lain juga memiliki peran di rumah tangga yaitu sebagai seorang istri dan Ibu. Menurut Loekman Soetrisno, 1997: 62 penyebab situasi dilematis
Perempuan Indonesia: pertama, bahwa Indonesia adalah negara yang pluralistik dari segi etnik dan budaya. Kedua, adanya pluralisme itu membuat suatu pendapat
yang menggeneralisasi bahwa perempuan mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari laki-laki. Ketiga, situasi yang dilematis ini dikarenakan hasil dari
suatu proses interaksi dari berbagai faktor sosial dan politik yang berkembang di negara kita.
Untuk meningkatkan peran perempuan Indonesia dalam pembangunan berbagai upaya telah dilakukan pemerintah. Dalam bidang organisasi untuk
menunjang program peningkatan peran perempuan Indonesia dalam pembanguan. Berbagai organisasi baik pemerintah maupun non pemerintah tentang perempuan
dibuat sebagai sarana pemberdayaan kaum perempuan, selain itu untuk menegakkan hak-hak kaum perempuan dan mewujudkan perempuan yang
mandiri. Bidang ketrampilan merupakan suatu primadona bagi perempuan
perdesaan. Ketrampilan seperti menjahit, kerajinan tangan dan beberapa jenis industri rumah tangga, jenis ketrampilan yang tidak melanggar kodrat perempuan,
singkatnya keterlibatan perempuan dalam pekerjaan ketrampilan seperti tersebut dapat meningkatkan peran perempuan dan menambah wawasan perempuan yang
dapat lebih meningkatkan kualitas hidup dan harmoni dalam rumah tangganya. Beberapa kajian tentang aktivitas produktif perempuan di luar rumah telah
banyak dilakukan oleh para akademisi di beberapa wilayah pedesaan. Peran serta perempuan pedesaan di wilayah pertanian menurut hasil penelitian Medisa
1994:95 menunjukkan bahwa peranan perempuan tani dalam usaha pertanian lahan kering cukup besar dan dalam beberapa hal perempuan turut menentukan
jalannya usaha tani. Ada kecenderungan secara normatif bahwa perempuan selalu mengambil bagian dalam seluruh kegiatan rumah tangga dan mencari nafkah. Hal
ini dapat dilihat dari alokasi ekonomi terhadap pendanaan rumah tangga antara wewenang dalam pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan. Alokasi
waktu curahan tenaga kerja perempuan sebesar 51,34 dan pria sebesar 48,66. Sumbangan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 53,48 dan
pria 46,52. Sebuah hasil penelitian deskripstif tentang kegiatan perempuan di
Desa tertinggal oleh Jufri 1997:78 ditemukan adanya kecenderungan perempuan desa adalah sebagai ibu rumah tangga yang berpendidikan rendah, berperan ganda
dan dan kecenderungan perempuan berusia 30 tahun dengan rata-rata kegiatan produktif 6-7 jam sehari. Ada kecenderungan semakin tua usia semakin produktif.
Menurut Rifai
1996:220 kemampuan
memotovasi perempuan
menunjukkan wujud sosok perempuan seorang aktor trasformasi dalam upaya mencapai kesejahteraan keluarga yang ditopang oleh tiga wujud penampilan
mereka, yaitu sebagai dirinya sendiri Self, Ibu rumah tangga dan sebagai kader PKK.
b. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Perempuan