319
kriminalitas setelah Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perubahan Kriminalitas di Desa Cihideung
Akibat Agrowisata
Kriminalitas Sebelum Desa
Cihideung Menjadi Kawasan
Agrowisata Setelah Desa Cihideung Menjadi
Kawasan Agrowisata
Jarang terjadi
kriminalitas di Desa Cihideung.
Meningkatnya kriminalitas di Desa Cihideung sekitar 50 persen seperti
pencurian kendaraan yang disertai dengan aksi kekerasan. Selain itu
juga adanya kasus pencurian bunga.
Maraknya pencurian motor yang terjadi di Desa Cihideung terjadi setelah Desa Cihideung
menjadi kawasan agrowisata karena perekonomian masyarakat semakin meningkat sehingga memiliki
barang-barang mewah. Hal ini menjadi sasaran untuk melakukan pencurian. Selain itu maraknya pencurian
bunga dikarenakan bunga yang diletakkan di pekarangan ataupun di ladang tidak ditutupi dengan
pagar. Bunga-bunga tersebut dibiarkan terbuka sehingga
memudahkan para
pencuri untuk
mengambil bunga. Selain itu pada malam hari bunga- bunga tersebut tidak disinari oleh penerangan.
Banyaknya pencurian tanaman yang terjadi di Desa Cihideung juga dilakukan oleh para pedagang bunga.
Menurut Priono 2011, pariwisata dapat meningkatkan
angka kriminalitas.
Apabila kriminalitas semakin meningkat dapat membuat
masyarakat Desa Cihideung ataupun wisatawan merasa tidak aman untuk berada di Desa Cihideung.
Hal ini bisa saja membuat masyarakat Desa Cihideung memilih untuk pindah ke tempat yang
lebih aman. Selain itu juga dapat membuat berkurangnya jumlah wisatawan yang datang ke
Desa Cihideung karena merasa tidak aman.
3 Aspek Lingkungan
a.
Polusi Air
Air yang digunakan oleh masyarakat Desa Cihideung berasal dari mata air yang berasal dari
Desa Cihideung sebanyak delapan sumber mata air. Perubahan yang terjadi akibat berkembangnya Desa
Cihideung menjadi kawasan agrowisata mengenai polusi air dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Perubahan Kondisi Air di Desa Cihideung
Akibat Agrowisata
Polusi Air Sebelum Desa
Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Setelah Desa Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Air melimpah
dan jernih
Air di sumber mata air berkurang karena adanya pembangunan
sarana pendukung agrowisata, namun air masih jernih.
Setelah Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata membuat adanya ketertarikan investor
untuk mendirikan usaha di Desa Cihideung. Hal tersebut memberikan dampak terhadap penurunan
banyaknya air dikarenakan banyaknya investor yang mendirikan bangunan untuk mendirikan usaha yang
menyebabkan daya resapan air berkurang karena Desa Cihideung termasuk ke dalam kawasan resapan
air di Kawasan Bandung Utara KBU. Namun untuk kualitas air di Desa Cihideung tidak mengalami
perubahan. Apabila hal ini terus dibiarkan akan mengancam masyarakat Desa Cihideung dalam
memenuhi kebutuhan air karena peran air di Desa Cihideung sangat penting. Selain untuk keperluan
sehari-hari, air sangat dibutuhkan karena mayoritas masyarakat Desa Cihideung bermata pencaharian
sebagai petani bunga sehingga membutuhkan air untuk kelangsungan tanamannya.
b. Polusi Suara
Polusi suara yang ditimbulkan setelah Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata dapat terlihat
dari kebisingan yang terjadi di Desa Cihideung. Perubahan yang terjadi setelah Desa Cihideung
menjadi kawasan agrowisata mengenai polusi suara dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perubahan Kondisi
Suara di
Desa Cihideung Akibat Agrowisata
Polusi Suara Sebelum Desa
Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Setelah Desa Cihideung Menjadi Kawasan
Agrowisata
Tidak adanya kebisingan karena belum banyaknya
kendaraan yang datang ke Desa
Cihideung dan
belum munculnya sarana- sarana
pendukung agrowisata.
Adanya kebisingan
yang ditimbulkan dari banyaknya
kendaraan yang datang ke Desa Cihideung dan akibat dari
adanya kegiatan yang diadakan hingga larut malam di tempat-
tempat
sarana pendukung
agrowisata.
Menurut Nugroho 2011, kegiatan sektor pariwisata dapat menimbulkan kebisingan. Dampak
kebisingan tersebut mengakibatkan manusia atau fauna mengalami stress. Kebisingan ini tentunya
mengganggu kenyamanan
masyarakat Desa
320 Cihideung
ketika masyarakat
membutuhkan ketenangan saat beristirahat ataupun melakukan
aktivitas lainnya.
c. Polusi Udara
Polusi udara menurut Karmana 2007 adalah
penambahan komponen
udara yang
keberadaannya dapat merugikan dan membahayakan organisme. Perubahan yang terjadi setelah Desa
Cihideung menjadi kawasan agrowisata mengenai polusi udara dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Perubahan Kondisi Udara di Desa
Cihideung Akibat Agrowisata
Polusi Udara Sebelum Desa
Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Setelah Desa Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Polusi udara
ditimbulkan dari
adanya pembakaran
sampah. Polusi udara ditimbulkan dari
semakin banyaknya kendaraan yang datang ke Desa Cihideung
sehingga menimbulkan
asap kendaraan
ditambah masih
banyaknya masyarakat
yang menghilangkan sampah dengan
cara dibakar.
Menurut Hurmayeni 2014 alat transportasi menjadi sumber utama polusi udara dari pariwisata
karena menghasilkan gas CO
2
yang mencemari udara dan menyebabkan pemanasan global. Namun
banyaknya bunga yang dibudidayakan di Desa Cihideung dapat menanggulangi polusi udara karena
daun pada
tanaman memiliki
kemampuan mengurangi zat pencemar udara termasuk Karbon
Dioksida CO
2
yang melayang di udara dan penghasil Oksigen O
2
. Disamping itu tanaman memiliki fungsi dan peran sebagai penyerap panas
sehingga dapat mendinginkan suhu pada saat berfotosintesis yang memerlukan sinar matahari dan
Karbon Dioksida CO
2
sehingga dengan demikian keberadaan tanaman dapat mengurangi konsentrasi
Karbon Dioksida CO
2
di udara dan dapat menurunkan suhu. Hal ini membuat keadaan udara di
Desa Cihideung tetap sejuk walaupun polusi udara meningkat.
d. Kondisi Lalu Lintas
Polusi Lalu lintas adalah sarana untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Perubahan
yang terjadi akibat berkembangnya Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata mengenai kondisi lalu
lintas dapat dilihat pada Tabel 13.
Menurut Yoeti 2008, pariwisata dapat menimbulkan dampak terhadap ramainya lalu lintas
sehingga menimbulkan kemacetan. Kemacetan tersebut dapat merugikan petani apabila petani
menjadi terhambat dalam memasarkan bunganya.
Tabel 13. Perubahan Keadaan Lalu Lintas di Desa
Cihideung Akibat Agrowisata
Kondisi Lalu Lintas Sebelum Desa
Cihideung Menjadi
Kawasan Agrowisata
Setelah Desa Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Tidak terjadi
kemacetan karena
tidak banyak
kendaraan yang datang ke Desa
Cihideung. Terjadi kemacetan karena banyaknya
wisatawan yang datang ke Desa Cihideung dan tidak tersedianya lahan
parkir untuk wisatawan ataupun untuk petani
yang men-
drop
bunganya sehingga
banyak kendaraan
yang memarkirkan kendaraan di pinggir jalan.
Hal ini juga didukung dengan kondisi jalan di Desa Cihideung yang tidak
terlalu luas dan tidak tersedianya trotoar untuk pejalan kaki. Selain itu Desa
Cihideung merupakan jalan penghubung untuk ke daerah lainnya yang diminati
wisatawan sehingga sering terjadi pelimpahan
kendaraan yang
menyebabkan kemacetan.
e. Polusi Limbah Padat
Polusi limbah padat dari adanya kegiatan agrowisata merupakan timbulnya sampah di Desa
Cihideung setelah Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata. Perubahan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 14. Tabel 14. Perubahan Kondisi Limbah Padat di Desa
Cihideung Akibat Agrowisata
Polusi Limbah Padat Sebelum Desa
Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Setelah Desa Cihideung Menjadi Kawasan
Agrowisata
Sampah berasal
dari budidaya tanaman seperti
sisa polybag dan sisa-sisa tanaman
dari pemeliharaan,
dan kebutuhan
masyarakat sehari-hari.
Sampah selain dihasilkan dari sisa
polybag, sisa-sisa
pemeliharaan tanaman, dan kebutuhan masyarakat sehari-
hari, juga
karena adanya
kunjungan wisatawan sehingga meningkatkan
volume
sampah sekitar 50 persen.
Terjadinya penumpukan sampah dapat mempengaruhi lingkungan sekitar seperti terjadinya
penyumbatan saluran air yang sebelumnya tidak pernah terjadi di Desa Cihideung. Walaupun sampah
yang diakibatkan Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata semakin meningkat, namun sampah
tersebut masih dapat teratasi dengan adanya bantuan dari Gubernur Jawa Barat ataupun dengan cara
dibakar oleh petani di Desa Cihideung. Menurut Nugroho 2011 sampah adalah fenomena umum dari
sektor pariwisata. Volume sampah pada wilayah tujuan wisata akan meningkat. Menurut Sudarmadji
dan Widyastuti 2014 adanya peningkatan jumlah