Sikap Pedagang Beras Terhadap Dukungan Sikap Pedagang Beras Terhadap Tindakan Lokasi dan Jarak Ritel Modern

96 97 Identifikasi dan Pemetaan Stakeholder Dalam Pengembangan Rantai Pasok Komoditas Bawang Merah Allium cepa L. di Kabupaten Brebes Stakeholders Identification and Mapping in Shallots Supply Chain Development in Brebes District Fernianda Rahayu Hermiatin 1 , Tomy Perdana 1 , Eddy Renaldi 1 Fakultas Pertanian, Agribisnis Universitas Padjadjaran Jl.Raya Jatinangor Km.21 Sumedang A B S T R A K Kata Kunci: komoditas Bawang Merah, Stakeholder , Business Social Resposibility BSR Komoditas bawang merah merupakan komoditas yang memiliki kompleksitas dan karakteristik yang cenderung dinamis, sehingga diperlukan pengembangan klaster bawang merah yang lebih terkoordinir dan terintegrasi dengan baik. Dimana pengembangan klaster tersebut melibatkan banyak pihak yang terkait yang memiliki tujuan dan keinginan masing-masing. Oleh karena itu, munculnya perbedaan kepentingan dan setiap pelaku masing-masing cenderung lebih berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Atas dasar tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi dan pemetaan stakeholder yang terlibat pada rantai pasok komoditas bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Mekar Jaya, Desa Klampok, Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes dengan metode analisis menggunakan Business Social Resposibility BSR untuk mengetahui dan mengidentifikasi peranan masing-masing pelaku yang terlibat pada kegiatan rantai pasok bawang merah. dari hasil analisis, terdapat 5 lima pelaku yang terlibat dalam kegiatan rantai pasok komoditas bawang merah di Kelompok Tani Mekar Jaya, pelaku tersebut antara lain adalah kelompok tani Mekar Jaya, perbankan, industry pengolahan bahan makanan, Bank Indonesia, dan Universitas Padjadjaran. Setiap pelaku yang terlibat berperan sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing pelaku. ABSTRACT Keywords: Shallots, Stakeholder, Business Social Responsibility BSR Shallots is one of the commodity who has complexity and characteristics that tend to be dynamic. That is necessitating development of shallots clusters which have coordinated and integrated. Clusters development is involved multi stakeholders who has goals and desires of each stakeholder. Therefore, this multi stakeholder development has of many interests and every actors strives to meet their respective goals than the common interest. Based on this situations, it would require to the stakeholders identifying and mapping which are involved in shallots supply chain. This resea rch is carried in Mekar Jaya farmer groups, Klampok village, Wanasari, Brebes district with applied Business Social Responsibility BSR analysis to develop sustainable business strategies and solutions through consulting, research, and cross- sector collaboration. This results identified 5 five actors who involved in the shallots supply chain in Mekar Jaya farmer groups. Those actors are Mekar Jaya farmer groups, bank, food processing industry, Central Bank of Indonesia, and Padjadjaran University and every stakeholders has private goals and interest. Korespondensi Penulis Alamat e-mail: fernianda1910gmail.com 98 PENDAHULUAN Pengembangan kegiatan pertanian pada umumnya melibatkan banyak pihak seperti pada teori yang dikemukakan oleh Simchi-Levi et al , 2000. Rantai pasok merupakan suatu sistem yang terdiri dari pemasok supplier , pabrik Manufacturer , distributor, dan pengecer retailer sebagai bagian dari pelaku rantai pasok yang mengolah atau memproses ra w material menjadi suatu produk, yang kemudian disalurkan atau didistibusikan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Banyaknya pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan rantai pasok menimbulkan adanya perbedaan kepentingan sehingga pencapaian outcome bersama tidak dapat terealisasikan. Perbedaan kepentingan dari setiap masing-masing pelaku dalam suatu rantai pasok dapat dilihat ketika masing-masing pelaku rantai pasok lebih berusaha untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Hal tersebut terjadi dikarenakan setiap pelaku yang terlibat dalam suatu rantai pasok bertindak secara perorangan berdasarkan pada pandangan lokal dan tingkah laku yang oportunis Chopra dan Meindl, 2007. Setiap pelaku yang terlibat dalam sebuah rantai pasok pertanian memiliki peranan dan tanggungjawab masing-masing sesuai dengan kemampuan dan kapasitas pelaku dalam kegiatan pertanian tersebut. Pada umumnya, setiap pelaku rantai pasok memiliki tujuan dan peranan masing- masing. Peranan tersebut ada yang berkeinginan lebih kuat namun pemahamannya kurang ataupun sebaliknya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kolaborasi yang sesuai dan seimbang dalam pengembangan kegiatan rantai pasok pertanian. Dalam realisasinya, setiap pelaku yang terlibat dalam suatu rantai pasok tidak hanya tergantung pada rasionalitas namun juga memerlukan keterlibatan emosi, maksud-maksud tersembunyi dan ketidakrasionalan Howard,1999. Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki tingkat kompleksitas dan karakteristik yang cenderung dinamis dimana dalam pengembangan rantai pasok pertanian diperlukan pengembangan inovasi kelembagaan Institutional collaboration berupa peraturan yang dikembangkan dan dibuat untuk setiap pelaku yang terlibat dalam rantai pasok pertanian yang mampu untuk mereduksi seluruh aktivitas rantai pasok dan biaya transaksi yang timbul akibat keterbatasan petani. Inovasi kelembagaan tersebut dapat terbentuk akibat interaksi yang dibangun antara petani dan pasar, interaksi dengan perbankan, universitas, swasta, dan pemerintah Perdana, 2011. Sejalan dengan yang di kemukakan oleh Vermuelen, et all 2008 untuk terbentuknya outcome yang paling baik untuk petani, maka dibutuhkan kolaborasi dengan pihak lain seperti pemerintah, Universitas, pihak swasta, dan organisasi masyarakat lainnya dimana kolaborasi tersebut dikenal dengan nama Tree way deal . Kolaborasi multi stakeholders menggambarkan suatu proses yang bertujuan untuk pengambilan keputusan dan kegiatan komunikasi terhadap suatu masalah Hemmati, 2002. Salah satunya adalah komoditas bawang merah yang dianggap sebagai komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan salah satu komoditas penyumbang inflasi. Komoditas bawang merah memiliki karakteristik yang cukup kompleks dan dinamis. Fluktuasi harga jual bawang merah di pasar tradisional sangatlah tinggi dan berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian petani bawang merah di Kabupaten Brebes yang merupakan kabupaten terbesar penghasil komoditas bawang merah di Indonesia. Proses kegiatan on farm hingga off farm belum dilakukan secara sinergi dan terkoordinir. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan manajemen rantai pasok bawang merah di Kabupaten Brebes yang melibatkan petani, pasar, dan pihak ketiga seperti Bank Indonesialembaga penelitian dan pemberdayaan lainnya yang dirasa perlu dilakukan untuk membantu peningkatan kapasitas produksi dan kemampuan petani dalam menyediakan produk yang berkualitas sesuai dengan permintaan pasar. Pengembagan rantai pasok yang terintegrasi tersebut salah satunya diterapkan dengan membentuk suatu klaster komoditas bawang merah yang dikembangkan pada kelompok tani Mekar Jaya yang berlokasi di Gang Mushola, Desa Klampok, Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Dimana kelompok tani Mekar Jaya pada saat ini tengah berkolaborasi dengan beberapa pihak lain seperti industri pengolahan bahan makanan sebagai pengembangan pasar terstruktur untuk pemasaran bawang merah, Bank Indonesia dan perbankan sebagai lembaga pembiayaan rantai pasok komoditas bawang merah di Kabupaten Brebes. Pengembangan klaster dalam suatu kegiatan rantai pasok dimaksudkan agar setiap pelaku yang terlibat didalamnya mendapatkan pendapatan yang lebih efisien dengan inovasi yang dirangsang dari kegiatan kerjasama dalam suatu kelompok untuk memperkuat kegiatan rantai pasok dalam menghadapi berbagai persaingan Hill dan Brenna, 2000. Sehingga dalam hal tersebut, pengembangan klaster komoditas bawang merah di Kelompok Tani Mekar Jaya di inisiasi oleh Universitas Padjadjaran yang berkolaborasi dengan Bank Indonesia. Pengembangan klaster komoditas bawang merah di Kabupaten Brebes telah terjalin suatu 99 kolaborasi multi stakeholder , sehingga memicu munculnya permasalahan baik di tingkat petani maupun pihak pasar terstruktur yaitu industri pengolahan bahan makanan dan Bank selaku pelaku yang terlibat dalam rantai pasok komoditas bawang merah di Kabupaten Brebes. Hal tersebut membuat kolaborasi antara stakeholder , perbankan, dan petani dalam klaster komoditas bawang merah belum berjalan dan terkoodrinir dengan baik. Akibat yang ditimbulkan yaitu setiap masing-masing pelaku rantai pasok bawang merah belum dapat memberikan kepuasan sesuai dengan harapan masing-masing pelaku. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis perilaku, analisis pengaruh masing-masing pelaku, dan peranan keterlibatan masing-masing pelaku rantai pasok komoditas bawang merah di Kabupaten Brebes. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan diKelompok Tani Mekar Jaya Gang Mushola Desa Klampok Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang dilaksanakan sejak Mei – Agustus 2015. Sumber data penelitian diperoleh dari data primer dan sekunder dengan melibatkan responden secara refresentatif dari seluruh stakeholder yang terlibat dalam rantai pasok komoditas bawang merah. Desain penelitian yang dilakukan menggunakan desain kualitatif dan teknik penelitian yang digunakan adalah studi Analisis data yang digunakan untuk mengetahui peran dan keterlibatan stakeholder dalam rantai pasok komoditas bawang merah di Kelompok tani Mekar Jaya dengan menggunakan Business Social Responsibility BSR Stakeholder Mapping yang dikembangkan oleh Olson, et. ,al 2011. Metode BSR digunakan untuk mengumpulkan seluruh pelaku yang terlibat dalam setiap proses baik secara internal ataupun eksternal. Tahap selanjutnya yaitu untuk melihat keterlibatan masing-masing aktor, yang akan dibuat kerangka pikir kelompok tani, industri pengolahan bahan makanan, dan perbankan. kasus. Sumber data diperoleh dari data sekunder dan primer dengan responden terpilih adalah responden yang mewakili seluruh stakeholder yang terlibat dalam rantai pasok bawang merah yang memiliki pengetahuan dan pengalamanan yang cukup dan mampu menjelaskan keadaan sebenarnya mengenai obejk penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Keterlibatan Stakeholder dengan Menggunakan Business Social Responsibility BSR Stakeholder Mapping Langkah awal dalam penerapan Business Social Responsibility BSR adalah mengetahui sejarah, tingkat ambisi, memahami tingkat ambisi setiap stakeholder, taktik setiap stakeholder, dan kemudian melakukan pemetaan stakeholder. Stakeholder Mapping merupakan tahap kedua dalam langkah-langkah pengembangan Business Social Responsibility BSR dengan tujuan untuk memahami setiap pelaku rantai pasok yang dianalisis dari hasil diskusi, penelitian, dan debat. a. Identifikasi Stakeholder Identifikasi stakeholder merupakan langkah awal dalam analisis pemetaan stakeholder untuk memahami dan mengidentifikasi setiap peranan stakeholder . Hasil pada pemetaan tersebut bersifat statis dan dapat berupah sewaktu-waktu.

b. Analisis Stakeholder Analisis stakeholder mengacu pada hasil identifikasi

stakeholder. Setiap pelaku rantai pasok diidentifikasi dan dianalisis untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan setiap pelaku rantai pasok komoditas bawang merah. Analisis tersebut menggunakan penilaian dengan menggunakan penilaian berupa tingg, sedang, dan kecil setiap pelaku rantai pasok untuk mengenentukan peranan setiap pelaku c. Pemetaan Stakeholder Pemetaan stakeholder adalah visualisasi dari pelaksanaan dan sebagai alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan stakeholder mana yang lebih berperan dalam keterlibatan kegiatan pada rantai pasok komoditas bawang merah. Pada pemetaan stakeholder dapat dilihat pengaruh yang selanjutnya diberikan penilaian pada setiap stakeholder dengan indikator penilaian berdasarkan keinginan willingness dan keahlian Expertise, sehingga dapat terlihat peranan dari masing-masing pelaku rantai pasok komoditas bawang merah. 100 Tabel 1. Identifikasi Multi Stakeholder No Stakeholder Tujuan Potensi Rencana Pembaharuan 1 Kelompok Tani Mendapatkan kepastian harga jual yang lebih kompetitif dan stabil Pengembangan produk bermutu dan berdaya saing, menjaga kontinuitas pasokan Sistem pertanian yang lebih terintegrasi dengan menerapkan konsep VCF Value Chain Financing untuk memberikan keunggulan kompetitif. 2 Industri Pengolahan Bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan bawang merah Penyediaan bahan baku bermutu dan terstandarisasi, menjaga kestabilan harga di petani Memasok komoditas bawang merah yang berstandar nasional dan internasional yang mengacu pada penyediaan bahan pangan sesuai dengan standarisasi keamanan pangan internasional 3 Perbankan Pemberi kredit Memberikan kredit sesuai kebutuhan petani Perluasan pemberian kredit mikro bagi pelaku usaha skala menengah terutama pada pelaku yang terlibat dalam kegiatan pertanian 4 Bank Indonesia Menstabilkan nilai rupiah Memberi dukungan bagi petani Pengembangan pilot project implementation dengan konsep VCF Value Chain Financing sebagai upaya dalam meminimalisir tingkat inflasi yang diakibatkan oleh komoditas pertanian 5 Universitas Padjadjaran Fasilitator petani Pengembangan pertanian yang lebih terstruktur dan terintegrasi Pemberian arahan dan pengembangan penelitian VCF Value Chain Financing dalam membantu Bank Indonesia untuk menekan laju inflasi dari komoditas pertanian, dan pengembangan sektor pertanian Indonesia agar lebih berdaya saing dan terintegrasi Table 2. Analisis Penilaian Multi Stakeholder Stakeholder Kontribusi Legitimasi Kesediaan Untuk terlibat Pengaruh Pentingnya dalam keterlibatan Kelompok Tani H H H M H Industri Pengolahan L M L L H Perbankan M M L H H Bank Indonesia M H H H M Universitas Padjadjaran H H H H M Keterangan : H : High M : Medium L : Low KESIMPULAN DAN SARAN Komoditas bawang merah di Kelompok tani Mekar Jaya Kabupaten Brebes memiliki tingkat kompleksitas dan melibatkan banyak stakeholder . Stakeholder yang terlibat antara lain petani, industry pengolahan bahan makanan, perbankan, Bank Indonesia, dan Universitas Padjadjaran. Setiap stakeholder memiliki peranan dan tujuan masing- masing, sehingga dengan demikian, seluruh ihak yang terlibat memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Pelaku rantai pasok yang memiliki peranan cukup tinggi adalah Universitas Padjadjaran yang berperan sebagai fasilitator, didukung dengan keterlibatan Bank Indonesia sebagai lembaga pendukung dalam pengembangan klaster komoditas bawang merah di Kabupaten Brebes. Kemudian pihak yang memiliki peranan kuat adalah kelompok tani sebagai objek pengembangan dan sekaligus sebagai pelaku pengembangan klaster didukung dengan perbankan sebagai pihak penyedia jasa keuangan yang menyediakan sejumlah kredit yang sesuai dengan kebutuhan kredit klaster bawang merah. Kemudian pihak yang terlibat adalah pasar sebagai pihak yang membeli hasil panen bawang merah di Kelompok Tani Mekar Jaya. Industri pengolahan bahan makanan yang terlibat memiliki 101 peranan dalam mendukung keberlangsungan usahatani bawang merah yang dilakukan di Kelompok Tani Mekar Jaya dan sebagai pihak yang memberikan kepastian harga yang lebih konpetitif bagi kelompok tani. Masing-masing pelaku yang terlibat memiliki peranan dan tujuannya yang harus dijalankan secara berkesinambungan dan terintegrasi agara keberlangsungan kegiatan usahatani di Kelompok Tani Mekar Jaya dapat terus berlanjut dan lebih terintegrasi. DAFTAR PUSTAKA Chopra, Sunil dan Peter Meindl. 2001. Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operations . Prentice Hall Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Howard, N. 1996. Negotiation as Drama : “How Games Become Dramatic” International Negotiation Journal, Vol1, 125-152. Lambert, D.M., Emmelhainz, M.A. dan Gardner, J.T. 1996. Developing and Implementing Supply Chain Partnership . Jurnal Internasional Manajemen Logistik, Vol. 7, No.2, pp. 1-17. Oliver, keith. 2003. When Will Supply Chain Management Grow Up?. UK: Tim Laseter Olson, E., Prepscius, J., Baddache, F. 2011. Business Social Responsibility BSR Stakeholder Mapping. Diakses melalui www.bsr.org Perdana, Tommy. 2012. Model Manajemen Logistik dalam Meningkatkan Daya Saing Produsen Sayuran Skala Kecil untuk Memenuhi Permintaan Pasar Terstruktur. Diakses melalui www.tommyperdana.blogspot.com pada 29 Februari 2014. Morris, Jonathan. 2012. Back to Basics : How to Make Stakeholder Engagement Meaningful for Your Company . Diakses dari www.BSR.org. Lampiran Sumber : Data Primer, 2015 Grafik 1. Mapping BSR Multi Stakeholder High High Low Keahlian Keinginan n Unpad Kelompok Tani Bank BI Industri Pengolahan 102

Dokumen yang terkait

M02070

4 15 382