Manajemen Risiko Rantai Pasok Padi di
239
Risk Agent Aksi Mitigasi Revisi
Ego para petani A6 On farm : Pengembangan Teknologi budidaya adaptif
Konsolidasi, Pendampingan
sistem industri perberasan, Konsolidasi kelembagaan,
pasar dan pembiayaan Pengembangan
akses pembiayaan
4 Aksi Mitigasi Resiko yang Efektif di Tingkat RMU
Masing-masing aksi mitigasi tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda setelah dilakukan
verfikasi dengan petani. Tabel 12. Daftar Hasil Penilaian Skala Tingkat Kesulitan
Aksi Mitigasi
Kode Aksi Mitigasi
Difficulty of Performing
Action K DK
P
1
On farm : Pengembangan
Teknologi budidaya adaptif
M4
P
2
Off farm: pengembangan
gudang dan pengering
M4
P
3
Konsolidasi dan pendampingan
sistem industri perberasan
H5
P
4
Konsolidasi kelembagaan, pasar
dan pembiayaan M4
P
5
Pengembangan akses pembiayaan
L3 P
6
Pengembangan infrastruktur irigasi
L3 P
7
Penggunaan logistik multimodal
H5
Selanjutnya dilakukan perhitungan
effectiveness to difficulty ratio of action
ETD. Berdasarakan nilai ETD pada tabel diatas,
maka urutan aksi mitigasi yang paling efektif dan memungkinkan untuk dilakukan petani yaitu :
1. Pengembangan akses pembiayaan P5
2. Pengembangan infrastruktur irigasi P6
3. Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan
P4 4.
Konsolidasi dan pendampingan sistem industri perberasan P3
5. On farm : Pengembangan Teknologi budidaya
adaptif P1 6.
Penggunaan logistik multimodal P7 7.
Off farm: pengembangan gudang dan pengering P2
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem rantai pasok padi di Kabupaten
Indramayu terdiri dari petani, bandar, RMU, pedagang pasar induk, calo, hingga konsumen
langsung.
2. Titik kritis resiko pada rantai pasok padi dapat
diidentifikasi dari setiap pelaku dalam rantai pasok tersebut, yaitu sebagai berikut :
a Titik kritis resiko di tingkat RMU yaitu : 1
SDM lalai
saat mengolah
gabah, mengoperasikan mesin, dan mencatat, 2
cuaca tidak menentu intensitas hujan terlalu tinggi sehingga pasokan gabah tidak stabil
dan kualitas gabah rendah, 3 kondisi jalan yang rusak, 4 modal kurang, 5 jalur
distribusi yang jauh dan rawan macet, 6 pembayaran dari pedagang pasar induk
macet, 7 terjadinya perselisihan pembagian sumber air irigasi disekitar lokasi produksi,
dan 8 pasar induk memiliki standarisasi produk yang tinggi.
b Titik kritis resiko di tingkat bandar yaitu : 1
Cuaca yang tidak menentu intensitas hujan terlalu tinggi, 2 modal untuk membeli
gabah kurang, dan 3 pembayaran yang dari RMU macet.
c Titik kritis resiko di tingkat petani yaitu : 1
perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu, 2 Pengetahuan petani rendah, dan
3 ego para petani.
3. Hasil perhitungan
effectiveness to difficulty ratio of action
ETD, menunjukan urutan aksi mitigasi yang paling efektif dan memungkinkan
untuk dilakukan oleh masing-masing pelaku yaitu sebagai berikut :
a Urutan aksi mitigasi yang paling efektif
untuk dilakukan RMU yaitu : 1
Pengembangan akses pembiayaan. 2
Penggunaan logistik multimodal. 3
Konsolidasi dan pendampingan sistem industri perberasan.
4 Konsolidasi kelembagaan, pasar dan
pembiayaan. 5
Off farm: pengembangan gudang dan pengering.
6 Pengembangan infrastruktur irigasi.
240 7
On farm : Pengembangan Teknologi budidaya adaptif.
b Urutan aksi mitigasi yang paling efektif untuk
dilakukan bandar yaitu : 1
Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan.
2 Pengembangan akses pembiayaan.
3 Konsolidasi dan pendampingan sistem
industri perberasan. 4
Penggunaan logistik multimodal. 5
Pengembangan infrastruktur irigasi. 6
Off farm: pengembangan gudang dan pengering.
7 On farm : Pengembangan Teknologi
budidaya adaptif. c
Urutan aksi mitigasi yang paling efektif untuk dilakukan petani yaitu :
1 Pengembangan akses pembiayaan.
2 Pengembangan infrastruktur irigasi.
3 Konsolidasi kelembagaan, pasar dan
pembiayaan. 4
Konsolidasi dan pendampingan sistem industri perberasan.
5 On farm : Pengembangan Teknologi
budidaya adaptif. 6
Penggunaan logistik multimodal. 7
Off farm: pengembangan gudang dan pengering.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat
diberikan sebagai berikut: 1.
Perlu dibangun skema pembiayaan yang sesuai dengan kondisi pelaku rantai pasok. Sebaiknya
pembiayaan diberikan kepada petani, bandar, dan RMU yang berada dalam satu rantai pasok
yang sama untuk meminimalisir resiko.
2. Perlu dibangun hubungan antar pelaku yang
baik, agar terjalin kerjasama dan kepercayan yang baik antar pelaku pada rantai pasok.
3. Koperasigapoktan perlu menyediakan sarana
produksi yang dibutuhkan oleh petani, sehingga petani mendapatkan akses yang mudah terhadap
penyedia saprodi resmi.
4. Pemerintah perlu menetapkan batas harga dasar
bagi komoditas padi untuk menanggulangi risiko kerugian petani akibat harga gabah yang
anjlok.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. Distribusi Persentase PDB
Triwulan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha. 2000-2014.
Badan Pusat Statistik. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama.
2004-2014. Sumber internet :
- Bank Indonesia.
Melalui:www.bi.go.id. [342014]
- Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009
– 2013. Melalui:www.pertanian.go.id.[662014]
Tabel 13. Tabel Perhitungan ETD Aksi Mitigasi di Tingkat Petani
Risk Mitigation
P1 P2
P3 P4
P5 P6
P7 ARP
Risk Agent Priority A2
9 1
9 9
9 9
9 2700
A4 3
9 9
9 9
9 1765
A6 9
9 9
9 1
3 888
Te 37587
2700 48277
48177 48177
41073 42849
Dk 4
4 5
4 3
3 5
ETD 9396.75
675 9655.4
12044.25 16059
13691 8569.8
Rangking 5
7 4
3 1
2 6