Peluang Pasar Analisis Stakeholder Analisis stakeholder mengacu pada hasil identifikasi

207 Agribisnis. Universitas Muhammadiyah Malang. Andityo Triutomo. 2014. “ Perlukah Indonesia Meratifikasi FCTC ”. http:ekonomi.kompasiana.combisnis2014 0504perlukah-indonesia-meratifikasi-fctc- framework-convention-on-tobacco-control- 653496.html. Diakses pada tanggal 18 September 2014. Anwas, Adiwilaga. 1982. Ilmu Usaha Tani . Alumni: Bandung. Bachraen Saeful, 2012. Penelitian Sistem Usaha Pertanian di Indonesia . Bandung : IPB Press. Badan Pusat Statistika, 2012. Perkembangan Volume Ekspor Tembakau di Indonesia Tahun 2008- 2012 . Jakarta : Badan Pusat Statistika. Cahyono, Bambang, 2011. Untung Selangit dari Usaha Bertanam Tembakau . Yogyakarta : Cahya Atma Pustaka. Damanik, Arianty Lediana; Chalil, Diana; Ayu, Sri Fajar. -. Faktor-faktor Pendorong dan Penarik Alih Fungsi Usaha Perkebunan Kopi Robusta ke Kopi Arabica . Jurnal Universitas Sumatera Utara. Departemen Perindustrian, 2009. Roadmap Industri Pengolahan Tembakau . Jakarta : Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2013. Statistik Perkebunan Jawa Barat Tahun 2013 . Bandung : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011. Statistik Perkebunan Indonesia 2008-2009 dan 2009- 2011 . Jakarta : Kementrian Pertanian. Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012. Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012 . Jakarta : Kementrian Pertanian. Food and Agriculture Organization Corporate Statistical, 2010. http:faostat.fao.orgsite339default.aspx. Diakses pada tanggal 24 November 2014. Hanum, C, 2008. Teknik Budidaya Tanaman . Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Hasan, Fuad; Darwanto, Dwidjono Hadi, 2013. Prospek dan Tantangan Usahatani Tembakau Madura . SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : 63 –70. Husin, Sofyan, 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Petani . Tesis Magister Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Isaskar, Riyanti, 2014. Modul 1. Pendahuluan: Pengantar Usaha Tani, Laboratorium Analisis dan Manajemen Agribisnis . Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Kartikaningsih, Anita. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mmempengaruhi Motivasi Petani dalam Berusahatani Tebau . Skripsi Sarjana Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Khanisa, Fatma Artati. -. Analisis Pendapatan Petani Tembakau di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung . Jurnal UGM : http:lib.geo.ugm.ac.idojsindex.phpjbiart icleviewFile106103. Diakses pada tanggal 26 Januari 2015. Kementrian Keuangan, 2013. Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 . Jakarta : Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Nurnanaf, Rozany. Lembaga Informal Pembiayaan Mikro Lebih Dekat dengan Petani . Jurnal Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian : http:pse.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015. Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2012. Potensi Sumber Daya Alam . Jabarprov.go.id. Diakses pada tanggal 27 Desember 2014. PT. Televisi Madiun Media Visual Utama. 2013. Tolak PP No. 109 Tahun 2012, Ribuan Petani Tembakau Demo . www.sakti.tv. Diakses pada tanggal 16 Januari 2015. Rachmat, Muchjidin; Nuryanti, Sri. 2009. Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya bagi Indonesia . Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 27 No. 2. Desember 2009 : 73-91. Rodjak, Abdul, 2006. Manajemen Usahatani , Bandung : Pustaka Giratuna. Sanusi. 2014. “ Gappri : Cukai Naik, Industri Rokok Terancam Gulung Tikar”. http:www.tribunnews.combisnis201410 10gappri-cukai-naik-industri-rokok- terancam-gulung-tikar. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014. Saragih, B, dan Y, B, Krisna Murthi. 1993. Pengembangan Agribisnis Berskala Kecil . Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian. Bogor. Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani . UB Press: Malang. Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi . Jakarta: Rajawali. Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD . Bandung : Alfabeta. 208 Susanti, Lisana Widi. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Padi Organik . Skripsi Sarjana Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. TCSC. 2013. Indonesia Tobacco Atlas Edisi 2013 . Jakarta : Tobacco Control Support Center- Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. Urber, Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial . Bandung : PT. Refika Aditama. Utari, Trinanda. 2011. Faktor Penarik dan Pendorong Petani dalam Mengusahakan Tembakau di Luar Desa Asal . Skripsi Sarjana Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. WHO. Framework Convention on Tobacco Control, Fifty-Sixth World Health Assembly. 21 May 2003. Widyastuti, Atiek. 2013. Peraturan Pemerintah Risaukan Petani Tembakau Klaten .c krjogja.com. Diakses pada tanggal 16 Januari 2015. 209 Bauran Pemasaran dan Pertumbuhan Penjualan Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain Studi Kasus di PT. Sinar Mayang Lestari, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Marketing Mix And Sales Growth of Malabar Mountain Arabica Civet Coffee Case Study at PT. Sinar Mayang Lestari, Margamulya Village, Pangalengan Sub- district, Bandung District, Jawa Barat Province Ghina Davita Ramdhayani 1 , Dhany Esperanza 1 1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Ja tinangor ABSTRAK Kata Kunci: Kopi Luwak Bauran Saluran Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi reguler Arabika dan kopi reguler Robusta. PT. Sinar Mayang Lestari adalah salah satu perusahaan yang memproduksi, menangani sendiri kegiatan produksi kopi luwak dari hulu sampai hilir dan telah berhasil membudidayakan binatang luwak secara mandiri. Tujuan penelitian ini yaitu: 1 diperoleh gambaran bauran pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain 2 mengidentifikasi dan menganalisis saluran pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain yang paling efisien 3 mengidentifikasi dan menganalisis pertumbuhan penjualan Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain . Penelitian dilakukan di PT. Sinar Mayang Lestari yang berlokasi di Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kualitatif, sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan alat analisis efisiensi pemasaran dan analisis trend. Hasil penelitian menunjukkan produk kopi luwak yang dijual dengan jenis greenbeans coffee, roasted coffee, dan grounded coffee dengan berbagai ukuran dengan harga yang kompetitif dan kegiatan promosi yang dilakukan masih belum efektif. Terdapat tiga pola saluran pemasaran untuk Kopi Luwak Malabar Mountain , dilihat dari farmer’s share ketiga saluran pemasaran tergolong efisien. Pertumbuhan penjualan satu tahun terakhir memiliki trend positif. ABSTRACT Keywords: Civet Coffee, Marketing Mix Marketing Channel In addition to Arabica and Robusta as a regular coffee commodity, civet coffee is another effort to increase coffee commodity value. PT. Sinar Mayang Lestari is a company which is solely producing and handling a production of civet coffee from the beginning to a finishing touch, also the company has been successfully cultivating luwak animal independently. The purpose of this study are including: 1 to obtain the marketing mix of Malabar Mountain’s Arabica Civet Coffee, 2 to identify and analy ze the most efficient marketing channel of Malabar Mountain’s Arabica Civet Coffee, and 3 to identify and analyze the sales growth of Malabar Mountain’s Arabica Civet Coffee. This research took place in PT. Snar Mayang Lestari which is located at Margamulya village, Pangalengan Sub-district, Bandung District. This research is a case study resea rch. The obtained datas this research analyzed using the analytical tools which analyze marketing efficiency and trend. The result of this research showed that luwa k coffee products sold which includes greenbeans coffee, roasted coffee, and grounded coffee with a variety sizes, competitive prices, and promotional activity is still not effective. There are three marketing channel patterns for Malabar Mountain’s Arabica Civet Coffee, seen from the farmer’s share perspective, those three ma rketing channels relatively efficient. This past year sales growth had a possitive trend. Korespondensi Penulis Alamat e-mail:ghinadavitaagmail.com 210 PENDAHULUAN Sektor perkebunan memiliki komoditas pertanian dunia yang mampu bertahan sejak pertama kali ditemukan sejak abad ke-9, komoditas tersebut adalah kopi. Kopi mampu menjadikan sumber devisa untuk Indonesia karena Indonesia salah satu negara terbesar penghasil kopi di dunia. Menurut International Coffee Organization ICO, konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi di Indonesia merupakan peluang besar untuk mampu mengekspor kopi ke negara-negara pengkonsumsi kopi dunia seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Tabel 6.Total Produksi Tahunan Negara Eksportir Kopi Negara Total Produksi x 1000 bags 2012 2013 2014 Brazil 50826 49152 45342 Vietnam 25000 27500 27500 Indonesia 13048 11667 9000 Columbia 9927 12124 12500 Sumber: International Coffee Organization 2015 Catatan: 1 bags = 60 kg Negara Indonesia berada di peringkat ketiga setelah Brazil dan Vietnam dan total produksi kopi untuk di ekspor dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Walaupun pada tahun 2012 Indonesia mengalami peningkatan yang sangat tinggi sebanyak 79,03, namun kembali menurun pada tahun 2013 sebesar 10,58 dan terus menurun sampai tahun 2014. Padahal Indonesia memiliki luas areal perkebunan kopi yang mencapai 1,2 juta hektar ini tersebar di berbagai daerah nusantara bagi pasar internasional yang menjadikan salah satu peluang Indonesia untuk melebihi Brazil dan Vietnam sebagai penghasil kopi terbesar di dunia. Perkembangan produksi ekspor kopi di Indonesia dalam berbagai jenis produk olahan masih fluktuatif. Pada tahun 2012, terdapat peningkatan jumlah volume kopi sebanyak 47,09 dan peningkatan nilai ekspor kopi di Indonesia sebanyak 41,27, ini disebabkan karena pemerintah Indonesia ingin menjadikan kopi sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Maka, Indonesia terus meningkatkan produksi kopi dalam berbagai jenisbentukvariasi produk olahan untuk mengisi pasar kopi di dunia. Tabel 2 Tabel 7. Perkembangan Ekspor Kopi di Indonesia Tahun Tahun Volume Nilai 2007 336 686 2008 491 1.078 Tahun Volume Nilai 2009 518 882 2010 440 855 2011 2012 354 520 1.086 1.534 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013. Catatan: Volume dalam 000 Ton, Nilai dalam 000 US Beberapa provinsi di Indonesia yang mengembangkan perkebunan kopi salah satunya yaitu Provinsi Jawa Barat. Jawa barat memiliki iklim yang sesuai dengan persyaratan tumbuh kopi maka diharapkan kopi dapat tumbuh dengan optimal. perkembangan luas areal dan produksi kopi di Jawa Barat dari tahun ke tahun terus menunjukan peningkatan. Sedangkan untuk produktivitas kopi mengalami fluktuatif. Kabupaten Bandung masih menjadi kabupaten dengan luas lahan serta jumlah produksi kopi terbesar di Jawa Barat, dengan rata- rata wilayah yang terletak di dataran tinggi maka hal itu akan menjadi penunjang tumbuh suburnya tanaman kopi arabika di Kabupaten Bandung. Jenis kopi yang cocok ditanam di tanah Jawa Barat ini yaitu kopi arabika. Kebijakan Gubernur Jawa barat yang mengharuskan adanya alih komoditas pada tahun 2002, sehingga tanaman kopi di Kabupaten Bandung ditanam diatas lahan hutan milik Perum Perhutani yang dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH. LMDH memiliki program yaitu PHBM Program Hutan Bersama Masyarakat yang merupakan suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa. Kecamatan Pangalengan terdapat Desa Margamulya merupakan sentra penghasil kopi terbanyak di Kecamatan Pangalengan. Berkat pengembangan tanaman kopi dan hadirnya pabrik pengolahan biji kopi di Desa Margamulya, arus urbanisasi masyarakat dari desa ke kota terus berkurang. Industri kopi di Indonesia terus marak dengan semakin bertambah dan meningkatnya produksi kopi olahan yang dihasilkan oleh pengolahan kopi. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri mencapai 1,0 kilogramkapitatahun AEKI, 2013. Dengan terus bertambahnya tingkat konsumsi dalam negeri maka diperkirakan kebutuhan kopi pun meningkat. Melihat perkembangan ini, berbisnis kopi merupakan peluang usaha yang sangat baik sekarang ini karena sudah banyak masyarakat yang mengkonsumsi kopi. Saat ini terdapat kopi yang terbilang sedang marak digandrungi oleh para penikmat dan pencinta kopi di pasar dunia maupun 211 lokal yaitu kopi luwak, sehingga seringkali disebut sebagai primadona kopi saat ini. Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi reguler Arabika dan kopi reguler Robusta. Dengan proses produksi yang terbilang sangat unik, yaitu dari biji kopi berbentuk buah cherry yang telah dimakan dan diproses melalui proses pencernaan seekor luwak yang kemudian dapat menghasilkan kopi dengan rasa yang sangat khas dan juga spesial, menjadikan kopi luwak sebagai kopi termahal yang ada di dunia saat ini. Salah satu perusahaan yang memproduksi kopi luwak adalah PT. Sinar Mayang Lestari yang berada di Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Perusahaan ini telah menjalankan bisnis kopi luwak dari tahun 2014. PT. Sinar Mayang Lestari menangani sendiri kegiatan produksi dari hulu sampai hilir dan telah berhasil membudidayakan binatang luwak secara mandiri. PT. Sinar Mayang Lestari juga sudah memiliki merek dagang dengan nama Malabar Mountain . Guna menciptakan tujuan pemasaran dan pertumbuhan penjualan yang tinggi maka, perusahaan dibutuhkan adanya bauran pemasaran yang optimal yang terdiri dari empat elemen yaitu produk, harga, tempat saluran distribusi, dan promosi secara optimal. Perusahaan perlu memiliki bauran pemasaran yang berbeda dari para pesaing, karena bauran pemasaran merupakan suatu alat yang digunakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pemasaran sesuai dengan pasar sasaran yang telah ditetapkan. Dengan bauran pemasaran yang optimal akan meningkatkan daya tarik konsumen untuk memilih dan membeli produk Kopi Luwak Malabar Mountain tanpa memilih produk kopi luwak yang lain. Proses pendistribusian Kopi Luwak Malabar Mountain ke konsumen dilakukan melalui proses pemasaran. Proses pemasaran yang efisien sangat dibutuhkan dalam memasarkan produksi Kopi Luwak Malabar Mountain . Salah satu indikator keberhasilan pemasaran suatu produk adalah sistem pemasaran yang terjadi berlangsung secara efisien. Permasalahan yang sering dihadapi dalam mewujudkan pemasaran yang efisien adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang diterima produsen yang erat kaitannya dengan pola saluran pemasaran yang terbentuk dan besarnya marjin pemasaran, sehingga untuk meningkatkan pemasaran ini dapat dicapai apabila pola saluran pemasaran dan penyebab tingginya marjin pemasaran diketahui. Selain itu, besar kecilnya bagian yang diterima produsen farmer’s share akan menunjukkan apakah suatu sistem pemasaran berjalan efisien. Dari yang sudah dijelaskan diatas dan akan mempengaruhi pertumbuhan penjualan perusahaan khususnya kopi luwak. Menurut Swastha dan Handoko 2005, perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dalam aktivitas utama operasinya. Sehingga akan berpengaruh besar untuk kemajuan PT. Sinar Mayang Lestari. Hal ini pun akan mempengaruhi pertumbuhan penjualan produk kopi luwak yang kontinyu. KERANGKA TEORI Komoditas kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang mampu menjadikan sumber devisa untuk Indonesia, dan kopi merupakan komoditas ekspor yang laku dan memiliki harga jual tinggi. Sentra kopi arabika saat ini berfokus di beberapa tempat, salah satunya yaitu di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung karena sebagai penghasil biji kopi terbanyak dibandingkan dengan daerah lain. Dan mampu memiliki iklim yang sesuai dengan persyaratan tumbuh kopi maka diharapkan kopi dapat tumbuh dengan optimal. Industri kopi di Indonesia terus marak dengan semakin bertambah dan meningkatnya produksi kopi olahan yang dihasilkan oleh pengolahan kopi. Dengan terus bertambahnya tingkat konsumsi dalam negeri maka diperkirakan kebutuhan kopi pun meningkat. Hal ini pun ditandai dengan semakin suburnya produsen kopi di Indonesia. Jenis kopi yaitu kopi luwak sedang marak digandrungi oleh para penikmat dan pencinta kopi di pasar dunia maupun lokal. Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi reguler Arabika dan kopi reguler Robusta. Maka, banyak perusahaan yang tertarik untuk memproduksi kopi luwak. PT. Sinar Mayang Lestari adalah salah satu perusahaan yang memproduksi kopi luwak dan arabica specialty coffee . PT. Sinar Mayang Lestari menangani sendiri kegiatan produksi dari hulu sampai hilir dan telah berhasil membudidayakan binatang luwak secara mandiri. PT. Sinar Mayang Lestari juga sudah memiliki merek dagang dengan nama Malabar Mountain . PT. Sinar Mayang Lestari menghasilkan produksi kopi luwak yang jumlahnya terbatas tak sebanding dengan kopi arabika reguler. Akibatnya harga kopi luwak melambung tinggi. Hal ini disebabkan karena kegiatan pemasaran yang belum berjalan optimal, dalam artian belum mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang murah. 212 Guna menciptakan tujuan pemasaran dan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi maka, perusahaan dibutuhkan adanya bauran pemasaran yang optimal yang terdiri dari empat elemen yaitu produk, harga, tempat saluran distribusi, dan promosi secara optimal. Perusahaan perlu memiliki bauran pemasaran yang berbeda dari para pesaing, karena bauran pemasaran merupakan suatu alat yang digunakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pemasaran sesuai dengan pasar sasaran yang telah ditetapkan. Bauran pemasaran banyak memainkan peran sangat penting dalam mempengaruhi konsumen Proses pendistribusian Kopi Luwak Malabar Mountain ke konsumen dilakukan melalui proses pemasaran. Proses pemasaran yang efisien sangat dibutuhkan dalam memasarkan produksi Kopi Luwak Malabar Mountain . Salah satu indikator keberhasilan pemasaran suatu produk adalah sistem pemasaran yang terjadi berlangsung secara efisien. Permasalahan yang sering dihadapi dalam mewujudkan pemasaran yang efisien adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang diterima produsen yang erat kaitannya dengan pola saluran pemasaran yang terbentuk dan besarnya marjin pemasaran, sehingga untuk meningkatkan pemasaran ini dapat dicapai apabila pola saluran pemasaran dan penyebab tingginya marjin pemasaran diketahui. Selain itu, besar kecilnya bagian yang diterima produsen farmer’s share akan menunjukkan apakah suatu sistem pemasaran berjalan efisien. Gambar 1. Alur Pemikiran METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Mukti Satwa yang terletak di PT. Sinar Mayang Lestari yang berlokasi di Jalan Kampung Cigendel RT 0312, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dan teknik penelitian berupa studi kasus. 213 Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa panduan wawancara yang berisi pertanyaan yang terdiri dari variabel- variabel yang berkaitan dengan penelitian, serta dengan cara observasi pastisipasif, menggunakan dokumentasi, dan studi pustaka. Identifikasi mengenai bauran pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain menggunakan analisis deksripstif, saluran pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain yang paling efisien menggunakan alat analisis marjin, serta analisis pertumbuhan penjualan Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain menggunakan analisis trend. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Tempat Penelitian Desa Margamulya merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Desa Margamulya terbagi kedalam 24 Rukun Warga RW dan 110 Rukun Tetangga RT yang terdiri dari 5.046 Kepala Keluarga. Desa Margamulya berjarak 1 kilometer dari pusat pemerintahan Kecamatan Pangalengan dan bisa ditempuh dengan waktu kira-kira 3 menit. Akses menuju Desa Margamulya dapat ditempuh baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan infrastruktur jalan yang relatif baik. Desa Margamulya memiliki luas wilayah sebesar 1.294,36 Ha dengan ketinggian rata-rata 1.415 mdpl yang terdiri dari pegunungan, hutan, dan ladang. Berdasarkan keadaan iklim, Desa Margamulya memiliki rata-rata curah hujan 2.350mmtahun, jumlah bulan hujan yaitu 6 bulan, kelembaban 20,5atm, dan suhu udara sekitar 18- 23 ℃. Namun saat ini seperti daerah lain pada umumnya 50 intensitas hujan dan perkiraan waktu turun hujannya sulit diprediksi sehingga berpengaruh pada kondisi kehidupan masyarakat, khususnya aktivitas masyarakat yang bergerak pada sektor pertanian. Luas wilayah perkebunan di Desa Margamulya berada pada peringkat pertama yaitu 437,119 Ham 2 47,7 dibandingkan dengan luas wilayah lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa di Desa Margamulya banyak sekali wilayah perkebunan teh dan kopi berdasarkan Data Profil Desa Margamulya Tahun 2014. Desa Margamulya memiliki jumlah penduduk 10.230 jiwa yang terdiri dari 5.251 orang laki-laki 51,33 dan 4.979 orang perempuan 48,67 yang terbagi atas Kepala Keluarga sebanyak 3.259 KK dengan kepadatan penduduk 200 jiwakm 2 berdasarkan Data Profil Desa Margamulya Tahun 2014. Desa Margamulya memiliki penduduk dengan usia produktif angkatan kerja sebanyak 10.202 orang. Sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani 1.824 orang 92,68 dan petani 144 orang 7,31. Sektor pertanian masih dominan bagi penduduk Desa Margamulya dibandingkan dengan mata pencaharian yang lain. Hal tersebut membuktikan bahwa sektor pertanian masih memiliki daya tarik bagi penduduk Desa Margamulya untuk dijadikan mata pencaharian. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah PT. Sinar Mayang Lestari Tabel 3. Sejarah Perusahaan Tahun Sejarah Perusahaan 2012 Berdiri PT. Sinar Mayang Lestari 2013 Pembentukan Malabar Mountain Cafe di Bogor 2014 Menjalankan Bisnis Kopi Luwak 2014 Ekspor Perdana Ke Korea Selatan 2015 Bisnis Roaster Berlaku PT. Sinar Mayang Lestari berdiri pada tanggal 8 November 2012. Pada awalnya Bapak Slamet Prayoga seorang pensiunan asal Kalimantan, beliau ingin menjadi seorang petani di Jawa Barat maka datanglah beliau ke daerah Lembang untuk mengunjungi kerabatnya. Setelah berdiskusi dengan kerabatnya, maka beliau ingin bergerak dibidang usaha perkebunan dan mencari lahan yang cocok untuk usaha perkebunan yaitu di Pangalengan. Di Pangalengan Bapak Slamet Prayoga bertemu dengan Bapak Supriatnadinuri yaitu Ketua Kelompok Tani Hutan Rahayu. Beliau banyak belajar tentang perkebunan yaitu komoditas kopi dari Bapak Supriatnadinuri, karena awalnya Bapak Slamet Prayoga tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang kopi. Dan pada akhirnya, Bapak Slamet Prayoga mendirikan perusahaan yang menggeluti bisnis kopi arabika dan luwak mulai dari hulu sampai hilir dengan slogan “Kopi yang diproses dari kebun sendiri”. Selain memproduksi kopi arabika yang memiliki kualitas tinggi dan berkualitas sesuai dengan standar dan ketentuan specialty coffee , PT. Sinar Mayang Lestari juga memproduksi kopi luwak. Hal ini sepenuhnya perusahaan ingin melestarikan budidaya luwak, dimana hewan sejenis musang tersebut sekarang ini hampir punah, maka perusahaan ingin mengembangkan produk kopi luwak. Menurut Specialty Coffee Association of America SCAA jika kopi termasuk dalam klasifikasi specialty maka kopi tersebut harus memiliki Q Grade dengan nilai di atas 8.5. 214 Visi dan Misi PT. Sinar Mayang Lestari Visi : Berbakti sepenuh jiwa untuk maju bersama Misi : Memberdayakan kebersamaan antara petani, produsen dan konsumen Bauran Pemasaran  Produk Keragaman produk Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain dikatakan sangat beragam. PT. Sinar Mayang Lestari memproduksi kopi luwak dengan berbagai macam sesuai dengan keinginan dan permintaan konsumen. Keragaman produk kopi luwak yang dijual PT. Sinar Mayang Lestari merupakan produk yang dijual terbagi dalam 3 jenis, yaitu: greenbeans coffee, roasted coffee, dan grounded coffee . Perusahaan memperhatikan berbagai aspek seperti kebersihan kandang luwak, kesehatan luwak, nutrsi luwak, serta tidak menjadikan hewan luwak sebagai mesin produksi untuk memproduksi kopi luwak secara terus menerus. Perusahaan pun berkomitmen menghasilkan kopi berkualitas dengan dengan prinsip penanganan pasca panen yang baik dan benar Good Handling Practices - GHP dan telah memperoleh berbagai sertifikat. Merek produk kopi luwak PT. Sinar Mayang Lestari yaitu Kopi Luwak Arabika Malabar Moutain . Nama merek tersebut diambil berdasarkan indikasi lokasi kopi tersebut ditanam, lokasi budidaya kopi luwak, dan tempat pengolahan kopi yang terdapat di Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, dimana lokasi tersebut tepat berada di kaki Gunung Malabar sehingga kata Malabar Mountain dalam merek mengindikasikan nama Gunung Malabar. Desain produk yang dipakai oleh Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain sangat khas, ini dimaksudkan agar masyarakat mengenal dan mudah mengingat produk Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain . Jenis bahan kemasan yang dipakai untuk produk Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain yaitu kemasan siap pakai berbahan baku alumunium foil untuk roasted dan grounded, plastik bening untuk kopi dalam bentuk greenbeans jika kurang dari 5 kilogram, dan karung goni untuk kopi dalam bentuk greenbeans jika lebih dari 5 kilogram. Ukuran produk kopi luwak roasted dan grounded tersedia dalam kemasan yang berukuran 10 gram, 100 gram, 250 gram, 500 gram, dan 1 kilogram. Sementara untuk produk kopi luwak greenbeans tersedia dalam ukuran 1 hingga 5 kilogram.  Harga Tabel 4. Daftar Harga Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain Jenis Ukuran Gram Harga Rp Green beans 1000 800.000 Sangrai Roasted dan Bubuk Grounded 100 177.500 250 434.000 500 857.000 1000 1.300.00 Penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan pangsa pasar dan keinginan perusahaan, hal tersebut dilakukan untuk menarik lebih banyak konsumen serta menstabilkan kedudukannya di pasaran dilihat dari merek dan jenis kualitas produk kopi luwak yang ditawarkan. Perusahaan pun tidak memberikan potongan harga kepada konsumen walaupun pembelian dengan jumlah yang banyak.  Distribusi Proses produksi kopi luwak dari on farm seluruhnya dilakukan di kantor PT. Sinar Mayang Lestari. Pemilihan lokasi produksi kopi luwak ini sangat tepat dikarenakan letak topografi wilayah yang mendukung. Dari kantor menuju areal kebun kopi ditempuh melalui jalan perkebunan teh PTPN VIII dengan jarak ± 3 km. Transportasi yang digunakan adalah kendaraan roda dua motor dan kendaraan roda empat mobil. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi luwak Malabar Mountain dapat dikatakan masih sedikit dan rantai pemasarannya relatif pendek. Pendeknya rantai pemasaran belum tentu akan menghasilkan marjin pemasaran yang kecil dan farmer’s share yang besar. Saluran pemasaran I dan III tidak membutuhkan perantara dalam memasarkannya kepada pihak konsumen akhir. Hal ini disebabkan bahwa konsumen utama kopi luwak Malabar Mountain terbagi menjadi dua yaitu masyarakat dan instansi- instansi pemerintah. saluran pemasaran II melalui middleman atau konsumen perantara karena konsumen akhir kopi luwak Malabar Mountain berasal dari luar kota, seperti Samarinda, Pekalongan, dan Jakarta. Keterangan: Jenis Greenbeans Jenis Roasted dan Grounded Gambar 2. Pola Saluran Pemasaran Kopi Luwak Malabar Mountain 215  Promosi Alat promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan seperti periklanan dan publisitas dengan cara memproduksi video Kopi Luwak Malabar Mountain lalu dimasukan secara media online ke youtube dengan viewer 1000 pada masing-masing video, facebook dengan followers sebanyak 250 orang, website perusahaan. Sedangkan media cetak yaitu dengan brosur maupun artikel-artikel dengan liputan bertemakan kuliner atau bisnis. Hal ini terkait untuk membangun “citra perusahaan” yang baik dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. Penjualan personal juga dilakukan oleh perusahaan dengan cara interaksi langsung dengan calon pembeli dengan tujuan pembelian Kopi Luwak Malabar Mountain biasanya dilakukan di kantor ataupun Malabar Mountain Cafe. Selain itu, promosi penjualan yang telah dilakukan oleh perusahaan ini langkah insentif jangka panjang untuk mendorong pembelian atau penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain , maka dari itu dengan pembuatan Malabar Mountain Cafe salah satu langkah insentif jangka panjang untuk promosi. Perusahaan pun sering mengikuti pameran-pameran yang diadakan di dalam negeri maupun di luar negeri. Mengikuti pameran disertai dengan memberi penawaran kopi espresso gratis kepada pengunjung. Walaupun, pemasukan dan pengeluaran berbeda jauh akan tetapi pengunjung mengetahui dan mengenal produk Malabar Mountain Coffee , sehingga akhirnya tidak. Perusahaan menganggap bahwa alat promosi yang efektif yang telah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang banyak yaitu menggunakan media online seperti facebook dan media cetak seperti artikel-artikel dengan liputan bertemakan kuliner atau bisnis. Selain itu promosi dari mulut ke mulut pun menjadikan produk Malabar Mountain Coffee lebih diketahui dan dikenal masyarakat. Tenaga kerja yang melakukan kegiatan promosi Kopi Luwak Malabar Mountain masih sangat kurang. Saat ini tenaga kerja yang telah melakukan kegiatan promosi yaitu tenaga kerja manajemen perusahaan berjumlah 7 orang, sedangkan perusahaan membutuhkan sales promotion khusus untuk memasarkan produk sebanyak 10 orang. Sehingga untuk kegiatan promosi masih belum optimal. 3. Biaya, Keuntungan, dan Marjin Pemasaran Kopi Luwak Malabar Mountain Tabel 5. Komponen Harga Jual Kopi Luwak Malabar Mountain di Setiap Tingkat Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran Harga Jual RpKg Greenbeans Roasted dan Grounded I 800.000 - II 500.000 - III - 1.300.000 Harga jual greenbean s Kopi Luwak Malabar Mountain yang ditawarkan oleh produsen di saluran pemasaran I pada saat ini yaitu Rp 800.000kg. Tetapi, harga jual greenbean s Kopi Luwak Malabar Mountain yang ditawarkan oleh produsen di saluran pemasaran II lebih rendah yaitu Rp 500.000kg. Harga jual roasted dan grounded Kopi Luwak Malabar Mountain yang ditawarkan oleh produsen di saluran pemasaran III yaitu Rp 1.300.000kg. Produsen tidak menjual roasted dan grounded kepada konsumen perantara karena konsumen perantara bisa melakukan proses itu secara mandiri. Sebagian besar produsen menjual ke konsumen perantara di saluran pemasaran II karena produsen merasa lebih mudah dalam hal cara penjualan. Ini memberikan kepastian penjualan dan tidak mengeluarkan biaya pemasaran yang banyak karena sudah ditanggung oleh konsumen perantara. Tabel 6. Biaya-Biaya Pemasaran Kopi Luwak Malabar Mountain yang Dikeluarkan Pada Setiap Saluran Pemasaran Saluran Pemasaran Biaya Pemasaran RpKg I 120.000 II 6000 III 80.000 Biaya pemasaran terkecil yaitu saluran pemasaran II karena saluran pemasaran yang pendek dan kuantitas penjualan yang besar sehingga bisa menekan biaya pemasaran. Pada setiap saluran pemasaran tidak diperlukan biaya pengangkutan karena biasanya konsumen maupun pihak perantara datang langsung ke kebun untuk membeli Kopi Luwak Malabar Mountain . Biaya pemasaran oleh produsen terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya pengemasan, dan biaya operasional produksi. Tabel 7. Rata-Rata Keuntungan Kopi Luwak Malabar Mountain yang Dikeluarkan Pada Setiap Saluran Pemasaran Saluran Pemasaran Harga Jual RpKg Greenbeans Roasted dan Grounded I 680.000 - II 440.000 - III - 1.220.000 216 Rata-rata keuntungan jenis roasted dan grounded lebih tinggi dibandingkan dengan jenis greenbeans disebabkan jenis roasted dan grounded sudah memiliki nilai tambah yang lebih membuat keuntungan lebih tinggi. Pada saluran pemasaran I terlihat keuntungan yang didapat lebih tinggi dari saluran pemasaran II. Hal tersebut terkait dengan adanya perbedaan harga jual pada saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II. Tabel 8. Jumlah Pembelian Kopi Luwak Malabar Mountain yang Dikeluarkan Pada Setiap Saluran Pemasaran Saluran Pemasaran Harga Jual RpKg Greenbeans Roasted dan Grounded I 3 - II 60 - III - 5 Pihak produsen cenderung menjual ke pihak perantara pada saluran pemasaran II dengan jumlah pembelian 60 kg, cukup jauh bila dibandingkan dengan saluran pemasaran I dan saluran pemasaran III. Frekuensi pembelian dari saluran pemasaran I yaitu sebanyak 3 kg dan saluran pemasaran III sebanyak 5 kg untuk setiap pembelian. Maka, pihak produsen lebih memilih saluran pemasaran II, walaupun sifatnya menunggu pesanan dari konsumen perantara karena konsumen perantara pun menunggu pesanan dari konsumen. Hal ini berbeda dengan jumlah pembelian pada saluran pemasaran I dan saluran pemasaran III yang relatif sedikit juga disebabkan karena konsumen akhir membeli ke pihak produsen di Pangalengan dengan waktu yang sangat jarang. Dalam keadaan demikian, produsen merasa dirugikan jika tidak adanya saluran pemasaran II dan pembelian dengan jumlah yang banyak ini akan berakibat kepada saluran pemasaran yang lainnya sehingga harus mencari pasar Kopi Luwak Malabar Mountain .

4. Efisiensi Pemasaran Kopi Luwak Malabar

Mountain Berdasarkan hasil penelitian, total marjin di setaiap saluran pemasaran, maka marjin yang diterima saluran pemasaran II lebih kecil dari ketiga saluran tersebut Saluran II Saluran III Saluran I. Tingkat efisiensi saluran pemasaran jenis greenbean , saluran pemasaran I menghasilkan total marjin pemasaran yang besar yaitu Rp 800.000kg 15 dengan biaya pemasaran Rp 120.000kg dan keuntungan pemasaran Rp 680.000kg. Sedangkan, saluran pemasaran II memiliki tingkat efisiensi saluran pemasaran yang semakin tinggi. Hal ini ditujukkan dengan total marjin pemasaran yang lebih kecil yaitu Rp 500.000kg 12 dengan biaya pemasaran Rp 60.000kg dan keuntungan pemasaran Rp 440.000kg. Sedangkan, tingkat efisiensi saluran pemasaran jenis roasted dan grounded memiliki total marjin pemasaran yaitu Rp 1.300.000kg 6,15 dengan biaya pemasaran Rp 80.000kg dan keuntungan pemasaran Rp 1.220.000kg. Berdasarkan perhitungan, maka saluran pemasaran II memiliki marjin terkecil dan kombinasi keuntungan dan biaya pemasaran yang kecil juga. Tabel 9. Marjin Pemasaran Kopi Luwak Malabar Mountain Berdasarkan Saluran Pemasaran Rpkg Rincian Biaya dan Keuntungan Pemasaran Saluran Pemasaran I II III Biaya Pemasaran 120.000 60.000 80.000 Keuntungan Pemasaran 680.000 440.000 1.220.000 Total Marjin 800.000 500.000 1.300.000 Persentase Marjin 15 12 6,15 Bagian yang diterima produsen farmer’s share pada saluran pemasaran I yaitu 85. Bagian yang diterima produsen farmer’s share pada saluran pemasaran II yaitu 88. Bagian yang diterima produsen farmer’s share paling besar pada saluran pemasaran III yaitu 93,84. Hal ini terjadi karena, ada nilai tambah dari produk sehingga konsumen rela menempuh jarak yang cukup jauh ke lokasi kebun di Pangalengan. Nilai tambah dari Kopi Luwak Malabar Mountain yang dibeli pada saluran pemasaran III tersebut antara lain jenis roasted dan grounded . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, bagian saluran pemasaran Kopi Luwak Malabar Mountain yang terjadi adalah efisien, dimana bagian harga yang diterima produsen berkisar antara 85 sampai 93 atau rata-rata 88,94. Tabel 10. Nilai Farmer’s Share Kopi Luwak Malabar Mountain Berdasarkan Saluran Pemasaran Saluran Pemasaran Hp Rpkg He Rpkg Farmer’s Share I 680.000 800.000 85 II 440.000 500.000 88 III 1.220.000 1.300.000 93,84 217

5. Pertumbuhan

Penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain Analisis pertumbuhan penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain yang dilakukan pada PT. Sinar Mayang Lestari diawali dengan mengambil data dalam rentang waktu 1 tahun yang dimulai dari bulan Mei 2014 sampai Mei 2015. Data yang digunakan merupakan data penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain dalam satuan gram dan merupakan data bulanan perusahaan. Dari data deret waktu penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain akan menggambarkan pola data yang membantu menentukan pola data yang terbentuk dari data penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain PT. Sinar Mayang Lestari. Gambar 3. Pola Saluran Pemasaran Kopi Luwak Malabar Mountain Dengan adanya penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain yang masih berfluktuatif selama bulan Mei 2014 sampai bulan Mei 2015 seperti yang sudah tertera pada Gambar 18. Volume penjualan tertinggi terjadi pada bulan April 2015 sebesar 62.600 gram, hal ini dikarenakan kebutuhan konsumen dan permintaan akan Kopi Luwak Malabar Mountain sedang banyak. Pada bulan Juli 2014 tidak ada penjualan yang dilakukan, hal ini dikarenakan permintaan kopi yang tidak stabil. Perkembangan penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain meningkat pada bulan Agustus 2014 mencapai 30.020 gram, namun mengalami penurunan penjualan pada bulan September yaitu sebesar 26.860 gram. Penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain kembali mengalami peningkatan kembali pada bulan Oktober 2014 sebanyak 58.960 gram, dan kembali mengalami penurunan penjualan pada bulan November 2014 yaitu sebanyak 58.320 gram. Pada bulan Desember 2014 mengalami peningkatan kembali sebanyak 56.320 gram. Pada bulan Januri 2105 penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain kembali mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yaitu sebanyak 59.580 gram, mengalami peningkatan kembali pada bulan Februari 2015. Dan pada bulan Maret 2015 mengalami penurunan yang sangat besar yaitu 290 gram dan kembali mengalami peningkatan pada bulan April sebanyak 62.350 gram, dan kembali menurun pada bulan Mei 2015 sebanyak 62.100 gram. Volume penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain pada bulan Agustus 2014, Oktober 2014, Desember 2014, Februari 2015, dan April 2015 dikarenakan permintaan greenbeans dari pihak konsumen perantara sedang banyak karena sedang terkait kontrak penjualan domestik dengan salah satu ritel besar yaitu LOKA, kontrak ini dimulai pada bulan Agustus 2014 dan pengiriman 2 bulan sekali. Sedangkan di bulan-bulan lainnya dipengaruhi faktor permintaan kopi yang tidak stabil dikarenakan adanya persaingan. Persaingan produk kopi luwak menjadi ketat dengan munculnya produsen-produsen baru, tidak hanya produsen baru tetapi produsen yang lebih dulu memproduksi kopi luwak menjadikan persaingan begitu ketat. Selain itu terdapat faktor musiman yaitu cuaca yang mempengaruhi pemetikan buah cherry kopi dan faktor hasil fermentasi luwak yang berakibat pada produksi Kopi Luwak Malabar Mountain . Persamaan garis trend linier volume penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain hasil dari analisis adalah Y = 19.504,61 + 1.698,35X. Persamaan ini menunjukkan besarnya nilai koefisien trend adalah sebesar 1.698,35 gram yang berarti bahwa penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain setiap bulannya mengalami peningkatan sebesar 1.698,35 gram. Peningkatan trend tersebut menunjukkan selama satu tahun terakhir yaitu dari bulan Mei 2014 sampai Mei 2015 koefisien arah dan trend penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain adalah positif. Sementara nilai intersep hasil dari analisis trend didapatkan sebesar 19.504,61 yang berarti bahwa rata-rata penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain selama satu tahun terakhir adalah sebesar 19.504,61 gram. Dengan menggunakan persamaan tersebut, dapat diramalkan volume penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain untuk beberapa bulan kedepan. Untuk penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain pada bulan Juni tahun 2015, maka Y = 19.504,61 + 22.078,55 = 41.583,16. Artinya, volume penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain pada bulan Juni 2015 diperkirakan sebesar 41.583,16 gram. Dan untuk penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain pada bulan Juli tahun 2015, maka Y = 19.504,61 + 23.776,9 = 43.281,51. Artinya, volume penjualan Kopi Luwak Malabar Mountain pada bulan Juli 2015 diperkirakan sebesar 43.281,51 gram. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 218 6. Bauran pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain di PT. Sinar Mayang Lestari adalah: a. Produk: Keragaman produk kopi luwak yang dijual terbagi dalam 3 jenis yaitu greenbeans coffee, roasted coffee, dan grounded coffee. Kemasan yang dipakai berbahan baku alumunium foil, plastik dan karung goni. Ukuran produk tersedia ukuran 10 gram, 100 gram, 250 gram, 500 gram, dan 1 kilogram hingga 5 kilogram. b. Harga: Penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan pangsa pasar dan keinginan perusahaan. Tidak ada standar harga dunia untuk kopi luwak. c. Distribusi: Terdapat tiga pola saluran pemasaran Kopi Luwak Malabar Mountain dan rantai pemasaran relatif pendek. d. Promosi: Alat promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan seperti memproduksi video Kopi Luwak Malabar Mountain lalu dimasukan ke youtube, facebook , website , brosur maupun artikel-artikel dengan liputan bertemakan kuliner atau bisnis penjualan personal, pembuatan MM Cafe salah satu langkah insentif jangka panjang untuk promosi, mengikuti pameran-pameran. 2. Saluran pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain di PT. Sinar Mayang Lestari yang paling efisien jenis greenbeans yaitu saluran pemasaran II dan memiliki nilai farmer’s share lebih dari 50 yaitu 85. 3. Pertumbuhan penjualan Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain di PT. Sinar Mayang Lestari satu tahun terakhir yaitu bulan Mei 2014 – Mei 2015 memiliki trend positif. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Perlu melakukan pengukuran efektifitas promosi yang telah dan sedang dilakukan dan sales promotion yang khusus guna memasarkan produk Malabar Mountain Coffee. 2. Tim manajemen perusahaan tidak perlu melakukan semua pekerjaan, karena di dalam manejemen yang baik perlu melakukan pekerjaan sesuai dengan jobdesk masing-masing. 3. Untuk mempermudah peramalan penjualan disarankan agar perusahaan menggunakan perangkat lunak software seperti Microsoft Excel . UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu kelancaran penyelesaian makalah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 6. Dhany Esperanza, SP., MBA.. selaku dosen pembimbing. 7. Kepala Desa Margamulya dan seluruh perangkat Desa Margamulya. 8. Pak Slamet Prayoga selaku Direktur Utama PT. Sinar Mayang Lestari. 9. Para karyawan PT. Sinar Mayang Lestari. 10. Pihak Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat dan Dinas Perkebunan Kabupaten. DAFTAR PUSTAKA Andi, Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia. 2013. Konsumsi Kopi di Indonesia. Melalui http:www.aeki-aice.org [Diakses pada tanggal 7 Maret 2015] Badan Pusat Statistik. 2006 . Analisis Profil PerusahaanUsaha Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2013. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia . Melalui http:www.bps.go.id [Diakses pada tanggal 20 Januari 2015] Badan Standarisasi Nasional. 2007. Spesifikasi Persyaratan Mutu Biji Kopi . SNI No 01- 2907-1999. Basu Swastha, DH dan Irawan. 2004. Manajemen Pemasaran Modern . Yogyakarta: Liberty. Basu Swastha, DH. 2005. Manajemen Penjualan. Yogyakarta: Liberty. Choiri, Achmad dan Aro Fajar Sunartomo. 2008. Keragaan Agribisnis dan Prospek Pemasaran Kopi Rakyat. Jurnal J-Sep Vol. 2 No. 3 Jember. Ciptadi, W dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi . Fakultas Teknologi Institut Pertanian Bogor. Darmawati. 2005. Analisis Pemasaran Mendong di Kabupaten Sleman . Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Tidak dipublikasikan. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2012. Daerah Unggulan Penghasil Kopi di Provinsi Ja wa Barat. Dirjen Perkebunan. 2012. Luas Lahan dan Produksi Kopi Indonesia. Kementrian Perkebunan. 219 Higgins, Robert C, 2003. Analysis for Financial Management , Seventh Edition . McGraw- Hill, Singapore. Hutagaol, Vici Kristina. 2002. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Produk Minuman Kopi di Potluck Coffee Bar and Library Bandung . Skripsi Program Studi Manajemen., Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Bandung. International Coffee Organization . 2015. Total Produksi Tahunan Negara Eksportir Kopi. Melalui http:www.ico.org [Diakses pada tanggal 12 Februari 2015] Kharisma, Dimas, Endang Siti Rahayu, Setyowati. 2013. Analisis Efisiensi Pemasa ran Jagung di Kabupaten Grobogan. Jurnal Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kotler, P dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran Jilid II, Edisi Keduabelas . Jakarta: Erlangga. Kuswarak. 2010. Analisis Bauran Pemasaran Terhadap Volume Penjualan Nata De Coco Ukuran 220 Gr Pada PT. Keong Nusantara Abadinatar Lampung Selatan. Fakultas Ekonomi Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian . Jakarta: LP3ES. M. Yahmadi. 2000. “Sejarah Kopi Arabika di Indonesia”. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia . Vol 16, No.3, p.180. Najiyati, Sri dan Danarti. 2004. Kopi, Budidaya dan Penanganan Pascapanen . Jakarta: Penebar Swadaya. Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi . Jakarta: Agromedia Pustaka Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian . UMM Press. Malang Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD . Bandung: Alfabeta Cv. Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran, Edisi Ketiga . Yogyakarta: Andi. Wachjar, A. 2013. Pengantar Budidaya Kopi. Fakultas Pertanian, Bogor. Zaini, Achmad. 2011. Analisis Prospek Pemasaran Ayam Petelur Di Kalimantan Timur. Jurnal EEP.Vol.8.No 1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda.

Dokumen yang terkait

M02070

4 15 382