Peluang Pasar Analisis Stakeholder Analisis stakeholder mengacu pada hasil identifikasi
207 Agribisnis.
Universitas Muhammadiyah
Malang. Andityo Triutomo. 2014. “
Perlukah Indonesia Meratifikasi
FCTC
”. http:ekonomi.kompasiana.combisnis2014
0504perlukah-indonesia-meratifikasi-fctc- framework-convention-on-tobacco-control-
653496.html. Diakses pada tanggal 18 September 2014.
Anwas, Adiwilaga. 1982.
Ilmu Usaha Tani
. Alumni: Bandung.
Bachraen Saeful, 2012.
Penelitian Sistem Usaha Pertanian di Indonesia
. Bandung : IPB Press.
Badan Pusat Statistika, 2012.
Perkembangan Volume Ekspor Tembakau di Indonesia Tahun 2008-
2012
. Jakarta : Badan Pusat Statistika. Cahyono, Bambang, 2011.
Untung Selangit dari Usaha Bertanam Tembakau
. Yogyakarta : Cahya Atma Pustaka.
Damanik, Arianty Lediana; Chalil, Diana; Ayu, Sri Fajar. -.
Faktor-faktor Pendorong dan Penarik Alih Fungsi Usaha Perkebunan
Kopi Robusta ke Kopi Arabica
. Jurnal Universitas Sumatera Utara.
Departemen Perindustrian, 2009.
Roadmap Industri Pengolahan Tembakau
. Jakarta : Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2013.
Statistik Perkebunan Jawa Barat Tahun 2013
. Bandung : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011.
Statistik Perkebunan Indonesia 2008-2009 dan 2009-
2011
. Jakarta : Kementrian Pertanian. Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012.
Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012
. Jakarta : Kementrian Pertanian.
Food and Agriculture Organization Corporate Statistical,
2010. http:faostat.fao.orgsite339default.aspx.
Diakses pada tanggal 24 November 2014. Hanum, C, 2008.
Teknik Budidaya Tanaman
. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Hasan, Fuad; Darwanto, Dwidjono Hadi, 2013.
Prospek dan
Tantangan Usahatani
Tembakau Madura
. SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : 63
–70. Husin, Sofyan, 2009.
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani dan
Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Petani
. Tesis Magister Ekonomi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Indonesia. Isaskar, Riyanti, 2014. Modul 1.
Pendahuluan: Pengantar
Usaha Tani, Laboratorium
Analisis dan
Manajemen Agribisnis
. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Kartikaningsih, Anita. 2009.
Analisis Faktor-faktor yang Mmempengaruhi Motivasi Petani
dalam Berusahatani Tebau
. Skripsi Sarjana Ekonomi.
Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Khanisa, Fatma Artati. -. Analisis
Pendapatan Petani Tembakau di Desa Menggoro Kecamatan
Tembarak Kabupaten Temanggung
. Jurnal UGM
: http:lib.geo.ugm.ac.idojsindex.phpjbiart
icleviewFile106103. Diakses pada tanggal 26 Januari 2015.
Kementrian Keuangan, 2013.
Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2013
. Jakarta : Kementrian Keuangan Republik
Indonesia. Nurnanaf, Rozany.
Lembaga Informal Pembiayaan Mikro Lebih Dekat dengan Petani
. Jurnal Pusat
Analisis Sosial
Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian
: http:pse.litbang.pertanian.go.id.
Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2012.
Potensi Sumber
Daya Alam
. Jabarprov.go.id.
Diakses pada tanggal 27 Desember 2014. PT. Televisi Madiun Media Visual Utama. 2013.
Tolak PP No. 109 Tahun 2012, Ribuan Petani Tembakau Demo
. www.sakti.tv. Diakses pada tanggal 16 Januari 2015.
Rachmat, Muchjidin; Nuryanti, Sri. 2009.
Dinamika Agribisnis
Tembakau Dunia
dan Implikasinya
bagi Indonesia
. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. Volume 27 No. 2. Desember 2009 : 73-91.
Rodjak, Abdul, 2006.
Manajemen Usahatani
, Bandung : Pustaka Giratuna.
Sanusi. 2014. “
Gappri : Cukai Naik, Industri Rokok
Terancam Gulung
Tikar”. http:www.tribunnews.combisnis201410
10gappri-cukai-naik-industri-rokok- terancam-gulung-tikar. Diakses pada tanggal
26 Oktober 2014.
Saragih, B, dan Y, B, Krisna Murthi. 1993.
Pengembangan Agribisnis Berskala Kecil
. Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian.
Bogor. Shinta, Agustina. 2011.
Ilmu Usahatani
. UB Press: Malang.
Soekartawi, 2003.
Teori Ekonomi Produksi
. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono, 2014.
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD
. Bandung : Alfabeta.
208 Susanti, Lisana Widi. 2008.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Petani dalam Penerapan Pertanian Padi Organik
. Skripsi Sarjana Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
TCSC. 2013.
Indonesia Tobacco Atlas Edisi 2013
. Jakarta : Tobacco Control Support Center-
Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat
Indonesia. Urber, Silalahi. 2009.
Metode Penelitian Sosial
. Bandung : PT. Refika Aditama.
Utari, Trinanda. 2011.
Faktor Penarik dan Pendorong Petani dalam Mengusahakan
Tembakau di Luar Desa Asal
. Skripsi Sarjana Pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjadjaran. WHO. Framework Convention on Tobacco Control,
Fifty-Sixth World Health Assembly. 21 May 2003.
Widyastuti, Atiek. 2013.
Peraturan Pemerintah Risaukan
Petani Tembakau
Klaten
.c krjogja.com. Diakses pada tanggal 16
Januari 2015.
209
Bauran Pemasaran dan Pertumbuhan Penjualan Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain Studi Kasus di PT. Sinar Mayang Lestari, Desa Margamulya,
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Marketing Mix And Sales Growth of Malabar Mountain Arabica Civet Coffee
Case Study at PT. Sinar Mayang Lestari, Margamulya Village, Pangalengan Sub- district, Bandung District, Jawa Barat Province
Ghina Davita Ramdhayani
1
, Dhany Esperanza
1
1
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Ja tinangor
ABSTRAK Kata Kunci:
Kopi Luwak Bauran
Saluran Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di
samping komoditas kopi reguler Arabika dan kopi reguler Robusta. PT. Sinar Mayang Lestari adalah salah satu perusahaan yang memproduksi, menangani sendiri kegiatan
produksi kopi luwak dari hulu sampai hilir dan telah berhasil membudidayakan binatang luwak secara mandiri. Tujuan penelitian ini yaitu: 1 diperoleh gambaran bauran
pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar
Mountain
2 mengidentifikasi dan menganalisis saluran pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar
Mountain
yang paling efisien 3 mengidentifikasi dan menganalisis pertumbuhan penjualan Kopi Luwak Arabika Malabar
Mountain
. Penelitian dilakukan di PT. Sinar Mayang Lestari yang berlokasi di Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Desain penelitian yang
digunakan adalah desain kualitatif, sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan alat analisis efisiensi
pemasaran dan analisis trend. Hasil penelitian menunjukkan produk kopi luwak yang dijual dengan jenis
greenbeans coffee, roasted coffee,
dan
grounded coffee
dengan berbagai ukuran dengan harga yang kompetitif dan kegiatan promosi yang dilakukan
masih belum efektif. Terdapat tiga pola saluran pemasaran untuk Kopi Luwak Malabar
Mountain
, dilihat dari farmer’s share ketiga saluran pemasaran tergolong efisien.
Pertumbuhan penjualan satu tahun terakhir memiliki trend positif.
ABSTRACT
Keywords: Civet Coffee,
Marketing Mix Marketing Channel
In addition to Arabica and Robusta as a regular coffee commodity, civet coffee is another effort to increase coffee commodity value. PT. Sinar Mayang Lestari is a company which
is solely producing and handling a production of civet coffee from the beginning to a finishing touch, also the company has been successfully cultivating luwak animal
independently. The purpose of this study are including: 1 to obtain the marketing mix of
Malabar Mountain’s Arabica Civet Coffee, 2 to identify and analy
ze the most efficient
marketing channel of Malabar Mountain’s Arabica Civet Coffee, and 3 to identify and analyze the sales growth of Malabar Mountain’s Arabica Civet Coffee. This research took
place in PT. Snar Mayang Lestari which is located at Margamulya village, Pangalengan Sub-district, Bandung District. This research is a case study resea rch. The obtained datas
this research analyzed using the analytical tools which analyze marketing efficiency and trend. The result of this research showed that luwa k coffee products sold which includes
greenbeans coffee, roasted coffee, and grounded coffee with a variety sizes, competitive prices, and promotional activity is still not effective. There are three marketing channel
patterns for Malabar Mountain’s Arabica Civet Coffee, seen from the farmer’s share
perspective, those three ma rketing channels relatively efficient. This past year sales growth had a possitive trend.
Korespondensi Penulis Alamat e-mail:ghinadavitaagmail.com
210
PENDAHULUAN
Sektor perkebunan memiliki komoditas pertanian dunia yang mampu bertahan sejak pertama
kali ditemukan sejak abad ke-9, komoditas tersebut adalah kopi. Kopi mampu menjadikan sumber devisa
untuk Indonesia karena Indonesia salah satu negara terbesar penghasil kopi di dunia. Menurut
International Coffee Organization
ICO, konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun sehingga
peningkatan produksi kopi di Indonesia merupakan peluang besar untuk mampu mengekspor kopi ke
negara-negara pengkonsumsi kopi dunia seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang.
Tabel 6.Total Produksi Tahunan Negara Eksportir Kopi
Negara Total Produksi x 1000 bags
2012 2013
2014
Brazil 50826
49152 45342
Vietnam 25000
27500 27500
Indonesia 13048
11667 9000
Columbia 9927
12124 12500
Sumber:
International Coffee Organization
2015 Catatan: 1 bags = 60 kg
Negara Indonesia berada di peringkat ketiga setelah Brazil dan Vietnam dan total produksi kopi
untuk di ekspor dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Walaupun pada tahun 2012 Indonesia
mengalami peningkatan yang sangat tinggi sebanyak 79,03, namun kembali menurun pada tahun 2013
sebesar 10,58 dan terus menurun sampai tahun 2014. Padahal Indonesia memiliki luas areal
perkebunan kopi yang mencapai 1,2 juta hektar ini tersebar di berbagai daerah nusantara bagi pasar
internasional yang menjadikan salah satu peluang Indonesia untuk melebihi Brazil dan Vietnam sebagai
penghasil kopi terbesar di dunia.
Perkembangan produksi ekspor kopi di Indonesia dalam berbagai jenis produk olahan masih
fluktuatif. Pada tahun 2012, terdapat peningkatan jumlah volume kopi sebanyak 47,09 dan
peningkatan nilai ekspor kopi di Indonesia sebanyak
41,27, ini disebabkan karena pemerintah Indonesia
ingin menjadikan kopi sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Maka, Indonesia terus
meningkatkan produksi kopi dalam berbagai jenisbentukvariasi produk olahan untuk mengisi
pasar kopi di dunia. Tabel 2
Tabel 7. Perkembangan Ekspor Kopi di Indonesia Tahun
Tahun Volume
Nilai
2007 336
686 2008
491 1.078
Tahun Volume
Nilai
2009 518
882 2010
440 855
2011 2012
354 520
1.086 1.534
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013. Catatan: Volume dalam 000 Ton, Nilai dalam 000 US
Beberapa provinsi di Indonesia yang mengembangkan perkebunan kopi salah satunya
yaitu Provinsi Jawa Barat. Jawa barat memiliki iklim yang sesuai dengan persyaratan tumbuh kopi maka
diharapkan kopi dapat tumbuh dengan optimal. perkembangan luas areal dan produksi kopi di Jawa
Barat dari tahun ke tahun terus menunjukan peningkatan. Sedangkan untuk produktivitas kopi
mengalami fluktuatif. Kabupaten Bandung masih menjadi kabupaten dengan luas lahan serta jumlah
produksi kopi terbesar di Jawa Barat, dengan rata- rata wilayah yang terletak di dataran tinggi maka hal
itu akan menjadi penunjang tumbuh suburnya tanaman kopi arabika di Kabupaten Bandung. Jenis
kopi yang cocok ditanam di tanah Jawa Barat ini yaitu kopi arabika.
Kebijakan Gubernur Jawa barat yang mengharuskan adanya alih komoditas pada tahun
2002, sehingga tanaman kopi di Kabupaten Bandung ditanam diatas lahan hutan milik Perum Perhutani
yang dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH. LMDH memiliki program yaitu PHBM
Program Hutan Bersama Masyarakat yang merupakan suatu sistem pengelolaan sumberdaya
hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa.
Kecamatan Pangalengan terdapat Desa Margamulya merupakan sentra penghasil kopi
terbanyak di Kecamatan Pangalengan. Berkat pengembangan tanaman kopi dan hadirnya pabrik
pengolahan biji kopi di Desa Margamulya, arus urbanisasi masyarakat dari desa ke kota terus
berkurang.
Industri kopi di Indonesia terus marak dengan semakin bertambah dan meningkatnya
produksi kopi olahan yang dihasilkan oleh pengolahan kopi. Tingkat konsumsi kopi dalam
negeri mencapai 1,0 kilogramkapitatahun AEKI, 2013. Dengan terus bertambahnya tingkat konsumsi
dalam negeri maka diperkirakan kebutuhan kopi pun meningkat. Melihat perkembangan ini, berbisnis kopi
merupakan peluang usaha yang sangat baik sekarang ini karena sudah banyak masyarakat yang
mengkonsumsi kopi. Saat ini terdapat kopi yang terbilang sedang marak digandrungi oleh para
penikmat dan pencinta kopi di pasar dunia maupun
211 lokal yaitu kopi luwak, sehingga seringkali disebut
sebagai primadona kopi saat ini. Kopi luwak merupakan salah satu upaya
meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi reguler Arabika dan kopi
reguler Robusta. Dengan proses produksi yang terbilang sangat unik, yaitu dari biji kopi berbentuk
buah cherry yang telah dimakan dan diproses melalui proses pencernaan seekor luwak yang kemudian
dapat menghasilkan kopi dengan rasa yang sangat khas dan juga spesial, menjadikan kopi luwak
sebagai kopi termahal yang ada di dunia saat ini.
Salah satu perusahaan yang memproduksi kopi luwak adalah PT. Sinar Mayang Lestari yang
berada di
Desa Margamulya,
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Perusahaan ini telah menjalankan bisnis kopi luwak dari tahun 2014. PT. Sinar Mayang Lestari
menangani sendiri kegiatan produksi dari hulu sampai hilir dan telah berhasil membudidayakan
binatang luwak secara mandiri. PT. Sinar Mayang Lestari juga sudah memiliki merek dagang dengan
nama
Malabar Mountain
. Guna menciptakan tujuan pemasaran dan
pertumbuhan penjualan
yang tinggi
maka, perusahaan dibutuhkan adanya bauran pemasaran
yang optimal yang terdiri dari empat elemen yaitu produk, harga, tempat saluran distribusi, dan
promosi secara optimal. Perusahaan perlu memiliki bauran pemasaran yang berbeda dari para pesaing,
karena bauran pemasaran merupakan suatu alat yang digunakan dalam rangka untuk mencapai tujuan
pemasaran sesuai dengan pasar sasaran yang telah ditetapkan. Dengan bauran pemasaran yang optimal
akan meningkatkan daya tarik konsumen untuk memilih dan membeli produk Kopi Luwak Malabar
Mountain
tanpa memilih produk kopi luwak yang lain.
Proses pendistribusian Kopi Luwak Malabar
Mountain
ke konsumen dilakukan melalui proses pemasaran. Proses pemasaran yang efisien sangat
dibutuhkan dalam memasarkan produksi Kopi Luwak Malabar
Mountain
. Salah satu indikator keberhasilan pemasaran suatu produk adalah sistem
pemasaran yang terjadi berlangsung secara efisien. Permasalahan
yang sering
dihadapi dalam
mewujudkan pemasaran yang efisien adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang diterima produsen
yang erat kaitannya dengan pola saluran pemasaran yang terbentuk dan besarnya marjin pemasaran,
sehingga untuk meningkatkan pemasaran ini dapat dicapai apabila pola saluran pemasaran dan penyebab
tingginya marjin pemasaran diketahui. Selain itu, besar kecilnya bagian yang diterima produsen
farmer’s share akan menunjukkan apakah suatu sistem pemasaran berjalan efisien.
Dari yang sudah dijelaskan diatas dan akan mempengaruhi pertumbuhan penjualan perusahaan
khususnya kopi luwak. Menurut Swastha dan Handoko 2005, perusahaan dapat dikatakan
mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dalam aktivitas
utama operasinya. Sehingga akan berpengaruh besar untuk kemajuan PT. Sinar Mayang Lestari. Hal ini
pun akan mempengaruhi pertumbuhan penjualan produk kopi luwak yang kontinyu.
KERANGKA TEORI
Komoditas kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang mampu menjadikan sumber
devisa untuk Indonesia, dan kopi merupakan komoditas ekspor yang laku dan memiliki harga jual
tinggi. Sentra kopi arabika saat ini berfokus di beberapa tempat, salah satunya yaitu di Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung karena sebagai penghasil biji kopi terbanyak dibandingkan dengan
daerah lain. Dan mampu memiliki iklim yang sesuai dengan persyaratan tumbuh kopi maka diharapkan
kopi dapat tumbuh dengan optimal.
Industri kopi di Indonesia terus marak dengan semakin bertambah dan meningkatnya
produksi kopi olahan yang dihasilkan oleh pengolahan kopi. Dengan terus bertambahnya tingkat
konsumsi dalam negeri maka diperkirakan kebutuhan kopi pun meningkat. Hal ini pun ditandai dengan
semakin suburnya produsen kopi di Indonesia.
Jenis kopi yaitu kopi luwak sedang marak digandrungi oleh para penikmat dan pencinta kopi di
pasar dunia maupun lokal. Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah
komoditas kopi, di samping komoditas kopi reguler Arabika dan kopi reguler Robusta. Maka, banyak
perusahaan yang tertarik untuk memproduksi kopi luwak. PT. Sinar Mayang Lestari adalah salah satu
perusahaan yang memproduksi kopi luwak dan
arabica specialty coffee
. PT. Sinar Mayang Lestari menangani sendiri kegiatan produksi dari hulu
sampai hilir dan telah berhasil membudidayakan binatang luwak secara mandiri. PT. Sinar Mayang
Lestari juga sudah memiliki merek dagang dengan nama
Malabar Mountain
. PT. Sinar Mayang Lestari menghasilkan
produksi kopi luwak yang jumlahnya terbatas tak sebanding dengan kopi arabika reguler. Akibatnya
harga kopi luwak melambung tinggi. Hal ini disebabkan karena kegiatan pemasaran yang belum
berjalan optimal, dalam artian belum mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada
konsumen dengan biaya yang murah.
212 Guna menciptakan tujuan pemasaran dan
tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi maka, perusahaan dibutuhkan adanya bauran pemasaran
yang optimal yang terdiri dari empat elemen yaitu produk, harga, tempat saluran distribusi, dan
promosi secara optimal. Perusahaan perlu memiliki bauran pemasaran yang berbeda dari para pesaing,
karena bauran pemasaran merupakan suatu alat yang digunakan dalam rangka untuk mencapai tujuan
pemasaran sesuai dengan pasar sasaran yang telah ditetapkan. Bauran pemasaran banyak memainkan
peran
sangat penting
dalam mempengaruhi
konsumen Proses pendistribusian Kopi Luwak Malabar
Mountain
ke konsumen dilakukan melalui proses pemasaran. Proses pemasaran yang efisien sangat
dibutuhkan dalam memasarkan produksi Kopi Luwak Malabar
Mountain
. Salah satu indikator keberhasilan pemasaran suatu produk adalah sistem
pemasaran yang terjadi berlangsung secara efisien. Permasalahan
yang sering
dihadapi dalam
mewujudkan pemasaran yang efisien adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang diterima produsen
yang erat kaitannya dengan pola saluran pemasaran yang terbentuk dan besarnya marjin pemasaran,
sehingga untuk meningkatkan pemasaran ini dapat dicapai apabila pola saluran pemasaran dan penyebab
tingginya marjin pemasaran diketahui. Selain itu, besar kecilnya bagian yang diterima produsen
farmer’s share akan menunjukkan apakah suatu sistem pemasaran berjalan efisien.
Gambar 1. Alur Pemikiran METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Mukti Satwa yang terletak di PT. Sinar Mayang
Lestari yang berlokasi di Jalan Kampung Cigendel RT
0312, Desa
Margamulya, Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dan teknik penelitian
berupa studi kasus.
213 Pengumpulan
data dilakukan
dengan menggunakan alat bantu berupa panduan wawancara
yang berisi pertanyaan yang terdiri dari variabel- variabel yang berkaitan dengan penelitian, serta
dengan cara observasi pastisipasif, menggunakan dokumentasi, dan studi pustaka. Identifikasi
mengenai bauran pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar
Mountain
menggunakan analisis deksripstif, saluran pemasaran Kopi Luwak Arabika Malabar
Mountain
yang paling efisien menggunakan alat analisis marjin, serta analisis pertumbuhan penjualan
Kopi Luwak
Arabika Malabar
Mountain
menggunakan analisis trend. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Tempat Penelitian
Desa Margamulya merupakan salah satu desa
yang terletak
di wilayah
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa
Barat. Desa Margamulya terbagi kedalam 24 Rukun Warga RW dan 110 Rukun Tetangga RT yang
terdiri dari
5.046 Kepala
Keluarga. Desa
Margamulya berjarak 1 kilometer dari pusat pemerintahan Kecamatan Pangalengan dan bisa
ditempuh dengan waktu kira-kira 3 menit. Akses menuju Desa Margamulya dapat ditempuh baik
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan infrastruktur jalan yang relatif baik.
Desa Margamulya memiliki luas wilayah sebesar 1.294,36 Ha dengan ketinggian rata-rata
1.415 mdpl yang terdiri dari pegunungan, hutan, dan ladang.
Berdasarkan keadaan
iklim, Desa
Margamulya memiliki
rata-rata curah
hujan 2.350mmtahun, jumlah bulan hujan yaitu 6 bulan,
kelembaban 20,5atm, dan suhu udara sekitar 18- 23
℃. Namun saat ini seperti daerah lain pada umumnya 50 intensitas hujan dan perkiraan waktu
turun hujannya sulit diprediksi sehingga berpengaruh pada kondisi kehidupan masyarakat, khususnya
aktivitas masyarakat yang bergerak pada sektor pertanian. Luas wilayah perkebunan di Desa
Margamulya berada pada peringkat pertama yaitu 437,119 Ham
2
47,7 dibandingkan dengan luas wilayah lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa di Desa
Margamulya banyak sekali wilayah perkebunan teh dan kopi berdasarkan Data Profil Desa Margamulya
Tahun 2014.
Desa Margamulya
memiliki jumlah
penduduk 10.230 jiwa yang terdiri dari 5.251 orang laki-laki 51,33 dan 4.979 orang perempuan
48,67 yang terbagi atas Kepala Keluarga sebanyak 3.259 KK dengan kepadatan penduduk 200
jiwakm
2
berdasarkan Data Profil Desa Margamulya Tahun 2014.
Desa Margamulya memiliki penduduk dengan usia produktif angkatan kerja sebanyak
10.202 orang. Sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani 1.824 orang 92,68
dan petani 144 orang 7,31. Sektor pertanian masih dominan bagi penduduk Desa Margamulya
dibandingkan dengan mata pencaharian yang lain. Hal tersebut membuktikan bahwa sektor pertanian
masih memiliki daya tarik bagi penduduk Desa Margamulya untuk dijadikan mata pencaharian.
Gambaran Umum Perusahaan Sejarah PT. Sinar Mayang Lestari
Tabel 3. Sejarah Perusahaan Tahun
Sejarah Perusahaan 2012
Berdiri PT. Sinar Mayang Lestari
2013 Pembentukan Malabar
Mountain Cafe
di Bogor
2014 Menjalankan Bisnis Kopi Luwak
2014 Ekspor Perdana Ke Korea Selatan
2015 Bisnis
Roaster
Berlaku
PT. Sinar Mayang Lestari berdiri pada tanggal 8 November 2012. Pada awalnya Bapak
Slamet Prayoga seorang pensiunan asal Kalimantan, beliau ingin menjadi seorang petani di Jawa Barat
maka datanglah beliau ke daerah Lembang untuk mengunjungi kerabatnya. Setelah berdiskusi dengan
kerabatnya, maka beliau ingin bergerak dibidang usaha perkebunan dan mencari lahan yang cocok
untuk usaha perkebunan yaitu di Pangalengan.
Di Pangalengan Bapak Slamet Prayoga bertemu dengan Bapak Supriatnadinuri yaitu Ketua
Kelompok Tani Hutan Rahayu. Beliau banyak belajar tentang perkebunan yaitu komoditas kopi dari
Bapak Supriatnadinuri, karena awalnya Bapak Slamet Prayoga tidak memiliki ilmu pengetahuan
tentang kopi. Dan pada akhirnya, Bapak Slamet Prayoga mendirikan perusahaan yang menggeluti
bisnis kopi arabika dan luwak mulai dari hulu sampai
hilir dengan slogan “Kopi yang diproses dari kebun sendiri”. Selain memproduksi kopi arabika yang
memiliki kualitas tinggi dan berkualitas sesuai dengan standar dan ketentuan
specialty coffee
, PT. Sinar Mayang Lestari juga memproduksi kopi luwak.
Hal ini sepenuhnya perusahaan ingin melestarikan budidaya luwak, dimana hewan sejenis musang
tersebut sekarang ini hampir punah, maka perusahaan ingin mengembangkan produk kopi luwak. Menurut
Specialty Coffee Association of America
SCAA jika kopi termasuk dalam klasifikasi
specialty
maka kopi tersebut harus memiliki
Q Grade
dengan nilai di atas 8.5.
214
Visi dan Misi PT. Sinar Mayang Lestari Visi
: Berbakti sepenuh jiwa untuk maju bersama Misi
: Memberdayakan kebersamaan antara
petani, produsen dan konsumen Bauran Pemasaran
Produk
Keragaman produk Kopi Luwak Arabika Malabar
Mountain
dikatakan sangat beragam. PT. Sinar Mayang Lestari memproduksi kopi luwak dengan
berbagai macam sesuai dengan keinginan dan permintaan konsumen. Keragaman produk kopi
luwak yang dijual PT. Sinar Mayang Lestari merupakan produk yang dijual terbagi dalam 3 jenis,
yaitu:
greenbeans coffee, roasted coffee,
dan
grounded coffee
. Perusahaan
memperhatikan berbagai aspek seperti kebersihan kandang luwak,
kesehatan luwak, nutrsi luwak, serta tidak menjadikan hewan luwak sebagai mesin produksi
untuk memproduksi kopi luwak secara terus menerus.
Perusahaan pun
berkomitmen menghasilkan kopi berkualitas dengan dengan
prinsip penanganan pasca panen yang baik dan benar
Good Handling Practices
- GHP dan telah memperoleh berbagai sertifikat. Merek produk kopi
luwak PT. Sinar Mayang Lestari yaitu Kopi Luwak Arabika Malabar
Moutain
. Nama merek tersebut diambil berdasarkan indikasi lokasi kopi tersebut
ditanam, lokasi budidaya kopi luwak, dan tempat pengolahan kopi yang terdapat di Desa Margamulya,
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, dimana lokasi tersebut tepat berada di kaki Gunung
Malabar sehingga kata Malabar Mountain dalam merek mengindikasikan nama Gunung Malabar.
Desain produk yang dipakai oleh Kopi Luwak Arabika Malabar
Mountain
sangat khas, ini dimaksudkan agar masyarakat mengenal dan mudah
mengingat produk Kopi Luwak Arabika Malabar
Mountain
. Jenis bahan kemasan yang dipakai untuk produk Kopi Luwak Arabika Malabar
Mountain
yaitu kemasan siap pakai berbahan baku
alumunium foil
untuk
roasted
dan
grounded,
plastik bening untuk
kopi dalam bentuk
greenbeans
jika kurang dari 5 kilogram, dan karung goni untuk kopi dalam bentuk
greenbeans
jika lebih dari 5 kilogram. Ukuran produk kopi luwak
roasted
dan
grounded
tersedia dalam kemasan yang berukuran 10 gram, 100 gram,
250 gram, 500 gram, dan 1 kilogram. Sementara untuk produk kopi luwak
greenbeans
tersedia dalam ukuran 1 hingga 5 kilogram.
Harga
Tabel 4. Daftar Harga Kopi Luwak Arabika Malabar Mountain
Jenis Ukuran Gram
Harga Rp
Green beans
1000 800.000
Sangrai
Roasted
dan Bubuk
Grounded
100 177.500
250 434.000
500 857.000
1000 1.300.00
Penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan pangsa pasar dan keinginan
perusahaan, hal tersebut dilakukan untuk menarik lebih
banyak konsumen
serta menstabilkan
kedudukannya di pasaran dilihat dari merek dan jenis kualitas produk kopi luwak yang ditawarkan.
Perusahaan pun tidak memberikan potongan harga kepada konsumen walaupun pembelian dengan
jumlah yang banyak.
Distribusi
Proses produksi kopi luwak dari
on farm
seluruhnya dilakukan di kantor PT. Sinar Mayang Lestari.
Pemilihan lokasi produksi kopi luwak ini sangat tepat dikarenakan
letak topografi
wilayah yang
mendukung. Dari kantor menuju areal kebun kopi ditempuh melalui jalan perkebunan teh PTPN VIII
dengan jarak ± 3 km. Transportasi yang digunakan adalah kendaraan roda dua motor dan kendaraan
roda empat mobil. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi luwak Malabar
Mountain
dapat dikatakan masih sedikit dan rantai pemasarannya relatif pendek. Pendeknya rantai
pemasaran belum tentu akan menghasilkan marjin pemasaran yang kecil dan
farmer’s share yang besar. Saluran pemasaran I dan III tidak membutuhkan
perantara dalam memasarkannya kepada pihak konsumen akhir. Hal ini disebabkan bahwa
konsumen utama kopi luwak Malabar
Mountain
terbagi menjadi dua yaitu masyarakat dan instansi- instansi pemerintah. saluran pemasaran II melalui
middleman
atau konsumen perantara karena
konsumen akhir kopi luwak Malabar
Mountain
berasal dari
luar kota,
seperti Samarinda,
Pekalongan, dan Jakarta.
Keterangan: Jenis
Greenbeans
Jenis
Roasted
dan
Grounded
Gambar 2. Pola Saluran Pemasaran Kopi Luwak Malabar
Mountain
215
Promosi
Alat promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan seperti periklanan dan publisitas dengan cara
memproduksi video Kopi Luwak Malabar
Mountain
lalu dimasukan secara media
online
ke
youtube
dengan
viewer
1000 pada masing-masing video,
facebook
dengan
followers
sebanyak 250 orang,
website
perusahaan. Sedangkan media cetak yaitu dengan brosur
maupun artikel-artikel
dengan liputan
bertemakan kuliner atau bisnis. Hal ini terkait untuk membangun “citra perusahaan” yang baik dan
menangani atau menyingkirkan gosip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. Penjualan
personal juga dilakukan oleh perusahaan dengan cara interaksi langsung dengan calon pembeli dengan
tujuan pembelian Kopi Luwak Malabar
Mountain
biasanya dilakukan di kantor ataupun Malabar
Mountain
Cafe. Selain itu, promosi penjualan yang telah dilakukan oleh perusahaan ini langkah insentif
jangka panjang untuk mendorong pembelian atau penjualan Kopi Luwak Malabar
Mountain
, maka dari itu dengan pembuatan Malabar
Mountain
Cafe salah satu langkah insentif jangka panjang untuk promosi.
Perusahaan pun sering mengikuti pameran-pameran yang diadakan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Mengikuti pameran disertai dengan memberi penawaran kopi espresso gratis kepada pengunjung.
Walaupun, pemasukan dan pengeluaran berbeda jauh akan tetapi pengunjung mengetahui dan mengenal
produk Malabar
Mountain Coffee
, sehingga akhirnya tidak. Perusahaan menganggap bahwa alat promosi
yang efektif yang telah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang banyak yaitu menggunakan
media online seperti
facebook
dan media cetak seperti artikel-artikel dengan liputan bertemakan kuliner atau
bisnis. Selain itu promosi dari mulut ke mulut pun menjadikan produk Malabar
Mountain Coffee
lebih diketahui dan dikenal masyarakat. Tenaga kerja yang
melakukan kegiatan promosi Kopi Luwak Malabar
Mountain
masih sangat kurang. Saat ini tenaga kerja yang telah melakukan kegiatan promosi yaitu tenaga
kerja manajemen perusahaan berjumlah 7 orang, sedangkan perusahaan membutuhkan
sales promotion
khusus untuk memasarkan produk sebanyak 10 orang. Sehingga untuk kegiatan promosi masih belum
optimal. 3.
Biaya, Keuntungan, dan Marjin Pemasaran Kopi Luwak Malabar
Mountain
Tabel 5. Komponen Harga Jual Kopi Luwak Malabar Mountain di Setiap Tingkat Lembaga Pemasaran
Saluran Pemasaran
Harga Jual RpKg
Greenbeans Roasted
dan Grounded
I 800.000
- II
500.000 -
III -
1.300.000
Harga jual
greenbean
s Kopi Luwak Malabar
Mountain
yang ditawarkan oleh produsen di saluran pemasaran I pada saat ini yaitu Rp 800.000kg. Tetapi,
harga jual
greenbean
s Kopi Luwak Malabar
Mountain
yang ditawarkan oleh produsen di saluran pemasaran II lebih rendah yaitu Rp 500.000kg. Harga jual
roasted
dan
grounded
Kopi Luwak Malabar
Mountain
yang ditawarkan oleh produsen di saluran pemasaran III
yaitu Rp 1.300.000kg. Produsen tidak menjual
roasted
dan
grounded
kepada konsumen perantara karena konsumen perantara bisa melakukan proses itu secara
mandiri. Sebagian besar produsen menjual ke konsumen perantara di saluran pemasaran II karena
produsen merasa lebih mudah dalam hal cara penjualan. Ini memberikan kepastian penjualan dan
tidak mengeluarkan biaya pemasaran yang banyak karena sudah ditanggung oleh konsumen perantara.
Tabel 6. Biaya-Biaya Pemasaran Kopi Luwak Malabar
Mountain
yang Dikeluarkan Pada Setiap Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran
Biaya Pemasaran RpKg
I 120.000
II 6000
III 80.000
Biaya pemasaran terkecil yaitu saluran pemasaran II karena saluran pemasaran yang pendek
dan kuantitas penjualan yang besar sehingga bisa menekan biaya pemasaran. Pada setiap saluran
pemasaran tidak diperlukan biaya pengangkutan karena biasanya konsumen maupun pihak perantara
datang langsung ke kebun untuk membeli Kopi Luwak Malabar
Mountain
. Biaya pemasaran oleh produsen terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya
pengemasan, dan biaya operasional produksi. Tabel 7. Rata-Rata Keuntungan Kopi Luwak Malabar
Mountain
yang Dikeluarkan Pada Setiap Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran
Harga Jual RpKg
Greenbeans Roasted
dan Grounded
I 680.000
- II
440.000 -
III -
1.220.000
216 Rata-rata keuntungan jenis
roasted
dan
grounded
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis
greenbeans
disebabkan jenis
roasted
dan
grounded
sudah memiliki nilai tambah yang lebih membuat keuntungan lebih tinggi. Pada saluran pemasaran I
terlihat keuntungan yang didapat lebih tinggi dari saluran pemasaran II. Hal tersebut terkait dengan
adanya perbedaan harga jual pada saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II.
Tabel 8. Jumlah Pembelian Kopi Luwak Malabar
Mountain
yang Dikeluarkan Pada Setiap Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran
Harga Jual RpKg
Greenbeans Roasted
dan Grounded
I 3
- II
60 -
III -
5
Pihak produsen cenderung menjual ke pihak perantara pada saluran pemasaran II dengan jumlah
pembelian 60 kg, cukup jauh bila dibandingkan dengan saluran pemasaran I dan saluran pemasaran
III. Frekuensi pembelian dari saluran pemasaran I yaitu sebanyak 3 kg dan saluran pemasaran III sebanyak 5
kg untuk setiap pembelian. Maka, pihak produsen lebih memilih saluran pemasaran II, walaupun sifatnya
menunggu pesanan dari konsumen perantara karena konsumen perantara pun menunggu pesanan dari
konsumen.
Hal ini berbeda dengan jumlah pembelian pada saluran pemasaran I dan saluran pemasaran III
yang relatif sedikit juga disebabkan karena konsumen akhir membeli ke pihak produsen di Pangalengan
dengan waktu yang sangat jarang. Dalam keadaan demikian, produsen merasa dirugikan jika tidak
adanya saluran pemasaran II dan pembelian dengan jumlah yang banyak ini akan berakibat kepada
saluran pemasaran yang lainnya sehingga harus mencari pasar Kopi Luwak Malabar
Mountain
.