318 berkembangnya Desa Cihideung menjadi kawasan
agrowisata dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perubahan Gaya Hidup di Desa Cihideung
Akibat Agrowisata
Gaya Hidup Sebelum Desa
Cihideung Menjadi
Kawasan Agrowisata
Setelah Desa Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Gaya hidup
masyarakat Desa Cihideung
yaitu sesuai
dengan masyarakat
pedesaan yang memiliki
gaya hidup
sederhana. Tidak
terpengaruhnya gaya
hidup wisatawan terhadap masyarakat Desa
Cihideung yang dianggap tidak sesuai dengan
budaya masyarakat
Desa Cihideung. Namun gaya hidup berubah
menjadi konsumtif
karena adanya
peningkatan pendapatan seperti memiliki barang mewah dan munculnya sarana
dalam memenuhi kebutuhan wisatawan sehingga masyarakat masih beraktivitas di
malam hari.
Perubahan gaya hidup dapat memberikan pengaruh
positif atau
negatif bagi
yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang
tersebut menjalaninya. Menurut Sudiarta 2005 dampak sosial yang ditimbulkan dari kawasan
pariwisata yaitu adanya gaya hidup mewah masyarakat desa yang sudah terangkat secara
ekonomi.
c. Kerukunan
Kerukunan dapat dilihat dengan tidak adanya konflik yang terjadi di masyarakat. Perubahan
kerukunan yang terjadi akibat berkembangnya Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata dapat dilihat
pada Tabel 8. Tabel 8. Perubahan Kerukunan di Desa Cihideung
Akibat Agrowisata
Kerukunan Sebelum Desa
Cihideung Menjadi Kawasan
Agrowisata Setelah Desa Cihideung Menjadi
Kawasan Agrowisata
Tidak adanya
konflik antar
masyarakat dengan wisatawan ataupun
investor karena
belum adanya
wisatawan dan
investor yang
datang ke Desa
Cihideung.
Masyarakat dengan
Wisatawan Masyarakat
dengan Pendatang
Investor
Konflik terjadi karena
ada perbedaan
perilaku wisatawan yang
tidak sesuai
dengan budaya masyarakat
di Desa
Cihideung. Konflik
terjadi karena
investor membuka usaha
yang tidak sesuai dengan
budaya masyarakat Desa
Cihideung.
Terjadinya konflik antara wisatawan dengan masyarakat Desa Cihideung dikarenakan
adanya perbedaan perilaku wisatawan yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat di Desa Cihideung.
Wisatawan yang datang di mana mereka adalah masyarakat perkotaan yang identik dengan sifat
individualis memiliki sifat yang berbeda dengan masyarakat desa yang masih bersifat kekeluargaan.
Masyarakat yang tidak menerima budaya wisatawan yang datang ke Desa Cihideung akan merasa
terganggu dengan kehadiran wisatawan. Selain itu pelaku
investor yang
hanya mementingkan
keuntungan tanpa memikirnya budaya yang ada di Desa Cihideung juga dapat menimbulkan konflik
seperti membuat usaha yang tidak sesuai dengan budaya di Desa Cihideung ataupun mengadakan
kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat Desa Cihideung.
Banyaknya investor yang tertarik untuk memiliki tanah di Desa Cihideung juga dapat
menimbulkan konflik ketika masyarakat Desa Cihideung menjual tanahnya kepada investor namun
tanah tersebut berada di daerah sumber mata air yang biasa dilakukan dalam pelaksanaan tradisi mata air
Irung-irung di Desa Cihideung. Dibelinya tanah di sekitar
mata air
Irung-Irung menimbulkan
tertutupnya akses untuk ke sumber mata air tersebut karena tanah yang dibeli disekat oleh investor. Hal ini
menimbulkan aksi protes warga karena mereka tidak setuju apabila tradisi yang dilakukan turun temurun
di Desa Cihideung menjadi terhambat karena telah dibelinya tanah tersebut oleh investor.
Menurut Pitana 2009, keberadaan orang baru di suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya
keseimbangan baru pada sistem sosial di wilayah tersebut. Keseimbangan baru tersebut dapat dicapai
baik malalui mekanisme damai atau konflik. Tingkat penerimaan
masyarakat terhadap
datangnya wisatawan pada suatu kawasan wisata akan
menimbulkan reaksi pada tingkat kerukunan masyarakat. Apabila semakin tinggi konflik yang
terjadi akibat
datangnya wisatawan
dapat mengakibatkan masyarakat lokal semakin tidak
mengharapkan datangnya wisatawan. Hal ini akan berdampak tidak baik karena kawasan agrowisata
yang tujuannya mendatangkan wisatawan, apabila masyarakatnya sendiri tidak mendukung maka
agrowisata tersebut tidak akan berkembang karena hadirnya agrowisata harus didukung oleh masyarakat
daerah tujuan wisata.
d. Kriminalitas
Bentuk kriminalitas yang terjadi di suatu kawasan pariwisata dapat berupa kejahatan terhadap
wisatawan ataupun kejahatan yang dialami oleh masyarakat penyedia objek wisata. Terjadinya
319
kriminalitas setelah Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perubahan Kriminalitas di Desa Cihideung
Akibat Agrowisata
Kriminalitas Sebelum Desa
Cihideung Menjadi Kawasan
Agrowisata Setelah Desa Cihideung Menjadi
Kawasan Agrowisata
Jarang terjadi
kriminalitas di Desa Cihideung.
Meningkatnya kriminalitas di Desa Cihideung sekitar 50 persen seperti
pencurian kendaraan yang disertai dengan aksi kekerasan. Selain itu
juga adanya kasus pencurian bunga.
Maraknya pencurian motor yang terjadi di Desa Cihideung terjadi setelah Desa Cihideung
menjadi kawasan agrowisata karena perekonomian masyarakat semakin meningkat sehingga memiliki
barang-barang mewah. Hal ini menjadi sasaran untuk melakukan pencurian. Selain itu maraknya pencurian
bunga dikarenakan bunga yang diletakkan di pekarangan ataupun di ladang tidak ditutupi dengan
pagar. Bunga-bunga tersebut dibiarkan terbuka sehingga
memudahkan para
pencuri untuk
mengambil bunga. Selain itu pada malam hari bunga- bunga tersebut tidak disinari oleh penerangan.
Banyaknya pencurian tanaman yang terjadi di Desa Cihideung juga dilakukan oleh para pedagang bunga.
Menurut Priono 2011, pariwisata dapat meningkatkan
angka kriminalitas.
Apabila kriminalitas semakin meningkat dapat membuat
masyarakat Desa Cihideung ataupun wisatawan merasa tidak aman untuk berada di Desa Cihideung.
Hal ini bisa saja membuat masyarakat Desa Cihideung memilih untuk pindah ke tempat yang
lebih aman. Selain itu juga dapat membuat berkurangnya jumlah wisatawan yang datang ke
Desa Cihideung karena merasa tidak aman.
3 Aspek Lingkungan
a.
Polusi Air
Air yang digunakan oleh masyarakat Desa Cihideung berasal dari mata air yang berasal dari
Desa Cihideung sebanyak delapan sumber mata air. Perubahan yang terjadi akibat berkembangnya Desa
Cihideung menjadi kawasan agrowisata mengenai polusi air dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Perubahan Kondisi Air di Desa Cihideung
Akibat Agrowisata
Polusi Air Sebelum Desa
Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Setelah Desa Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Air melimpah
dan jernih
Air di sumber mata air berkurang karena adanya pembangunan
sarana pendukung agrowisata, namun air masih jernih.
Setelah Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata membuat adanya ketertarikan investor
untuk mendirikan usaha di Desa Cihideung. Hal tersebut memberikan dampak terhadap penurunan
banyaknya air dikarenakan banyaknya investor yang mendirikan bangunan untuk mendirikan usaha yang
menyebabkan daya resapan air berkurang karena Desa Cihideung termasuk ke dalam kawasan resapan
air di Kawasan Bandung Utara KBU. Namun untuk kualitas air di Desa Cihideung tidak mengalami
perubahan. Apabila hal ini terus dibiarkan akan mengancam masyarakat Desa Cihideung dalam
memenuhi kebutuhan air karena peran air di Desa Cihideung sangat penting. Selain untuk keperluan
sehari-hari, air sangat dibutuhkan karena mayoritas masyarakat Desa Cihideung bermata pencaharian
sebagai petani bunga sehingga membutuhkan air untuk kelangsungan tanamannya.
b. Polusi Suara
Polusi suara yang ditimbulkan setelah Desa Cihideung menjadi kawasan agrowisata dapat terlihat
dari kebisingan yang terjadi di Desa Cihideung. Perubahan yang terjadi setelah Desa Cihideung
menjadi kawasan agrowisata mengenai polusi suara dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perubahan Kondisi
Suara di
Desa Cihideung Akibat Agrowisata
Polusi Suara Sebelum Desa
Cihideung Menjadi Kawasan Agrowisata
Setelah Desa Cihideung Menjadi Kawasan
Agrowisata
Tidak adanya kebisingan karena belum banyaknya
kendaraan yang datang ke Desa
Cihideung dan
belum munculnya sarana- sarana
pendukung agrowisata.
Adanya kebisingan
yang ditimbulkan dari banyaknya
kendaraan yang datang ke Desa Cihideung dan akibat dari
adanya kegiatan yang diadakan hingga larut malam di tempat-
tempat
sarana pendukung
agrowisata.
Menurut Nugroho 2011, kegiatan sektor pariwisata dapat menimbulkan kebisingan. Dampak
kebisingan tersebut mengakibatkan manusia atau fauna mengalami stress. Kebisingan ini tentunya
mengganggu kenyamanan
masyarakat Desa