Manajemen Resiko Rantai Pasok Padi di

238 Kode Aksi Mitigasi Difficulty of Performing Action K DK P 4 Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan L3 P 5 Pengembangan akses pembiayaan L3 P 6 Pengembangan infrastruktur irigasi L3 P 7 Penggunaan logistik multimodal M4 Selanjutnya dilakukan perhitungan effectiveness to difficulty ratio of action ETD yaitu sebagai berikut Tabel 9. Tabel Perhitungan ETD Aksi Mitigasi di Tingkat Bandar Risk Mitigation P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 ARP Risk Agent Priority A8 1 9 9 9 3 9 9 3360 A2 1 9 9 9 3 9 3248 A3 1 3 9 9 9 3 3032 Te 6392 42584 86760 86760 66600 39984 68568 Dk 4 5 4 3 3 3 4 ETD 1598 8516.8 21690 28920 22200 13328 17142 Rangking 7 6 3 1 2 5 4 Berdasarkan nilai ETD pada tabel diatas, maka urutan aksi mitigasi yang paling efektif dan memungkinkan untuk dilakukan bandar yaitu : a Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan P4 b Pengembangan akses pembiayaanP5 c Konsolidasi dan pendampingan sistem industri perberasan P3 d Penggunaan logistik multimodal P7 e Pengembangan infrastruktur irigasi P6 f Off farm: pengembangan gudang dan pengering P2 g On farm : Pengembangan Teknologi budidaya adaptif P1

c. Manajemen Risiko Rantai Pasok Padi di

Tingkat Petani 1 Pengukuran Risiko Rantai Pasok di Tingkat Petani Tabel 10. Perhitungan Pareto Agen Risiko Rantai Pasok di Tingkat Petani AGENT CODE ARP ARP ARP KUMULATIF KATEGORI A2 2700 39.12 39.12 PRIORITAS A4 1765 25.58 64.7 A6 888 12.87 77.57 A3 750 10.87 88.44 NON PRIORITAS A1 630 9.13 97.57 A5 84 1.22 98.79 A7 84 1.22 100 TOTAL 6901 100 Berdasarkan Tabel 10 terdapat tiga agen risiko yang masuk kedalam kategori prioritas. Agen risiko kategori prioritas memiliki andil sebesar 77,57 dari total dampak risiko yang dialami oleh petani. Oleh karena itu, penanganan risiko dilakukan pada agen risiko yang termasuk kedalam kategori prioritas. 2 Aksi Mitigasi Risiko Rantai Pasok di Tingkat Petani Terdapat 7 aksi mitigasi yang dapat dan telah dilakukan untuk meminimalisasi agen risiko. Aksi mitigasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 11. Aksi Mitigasi Agen Resiko di Tingkat Petani Risk Agent Aksi Mitigasi Revisi Perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu A2 On farm : Pengembangan Teknologi budidaya adaptif Konsolidator, Pendampingan sistem industri perberasan, Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan Pengembangan akses pembiayaan Pengembangan infrastruktur irigasi Penggunaan logistik multimodal Pengetahuan petani rendah A4 Konsolidasi, Pendampingan sistem industri perberasan, Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan Pengembangan akses pembiayaan Pengembangan infrastruktur irigasi Penggunaan logistik multimodal 239 Risk Agent Aksi Mitigasi Revisi Ego para petani A6 On farm : Pengembangan Teknologi budidaya adaptif Konsolidasi, Pendampingan sistem industri perberasan, Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan Pengembangan akses pembiayaan 4 Aksi Mitigasi Resiko yang Efektif di Tingkat RMU Masing-masing aksi mitigasi tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda setelah dilakukan verfikasi dengan petani. Tabel 12. Daftar Hasil Penilaian Skala Tingkat Kesulitan Aksi Mitigasi Kode Aksi Mitigasi Difficulty of Performing Action K DK P 1 On farm : Pengembangan Teknologi budidaya adaptif M4 P 2 Off farm: pengembangan gudang dan pengering M4 P 3 Konsolidasi dan pendampingan sistem industri perberasan H5 P 4 Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan M4 P 5 Pengembangan akses pembiayaan L3 P 6 Pengembangan infrastruktur irigasi L3 P 7 Penggunaan logistik multimodal H5 Selanjutnya dilakukan perhitungan effectiveness to difficulty ratio of action ETD. Berdasarakan nilai ETD pada tabel diatas, maka urutan aksi mitigasi yang paling efektif dan memungkinkan untuk dilakukan petani yaitu : 1. Pengembangan akses pembiayaan P5 2. Pengembangan infrastruktur irigasi P6 3. Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan P4 4. Konsolidasi dan pendampingan sistem industri perberasan P3 5. On farm : Pengembangan Teknologi budidaya adaptif P1 6. Penggunaan logistik multimodal P7 7. Off farm: pengembangan gudang dan pengering P2 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem rantai pasok padi di Kabupaten Indramayu terdiri dari petani, bandar, RMU, pedagang pasar induk, calo, hingga konsumen langsung. 2. Titik kritis resiko pada rantai pasok padi dapat diidentifikasi dari setiap pelaku dalam rantai pasok tersebut, yaitu sebagai berikut : a Titik kritis resiko di tingkat RMU yaitu : 1 SDM lalai saat mengolah gabah, mengoperasikan mesin, dan mencatat, 2 cuaca tidak menentu intensitas hujan terlalu tinggi sehingga pasokan gabah tidak stabil dan kualitas gabah rendah, 3 kondisi jalan yang rusak, 4 modal kurang, 5 jalur distribusi yang jauh dan rawan macet, 6 pembayaran dari pedagang pasar induk macet, 7 terjadinya perselisihan pembagian sumber air irigasi disekitar lokasi produksi, dan 8 pasar induk memiliki standarisasi produk yang tinggi. b Titik kritis resiko di tingkat bandar yaitu : 1 Cuaca yang tidak menentu intensitas hujan terlalu tinggi, 2 modal untuk membeli gabah kurang, dan 3 pembayaran yang dari RMU macet. c Titik kritis resiko di tingkat petani yaitu : 1 perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu, 2 Pengetahuan petani rendah, dan 3 ego para petani. 3. Hasil perhitungan effectiveness to difficulty ratio of action ETD, menunjukan urutan aksi mitigasi yang paling efektif dan memungkinkan untuk dilakukan oleh masing-masing pelaku yaitu sebagai berikut : a Urutan aksi mitigasi yang paling efektif untuk dilakukan RMU yaitu : 1 Pengembangan akses pembiayaan. 2 Penggunaan logistik multimodal. 3 Konsolidasi dan pendampingan sistem industri perberasan. 4 Konsolidasi kelembagaan, pasar dan pembiayaan. 5 Off farm: pengembangan gudang dan pengering. 6 Pengembangan infrastruktur irigasi.

Dokumen yang terkait

M02070

4 15 382