Koefisien Determinasi R-square ANALISIS

263 Identifikasi Faktor Pendukung Keberhasilan Transfer Teknologi Pada Industri Kecil Menengah Berbasis Potensi Lokal Dengan Pendekatan Makroergonomi Study Kasus : UKM Keripik Ubi Cilembu Desa Cileles Jatinangor Dan IKM Keripik di Desa Pagedangan Indramayu Success Factor Identification in Small Medium Enterprise SME’sTechnology Transfer Based on Local Resources Using Ergonomimacro Approache Devi Maulida Rahmah Departemen Teknik dan Manajemen Industri Pertaian, FakultasTeknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran A B S T R A K Kata Kunci: Makroergonomi, perbaikan sistem kerja di UKM Industri Rumah Tangga merupakan sektor terdepan yang mampu mengembangkan perekonomian suatu daerah secara mandiri. Keberadaannya menjadi penting, karena mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Upaya pengembangan industri rumah tangga tidak terlepas dari penerapan teknologi baik berupa penyediaan sarana prasarana, perbaikan metode penyimpanan barang, pengolahan, pengemasan hingga pemasaran. Oleh karenanya mengidentifikasi factor pendukung keberhasilan transfer teknologi pada industry rumah tangga sangat penting sebagai sebuah referensi bagi penerapan teknologi yang efektif pada industry rumah tangga. Karena pada kenyataannya tak jarang ditemuai proses transfer teknologi tidak bejalan secara efektif. Pendekatan makroergonomi merupakan sebuah pendekatan dalam melakukan perbaikan system kerja dengan mempertimbangkan semua aspek dalam proses perbaikannya. Sehingga pendekatan inpun relevan jika diterapkan pada perbaikan system kerja di IKM yang pada proses pengembangannya tak terlepas dari proses transfer teknologi. Faktor dalam makroergonomi adalah Pekerja, Mesin atau Teknologi, Lingkungn kerja, dan Organisasi kerja serta proses interaksi antara semua elemen di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk Memetakan faktor – faktor makroergonomi yang berpengaruh terhadap proses transfer teknologi pada industry kecil menengah berbasis potensi local. Penelitian dilakukan di UKM aneka keripik di desa Cileles Jatinangor dan IKM keripik di desa Pagedangan Indramayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor utama yang memperngaruhi keberhasilan proses transfer teknologi secara berurutan berdasarkan tingkat kepentingannya adalah: Organisasi kerja, SDM, Lingkungan kerja, serta Teknologi. Dengan pendekatan makroergonomi terlihat bahwa teknologi yang akan diterapkan bukan menjadi focus utama dalam pengembangan IKM. Justru kesiapan organisasi kerja SDM serta Lingkungan kerja patut menjadi factor yang dipertimbangkan ketika proses transfer teknologi akan dilakukan.. Korespondensi Penulis Alamat e-mail: d.m.rahmahgmail.com 264 PENDAHULUAN Sistem kerja merupakan kumpulan elemen dari sebuah rangkaian aktifitas pekerjaan yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan yang ingin dicapai.Sistem kerja dalam sebuah aktifitas pekerjaan baik di industri dengan skala makro dan mikro diantaranya pekerja, mesin, lingkungan kerja, dan organisasi kerja. Dalam Perbaikansistemkerja pertimbangan ke empat elemen tersebut serta proses interaksinya tidak bisa dilepaskan dalam proses pengambilan kebijakan dalam perbaikan sistem kerja. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam melakukan perbaikan sebuah sistem kerja, diantaranya pendekatan makroergonomi, mikro ergonomi, dan pendekatan rekayasa engineering. Pendekatan makroergonomi merupakan sebuah pendekatan dalam melakukan intervensi ergonomi dengan mempertimbangkan semua aspek dalam proses perbaikannya. Aspek tersebut diantaranya Pekerja, Mesin atau Teknologi, Lingkungn kerja, dan Organisasi kerja serta proses interaksi antara semua elemen di dalamnya. Aspek pekerja meliputi tingkat pendidikan pekerja, karakteristik pekerja dalam menerima masukan perbaikan, serta etos kerja. Aspek teknologi meliputi karakteristik teknologi, kemudahan untuk dioperasikan dengan tingkat pendidikan pekerja, keamanan dan kenyamanan ketika digunakan, serta fleksibilitas teknologi. Aspek lingkungan kerja meliputi kondisi sosial ekonomi pekerja, lingkungan sekitar tempat pekerja, dan iklim kerja. Sedangkan aspek organisasi kerja meliputi karakteristik manajemen, dan penerapan semua aturan kerja. Pendekatan mikroergonomi merupakan pendekatan dalam intervensi ergonomi yang hanya mempertimbangkan aspek pekerja dan teknologi. Perbaikan yang dilakukan dalam skala makro maupun mikro didasarkan pada pertimbangan dari aspek pekerja dan teknologi yang akan diterapkan atau diperbaiki, baik itu perbaikan dimensi stasiun kerja, dimensi alat atau mesin,perbaikan sikap kerja, dll. Sedangkan pendekatan rekayasa engineering didasarkan pada perhitungan secara kuantitatif produktifitas yang dihasilkan oleh mesin teknologi yang akan diterapkan. Menurut Carayon dan Smith 2000 pertimbangan organisasi kerja dan ergonomi akan berpengaruh signifikan terhadap performansi pekerja yang pada akhirnya berdampak pada produktifitas kerja yang dihasilkan. Hal ini menjadi realistis karena dalam organisasi kerja terdapat pertimbangan dari aspek manajemen. Aspek manajemen menjadi kunci dalam penerapan setiap intervensi ergonomi dalam perbaikan sistem kerja, karena dalam perbaikan sistem kerja tidak cukup hanya menerapkan sebuah teknologi dalam memperbaiki produktifitas, namun perbaikan dari sisi pengelolaan manajemen dan perbaikan berupa kebijakan – kebijakan yang hanya dapat dilakukan oleh pihak manajemen juga akan berdampak luas pada proses perbaikan yang terjadi. Oleh karenanya pendekatan macroergonomi dinilai sangat layak untuk diterapkan dalam proses perbaikan sistem kerja yang menyeluruh baik pada tingkat usaha makro dan mikro. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Memetakan faktor – faktor makroergonomi yang berpengaruh terhadap proses transfer teknologi pada Industri kecil menengah berbasis potensi lokal 2. Memetakan perbaikan sistem kerja pada masing – masing aspek yang berpengaruh yang dinilai mampu memperbaiki produktifitas kerja yang memungkinkan untuk diterapkan pada Industri Kecil Menengah IKM METODE PENELITIAN Penelitian di lakukan di IKM aneka keripik di desa Cileles Jatinangor dan IKM Krips aneka keripik Pisang di Desa Pagedangan, Indramayu. UKM yang dijadikan objek penelitian merupakan jemis UKM dengan mekanisme sistem produksi secara mandiri. Artinya pemilik usaha melakukan produksi secara mandiri. Metode yang dilakukan dalam pendekatan makroergonomi adalah dengan observasi field study dan wawancara semi struktur. Dua metode ini menurut Hendrick dan Kleiner 2002 relevan untuk diterapkan pada pendekatan makroergonomi. Karena dalam makroergonomi terdapat penggabungan antara aspek sosial, teknikal, dan sosioteknikal. Keuntungan yang diperoleh dari pendekatan observasi adalah diperoleh data riil di lapangan, mengenai aspek penerapan kebijakan manajemen d lapangan, pekerja, proses kerja, serta lingkungan kerja yang mungkin secara spesifik tidak akan diperoleh dari hasil wawancara. Tahapan dalam proses penelitian Berikut ini adalah tahapan penelitian yang dilakukan :

Dokumen yang terkait

M02070

4 15 382