79 masuk ke Indonesia melalui impor daging ayam yang dilakukan secara illegal.
Hingga tahun 2005 tercatat temuan kasus flu burung sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia dimana di Indonesia ditemukan 99 kasus dengan 79
kematian. Pada manusia, penyakit flu burung dicirikan dengan gejala: demam
dimana suhu badan sekitar atau di atas 38°C, sesak nafas, batuk dan nyeri tenggorokan radang paru, infeksi mata, pusing, mual dan nyeri perut, muntah,
diare, keluar lendir dari hidung, tidak ada nafsu makan. Pada fase ketidakmampuan manusia mengalami komplikasi berat. Pada fase ini orang akan
memiliki dua kemungkinan, kemungkinan pertama yaitu sembuh, dan kemungkinan yang kedua adalah orang tersebut meninggal.
5. Kebijakan Flu Burung yang Telah Dilakukan Pemerintah Di Tiga Area
Tangerang
Pemerintah mengujicobakan kesiapsiagaan pandemi influenza nasional di di Kabupaten dan Kota Tangerang, Banten. Pelaksanaan bekerja sama
dengan pemerintah Singapura dengan tujuan mendeteksi dini penularan virus flu burung pada suatu wilayah secara efektif. Beberapa hal disiapkan dalam uji coba
ini, antara lain ; rumah sakit rujukan, tenaga medis, laboratorium pendeteksi dini hingga juru flu burung yang direkrut dari masyarakat. Petugas kesehatan kasus
flu burung disiapkan untuk memantau kesehatan unggas dan warga di setiap rumah di wilayah masing-masing. Tangerang dipilih karena kasus pertama flu
burung di Indonesia terjadi. Selain itu karena daerah peternakan di Tangerang cukup luas dan paling dekat dengan ibukota. Uji coba dipimpin oleh Departemen
Kesehatan dan Departemen Pertanian. Pendayagunaan sistem pengamatan oleh petugas kesehatan berbasis desa
dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap H5N1 yang selanjutnya dapat mengenali secara cepat apabila merebak wabah H5N1 baik pada unggas
maupun pada manusia. Deteksi cepat permasalahan merupakan tindakan pengamanan yang cepat dan sangat perlu, baik oleh petugas kesehatan hewan,
maupun petugas kesehatan untuk mengurangi dampak dari wabah tersebut terhadap kesehatan masyarakat. Dengan mengembangkan sistem pengamatan
avian influenza H5N1 berbasis desa, membutuhkan tenaga serta pelatihan dari
80 para petugas desa ini untuk dapat melaksanakan berbagai macam kegiatan yang
dilaksanakan termasuk dalam hal melaksanakan kegiatan pengamatan dan pengendalian penyakit baik pada hewan maupun pada penduduk secara terpadu.
Di tingkat perdesaan, jajaran Penyuluh Pertanian Petugas Kesehatan Hewan bertugas membantu penduduk desa untuk mengatasi permasalahan
kesehatan ternak mereka termasuk ternak unggas. Kerja sama dapat dilakukan antara petugas kesehatan desa dan petugas kesehatan hewan desa. Setiap petugas
pengamatan desa akan dilengkapi dengan sepeda, termometer dan masker, kemudian dilatih mengenai pengetahuan tentang pengenalan penyakit unggas.
Beberapa kegiatan yang merupakan implementasi dari kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan upaya penanggulangan flu burung adalah :
1. Mengadakan seleksi untuk menentukan penduduk desa yang akan dilatih sebagai petugas
pengamatan avian influenza 2. Mempersiapkan pelatihan untuk menyeleksi calon petugas pengamatan flu
burung desa 3. Membentuk Komite Terpadu mempersiapkan kemungkinan terjadinya
pandemik influenza. 4. Merancang sistem pencatatan dan pelaporan akan kasus flu burung di tiap
tingkat desa secara terkoordinasi dengan semua tingkatan administrasi, seperti tingkat kecamatan, kabupatenkota, propinsi serta tingkat pusat.
5. Mengumpulkan laporan pengamatan harian ke Polindes serta laporan pengamatan berkala dari Polindes ke Puskesmas
6. Memberikan laporan pengamatan sesuai dengan permintaan Bagian Kesehatan Hewan di tingkat Kecamatan.
7. Melengkapi petugas pengamatan desa dengan sepeda, termometer, masker, sabun dan alat tulis.
8. Secara rutin mengadakan supervisi dan bimbingan kegiatan petugas pengamatan avian influenza desa dan Kelompok Kerja Terpadu di tingkat
desa. 9. Mendukung kegiatan Tim Gerak Cepat untuk menyikapi wabah avian
influenza pada unggas dan kasus pada manusia di tingkat pedesaan.
81 10. Mempersiapkan pendidikan kesehatan masyarakat kepada penduduk desa
tentang avian influenza pada hewan dan manusia, termasuk pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit untuk menurunkan risiko penularan
avian influenza dari unggas ke manusia.
Upaya pencegahan serta penanggulangan alam menanggulangi flu burung yang dilakukan oleh pemda menyangkut beberapa hal yang dapat dilakukan antara
lain, seperti yang tertera dalam SK. Dirjen 2004: 1.Pencegahan primer, adalah pencegahan yang dilakukan pada orang orang yang berisiko terjangkit flu burung
antara lain : a melakukan promosi kesehatan terhadap masyarakat luas, terutama mereka yang berisiko terjangkit flu burung seperti peternak unggas, b melakukan
biosekuriti yaitu upaya untuk menghindari terjadinya kontak antara hewan dengan mikro organisme yang dalam hal ini adalah virus flu burung, seperti dengan
melakukan desinfeksi serta sterilisasi pada peralatan ternak yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan ternak sehingga tidak menjangkiti
hewan, c melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk meningkatkan kekebalannya. Proses vaksinasi dilakukan dengan menggunakan HPAI H5H2
inaktif dan vaksin rekombinan cacar ayam atau fowlpox dengan memasukan gen virus avian influenza H5 ke dalam virus cacar, d menjauhkan kandang ternak
unggas dengan tempat tinggal, e menggunakan alat pelindung diri seperti masker, topi, baju lengan panjang, celana panjang dan sepatu boot saat memasuki kawasan
peternakan, f memasak dengan matang daging sebelum dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk membunuh virus yang terdapat dalam daging ayam, karena dari
hasil penelitian virus mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit, g melakukan pemusnahan hewan secara massal pada peternakan yang positif ditemukan virus
flu burung pada ternak dalam jumlah yang banyak, h melakukan karantina terhadap orang-orang yang dicurigai maupun sudah positif terjangkit flu burung, i
melakukan surveilans dan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan laporan mengenai morbilitas dan mortalitas, laporan penyidikan lapangan, isolasi
dan identifikasi agen infeksi oleh laboratorium, efektifitas vaksinasi dalam populasi, serta data lain yang gayut untuk kajian epedemiologi.
82 2. Pencegahan sekunder, yaitu pencegahan yang dilakukan dengan tujuan
untuk mencegah dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan pengobatan tepat. Dengan melakukan deteksi dini maka penanggulangan penyakit
dapat diberikan lebih awal sehingga mencegah komplikasi, menghambat perjalanannya, serta membatasi ketidakmampuan yang dapat terjadi. Pencegahan
ini dapat dilakukan pada fase presimptomatis dan fase klinis. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan screening yaitu upaya untuk menemukan
penyakit secara aktif pada orang yang belum menunjukkan gejala klinis. Screening terhadap flu burung misalnya dilakukan pada bandara dengan
memasang alat detektor panas tubuh sehingga orang yang dicurigai terjangkit flu burung bisa segera diobati dan dikarantina sehingga tidak menular pada orang
lain. 3. Pencegahan tersier adalah segala usaha yang dilakukan untuk membatasi
ketidakmampuan. Upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengobatan intensif dan rehabilitasi.
5.2.Faktor Lingkungan Fisik, Biologi dan Sosial Sebagai Perantara Penyebaran Virus AI
5.2.1. Peternak Unggas