Flu Burung dan Dampaknya di Tiga Area Tangerang

77 sedikit dibandingkan dua wilayah tersebut, wilayah yang terberat terserang flu burung adalah Kabupaten Tangerang seperti yang sudah dijelaskan pada pendahuluan.

5.1.3. Profil Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan adalah wilayah yang relatif baru terbentuk pada akhir 2008 berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November 2008. Luas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah 147,19 km 2 , jumlah kecamatan ada 7 Serpong, Serpong Utara, Ciputat Timur, Ciputat, Pamulang, Pondok Aren, dan Setu dan jumlah penduduk 1.303.569 jiwa. Pertumbuhan ekonomi 8,5 persen dimana lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Luas lahan terbesar dipergunakan untuk perumahan dan pemukiman yaitu sebesar 67,54 persen, sisanya untuk persawahan, kawasan industri, pedagangan, jasa serta danau dan tambak. Penduduk dengan mata pencaharian yang berkaitan dengan unggas peternak unggas dan pedagang unggas, baik peternakan skala tradisional maupun menengah-besar, relatif lebih kecil dibandingkan dengan Kabupaten Tangerang Tabel 3 dan 4. Namun kota ini tidak luput dari serangan flu burung walaupun dalam skala lebih kecil dibanding Kabupaten Tangerang. Data tersebut merujuk pada informasi yang berasal dari Pemerintah Daerah Tangerang tahun 2011.

4. Flu Burung dan Dampaknya di Tiga Area Tangerang

Dampak yang ditimbulkan dari flu burung ini sangatlah luas selain di bidang ekonomi juga di bidang kesehatan, karena dengan adanya penyakit ini orang-orang menjadi takut untuk mengonsumsi daging ayam sehingga permintaan pasar terhadap ayam juga semakin menurun, bahkan banyak diantaranya yang bangkrut karena harus merelakan ternak unggas mereka dimusnahkan agar tidak sampai menulari masyarakat. Selain itu dengan adanya penyakit ini orang-orang menjadi takut untuk berpergian terutama ke daerah yang dinyatakan endemi flu burung bahkan beberapa Negara sampai harus mengeluarkan travel warning sehingga mengganggu stabilitas ekonomi negara yang bersangkutan. Walaupun 78 masyarakat sudah banyak yang tahu akan bahaya penyakit ini, namun masih banyak juga yang kurang paham atau tidak tahu sama sekali bagaimana proses penularan penyakit ini, sehingga kadang timbul pandangan yang salah mengenai flu burung di kalangan masyarakat, misalnya bahwa “mengkonsumsi daging ayam ras lebih berisiko flu burung dibandingkan dengan ayam buras”, padahal baik ayam buras maupun ayam ras memiliki risiko yang sama menularkan flu burung. Karena kurangnya informasi akan bagaimana proses penyebaran penyakitnya, maka masyarakat juga banyak yang kurang mengerti langkah- langkah apa yang harus dilakukan agar mereka terhindar dari penularan penyakit ini. Penyebaran virus flu burung yang luas membuat pemerintah daerah semakin serius mendalami penyakit ini. Dari laporan-laporan perkembangan penyakit ini ternyata penyakit ini menelan banyak korban jiwa manusia maupun unggas dalam jumlah yang besar. Di Indonesia daerah yang paling parah terserang flu burung baik korban manusia maupun unggas adalah Tangerang. Flu burung merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh virus avian influenza H5N1 yang tergolong dalam kategori virus A yang artinya virus ini dapat menjangkit baik manusia maupun hewan serta memiliki kemampuan mutasi gen yang tinggi. Hal itulah yang membuat virus ini sangat mudah menyebar dan sulit diberantas. Bahkan oleh Office International des Epizooties OIE, flu burung dimasukkan sebagai salah satu dari 15 penyakit hewan menular yang paling berbahaya. Telah diketahui bahwa virus dapat menginfeksi manusia dari aves unggas, kucing dan manusia sendiri. Wabah flu burung sangat merugikan masyarakat, selain dari segi kesehatan terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena wabah flu burung membuat orang menjadi enggan mengkonsumsi daging ayam serta takut berpergian di daerah yang dinyatakan positif endemi flu burung, sehingga secara tidak langsung melumpuhkan sektor peternakan dan pariwisata di negara tersebut. Padahal jika dilihat dari data FAO pada tahun 2003 Asia tenggara termasuk Indonesia merupakan tempat peternakan unggas terbesar kedua didunia, sehingga bisa dibayangkan berapa banyak kerugian yang akan diderita apabila sektor peternakan unggas ini lumpuh. Di Indonesia flu burung muncul pada akhir tahun 2003, dimana virus ini diduga 79 masuk ke Indonesia melalui impor daging ayam yang dilakukan secara illegal. Hingga tahun 2005 tercatat temuan kasus flu burung sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia dimana di Indonesia ditemukan 99 kasus dengan 79 kematian. Pada manusia, penyakit flu burung dicirikan dengan gejala: demam dimana suhu badan sekitar atau di atas 38°C, sesak nafas, batuk dan nyeri tenggorokan radang paru, infeksi mata, pusing, mual dan nyeri perut, muntah, diare, keluar lendir dari hidung, tidak ada nafsu makan. Pada fase ketidakmampuan manusia mengalami komplikasi berat. Pada fase ini orang akan memiliki dua kemungkinan, kemungkinan pertama yaitu sembuh, dan kemungkinan yang kedua adalah orang tersebut meninggal.

5. Kebijakan Flu Burung yang Telah Dilakukan Pemerintah Di Tiga Area