m
3
dan volume bahan basah 5,5 m
3
. Antara reaktor dan bak pencampuran babak penampung pupuk inletautlet di hubungkan dengan pipa PVC 4”. Penampung
Gas: penampung gas terbuat dari dua buah drum yang dipasang saling menutupi dan bagian bawah diisi dengan air. Volume penampung gas 1,88 m
3
, diameter 0,75 m, tinggi 0,80 m.
Bak pencampur inlet berbentuk persegi empat dan terbuat dari batu bata, dengan ukuran: 50 cm x 50 cm x 35 cm, volume 0,0875 m
3
sedangkan bak penampung pupuk padat outlet berukuran: 100 cm x 50 cm x 20 cm, volume 0,1
m
3
. Bak penampung pupuk cair berbentuk persegi empat dan terbuat dari batu bata dengan ukuran: 35 cm x 35 cm x 40 cm, volume 0,049 m
3
. Rancangan kompor biogas terbuat dari kaleng cat ukuran 500 ml dan rangka terbuat dari besi
baton.
4.2.3. Pengisian Bahan Baku
Selain rancangan reaktor dipersiapkan, dilakukan juga persiapan bahan baku. Bahan baku yang digunakan berupa kotoran ternak yang berumur maksimal
5 hari yang bersumber dari kandang paronisasi. Kotoran ternak yang diambil selajutnya dibersihkan dari ranting-ranting kayu. Jerami yang digunakan adalah
jerami padi sawah yang baru selesai dipanen. Sebelum jerami digunakan dilakukan pengomposan terlebih dahulu. Pengomposan diawali dengan
pencacahan jerami dengan ukuran 3-5 cm. Pengomposan dilakukan dengan mengunakan aktivator akticom, dengan lama pengomposan adalah 35 hari.
Volume reaktor sebesar 6,28 m
3
dan volume terisi 5,5 m
3
membutuhkan kotoran ternak dan jerami pada awal pengisian dengan jumlah yang sangat besar.
Oleh karena itu perlu penyediaan kotoran ternak, jerami dalam jumlah yang besar. Sebelum bahan dimasukan dalam reaktor, terlebih dahulu dilakukan pengenceran.
Pengenceran dilakukan dengan dengan perbandingan bahan 1:1 atau air sebesar 2,75 m
3
dan bahan padat sebesar 2,75 m
3
. Bahan padat terdiri dari jerami dan kotoran ternak dengan perbandingan kotoran ternak sebanyak 65 atau 1,78 m
3
dan jerami sebanyak 35 atau 0,96 m
3
. Pengenceran dilakukan terlebih dahulu terhadap kotoran ternak, sambil
dilakukan penyaringan untuk mengeluarkan ranting kayu yang masih tersisa.
Setelah air dan kotoran tercampur merata, maka ditambahkan lagi jerami dan dilakukan pencampuran hingga adonan benar-benar homogen. Adonan
selanjutnya dimasukan kedalam reaktor hingga mencapai volume yang ditentukan. Hal ini dapat diketahui melalui lubang autlet yang mengeluarkan
sebagian campuran. Agar proses pembentukan biogas lebih cepat terjadi maka ditambahkan pula slurry dari autlet reaktor biogas yang telah berproduksi. Hal ini
dimaksudkan agar bakteri methanogenik yang ada dalam slurry, lansung berkembang biak. Buangan biogas berupa slurry yang ditambah sebanyak 25 liter.
Setelah pengisian reaktor dibiarkan dan proses anaerob akan berlansung dan gas akan mulai berproduksi. Agar produksi biogas berjalan secara kontinyu
maka perlu ditambahkan subsrat baru sebagai bahan makanan bagi bakteri. Pengisian subsrat baru dilakukan setiap 3 hari sekali dengan jumlah 160 kg, yang
terdiri dari air sebanyak 80 liter, kotoran ternak sebanyak 52 kg dan jerami yang dikomposkan sebanyak 28 kg. Pencampuran untuk penambahan subsrat baru
dilakukan seperti prosedur awal pengisian.
4.2.4. Hasil Penelitian Aplikasi