Pembangunan Ramah Lingkungan TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ramah Lingkungan

Dalam pengelolaan SDA selama ini, dinilai telah terjadi kesalahan dalam meletakkan paradigma pembangunan. Pengelolaan SDA seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat secara adil dan berbagai pihak secara luas, karena sesuai mandat UUD Pasal 33 ayat 3 adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, secara berkeadilan dan berkelanjutan. Namun yang terjadi adalah pengelolaan SDA lebih menitikberatkan asas ekonomi dimana eksploitasi SDA sebagai sumber devisa namun tidak secara cermat memperhitungkan biaya-biaya lingkungan. Titik berat ini telah menimbulkan dampak a tidak terwujudnya kesejahteraan rakyat, dan b kerusakan SDA dan lingkungan hidup makin parah. Pembangunan dapat disebut berkelanjutan bila memenuhi kriteria ekonomis, bermanfaat secara sosial, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Konsep pembangunan berkelanjutan terus mengalami perubahan sejak diperkenalkan pada tahun 1970. Pada tahun tujuh puluhan konsep pembangunan berkelanjutan didominasi oleh dimensi ekonomi yang dipicu adanya krisis minyak bumi pada tahun 1973 dan tahun 1979. Harga minyak dunia melambung yang mengakibatkan resesi di negara-negara maju khususnya di negara pengimpor minyak. Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992 merupakan titik tolak dipertimbangkannya dimensi sosial dalam pembangunan berkelanjutan TERI 2002. Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang cukup kompleks. UN World Commission on Envirowment and Development mendefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini menuntut masyarakat agar memenuhi kebutuhan manusia dengan meningkatkan potensi produktif melalui cara-cara yang rama lingkungan maupun dengan menjamin tersedianya peluang yang adil bagi semua pihak. Deklarasi Johannesburg tentang pembangunan berkelanjutan mengidentifikasikan aspek-aspek ekologi, ekonomi dan sosial sebagai tiga tiang pembangunan berkelanjutan yang harus dihadapi secara holistik.

2.2. Pengelolaan Energi Berkelanjutan