Analisis aspek ekonomis Penelitian Aplikasi.

Besarnya volume kayu dan minyak tanah yang digunakan untuk mendidihkan air, akan menjadi nilai kesetaraan nilai biogas dengan kayu bakar dan minyak tanah. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan aplikasi biogas , kayu bakar dan minyak tanah No Sumber Kalor Volume air L Waktu menit Volume Bahan Bakar 1 Biogas 22 110 0,85 m 3 1 m 3 2 Kayu bakar 22 68 5,6 kg 3,5 kg 3 Minyak tanah 22 85 0,58 liter 0,62 liter Deptan 2006 Dari tabel terlihat bahwa dengan perlakuan yang sama dan volume air yang sama, maka waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air lebih lama menggunakan biogas dibandingkan dengan mengunakan minyak tanah dan kayu bakar. Salah satu penyebab pengunaan biogas lebih lama, karena lubang kompor biogas yang digunakan masih terlalu kecil sehingga nyala api belum sempurna. Dari hasil pengujian pembakaran biogas ini, dapat disimpulkan bahwa biogas yang dihasilkan setiap harinya, setara dengan 6,5 kg kayu bakar dan 0,58 liter minyak tanah. Nilai konversi biogas ke minyak tanah tidak jauh berbeda seperti yang dilakukan oleh Deptan 2006. Perbedaan konversi terlihat pada pengunaan kayu bakar. Nilai konversi ini selanjutnya digunakan untuk menghitung kelayakan ekonomis dari reaktor biogas yang dibangun.

4.2.4. Analisis aspek ekonomis

Peningkatan kebutuhan daging menyebabkan permintaan pasar meningkat. Hal ini menyebabkan makin bertumbuhnya pengembangan usaha peternakan yang sejalan dengan peningkatan populasi sapi. Dengan demikian kotoran sapi limbah menjadi sebuah masalah serius dalam pemeliharaan ternak sapi, terutama pemeliharaan ternak secara insentif. Suatu usaha peternakan diharapkan dapat mengatasi masalah lingkungan sekitar agar tidak mencemari lingkungan tapi justru harus berkontribusi positif terhadap wilayah sekitar. Kelayakan ekonomi merupakan salah satu aspek penting untuk menentukan apakah sebuah teknologi layak dan tidaknya untuk diterapkan. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui jumlah modal, jenis-jenis pengunaannya dalam pendirian dan pelaksanaan operasional biogas. Salah satu cara yang digunakan adalah memproyeksi aliran kas. Aliran kas dalam pengembangan biogas terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas masuk inflow berasal dari penerimaan harga biogas yang dihasilkan disetarakan dengan harga kayu bakar dan nilai pupuk yang dihasilkan ketika dijual atau di uangkan. Arus kas keluar outflow berasal dari pengeluaran biaya investasi untuk pembangunan instalasi biogas dan biaya operasional. Selisih antara keduanya merupakan suatu keuntungan atau kerugian dari penerapan instalasi biogas. 4.2.4.1. Arus Penerimaan Inflow Penerimaan dari instalasi biogas bersumber dari biogas yang dihasilkan dan hasil penjualan pupuk. Biogas yang dihasilkan tidak dijual, tapi digunakan sebagai sumber energi memasak dirumah tangga. Dengan demikian untuk mendapatkan nilai dari biogas maka akan dikoversikan dengan minyak tanah dan kayu api yang sering digunakan oleh petanipeternak. Besarnya nilai biogas yang akan dihitung diproyeksikan sebesar volume biogas yang sudah didapat selama sebulan. Volume gas yang diperoleh rata-rata adalah 0,85 m 3 hari dengan persentasi gas metan sebesar 56 persen. Apabila dikonversi ke minyak tanah dan kayu bakar maka harga jual volume gas yang diperoleh setiap harinya setara dengan 0,58 liter minyak tanah dan 6,5 kg kayu bakar. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata masyarakat mengunakan minyak tanah untuk memasak sehari ±0,75 literhari dengan harga Rp 6.000 liter. Sehingga seharinya satu rumah tangga harus mengeluarkan Rp 4.500 untuk membeli minyak tanah. Keluarga yang menggunakan kayu bakar seharinya membutuhkan kayu bakar ±8 kg yang jika dinilai rupiah sebesar Rp 1.350. Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat dihitung nilai konversi rupiah biogas yang dihasilkan setiap hari yaitu Rp 3.200m 3 untuk mengantikan minyak tanah dan Rp. 1.100m 3 untuk mengantikan kayu bakar. Dengan demikian ada perbedaan arus penerimaan antara biogas yang dikonversi ke minyak tanah dan yang dikonversi ke kayu bakar. Untuk perhitungan nilai ekonomis dari instalasi biogas, kami hanya memperhitungkan nilai konversi dengan minyak tanah. Harga jual pupuk organik, dilakukan dengan pendekatan harga jual pupuk organik di pasaran dan besarnya pengeluaran yang dilakukan oleh setiap keluarga dalam penyediaan pupuk. Selengkapnya arus penerimaan dari instalasi biogas dapat dilihat pada Tabel 8 : Tabel 8. Rincian arus penerimaan instalasi biogas jika di konversi ke minyak tanah tahunan Penerimaan Rp No Jenis Produk Prduksi bulan Satuan Harga Satuan Rp Perbulan Pertahun 1 Biogas 25,5 m 3 3.200 81.600 979.200 2 Pupuk Padat 300 Kg 500 150.000 1.800.000 3 Pupuk Cair 500 liter 500 250.000 3.000.000 Total penerimaan 481.600 5.779.200 4.2.4.2. Arus Pengeluaran Outflow Arus pengeluaran dalam analisis ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Kedua biaya ini dihitung selama pengebangan instalasi biogas. 4.2.4.2.1. Biaya Investasi Biaya investasi meliputi semua kebutuhan pengeluaran yang dipakai untuk merancang proyek biogas. Umur ekonomis dari instalasi biogas yang terbuat dari cincin beton ini adalah 15 tahun. Penentuan ini berdasarkan hasil perhitungan digester tipe floating dome yang berumur ekonomis hingga 15 tahun. Biaya investasi biogas terdiri dari seuruh biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan dan pengerjaan instalasi biogas Tabel 9. Tabel 9. Rincian biaya investasi instalasi biogas tahunan No Uraian Volume M 3 Harga satuan Rp Total Rp 1 Pengalian lubang 5,5 7.500 41.250 2 Bahan Biodigester 1 1.537.000 1.537.000 3 Pembuatan bak penampung 2,2 22.000 48.400 4 Plesteran bak 2,2 15.000 33.000 5 Ongkos Las kompor 1 20.000 20.000 Jumlah 1.679.650 4.2.4.2.2. Biaya Operasional Biaya opersional meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan selama proyek berjalan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya perawatan dan penyusutan. Biaya perawatan pada perhitungan ini ditetapkan 10 persen per tahun dari total biaya investasi. Sedangkan biaya penyusutan dihitung 5 persen per tahun dari total biaya investasi. Biaya variabel dalam dalam instalasi biogas meliputi biaya bioaktifator, pengepakan pupuk dan pengankutan jerami Tabel 10. Untuk bahan baku limbah berupa kotoran ternak dan jerami, dihitung dalam jumlah rupiah berdasarkan keinginan masyarakat jika ingin menjual. Berdasarkan hasil wawancara petanipeternak ingin menjual kotoran ternak dan jerami seharga Rp 100kg dan Rp 200kg. Dengan ikut memperhitungkan nilai dari jerami dan kotoran ternak, diharapkan ada nilai tambah bagi peternak jika biogas diterapkan didaerah pedesaan. Tabel 10. Rincian biaya operasional instalasi biogas tahunan No Jenis Biaya Total Rp

A. Biaya Tetap

1 Perawatan 135.000 2 Penyusutan 67.500 Jumlah 202.500

B. Biaya Variabel

1 Pengepakan pupuk 350.000 2 Aktivator untuk pengomposan 250.000 3 Pembelian Kotoran ternak 608.333 4 Pembelian jerami 912.500 5 Pengangkutan jerami 600.000 Jumlah 2.720.833 Jumlah 2.923.333 4.2.4.2.3. Kriteria Kelayakan Ekonomi Analisa kriteria kelayakan finansial digunakan untuk menilai kelayakan proyek. Dalam penelitian ini digunakan beberapa kreteria kelayakan usaha yaitu NPV, Net BC, IRR dan payback period. Analisis kelayakan ini dilakukan dengan menggunakan tingkat suku bunga 17. Kriteria ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kelayakan proyek tersebut, jika peternak menggunakan modal dari Bank. Hasil analisis kelayakan finansial Lampiran 4 adalah sebagai berikut; Nilai NPV yang dihasilkan dari instalasi biogas jika dihitung dengan kesetaraan nilai minyak tanah adalah sebesar Rp 10.804.723. Artinya bahwa nilai sekarang present value dari pendapatan yang diterima bernilai positif selama 15 tahun pada tingkat suku bunga 17. Nilai Net BC yang dihasilkan pada tingkat diskonto 17, yaitu 3,46. Artinyanya bahwa dengan pengeluaran sebesar Rp 1.00 dapat mengahasilkan manfaat sebesar Rp 3,46 pada suku bunga 15. Sedangkan nilai pengembalian investasi atau payback period sudah dapat dilunasi pada tahun pertama pada bulan ke-6.

4.2.5. Analisis Aspek Sosial