Setelah air dan kotoran tercampur merata, maka ditambahkan lagi jerami dan dilakukan pencampuran hingga adonan benar-benar homogen. Adonan
selanjutnya dimasukan kedalam reaktor hingga mencapai volume yang ditentukan. Hal ini dapat diketahui melalui lubang autlet yang mengeluarkan
sebagian campuran. Agar proses pembentukan biogas lebih cepat terjadi maka ditambahkan pula slurry dari autlet reaktor biogas yang telah berproduksi. Hal ini
dimaksudkan agar bakteri methanogenik yang ada dalam slurry, lansung berkembang biak. Buangan biogas berupa slurry yang ditambah sebanyak 25 liter.
Setelah pengisian reaktor dibiarkan dan proses anaerob akan berlansung dan gas akan mulai berproduksi. Agar produksi biogas berjalan secara kontinyu
maka perlu ditambahkan subsrat baru sebagai bahan makanan bagi bakteri. Pengisian subsrat baru dilakukan setiap 3 hari sekali dengan jumlah 160 kg, yang
terdiri dari air sebanyak 80 liter, kotoran ternak sebanyak 52 kg dan jerami yang dikomposkan sebanyak 28 kg. Pencampuran untuk penambahan subsrat baru
dilakukan seperti prosedur awal pengisian.
4.2.4. Hasil Penelitian Aplikasi
4.2.4.1. Hasil Pengujian Pengukuran suhu dan pH dilakukan setiap hari, melalui lubang kontrol
pada penutup reaktor. Temperatur udara di tempat penelitian aplikasi cukup tinggi yaitu 24
C hingga 28 C. Hal ini disebabkan karena tempat dan waktu penelitian
yang berada di daerah Nusa Tenggara Timur dan berlasung pada pertengaham bulan kemarau. Hal ini sangat mendukung produksi gas yang membutuhkan
temperatur tinggi. Temperatur dalam reaktor berkisar antara 29 C hingga 33
C. Sedangkan temperatur optimal untuk proses digester adalah 30-35
C dimana pertumbuhan bakteri dan produksi CH
4
umumnya optimum Nagamani 2006. Hal ini mengidentifikasikan bahwa, biogas berproduksi secara maksimal.
Hasil pengukuran pH menunjukan bahwa terjadi penurunan pH pada hari ke 4 hingga hari ke 10 yaitu dengan pH 6,5. Sedangkan pada hari pertama
pemasukan campuran hingga hari ke 3, pH pada keadaan netral yaitu 7. Pada hari ke 9 dan selanjutnya pH kemabali naik menjadi 7,5 hingga 8. Hal ini
mengindikasikan bahwa bakteri dapat bekerja secara normal.
Analisis yang dilakukan terhadap Total Solid TS, Volatile Solid dan COD menunjukan keseimbangan dan berada dalam standar produksi biogas
Tabel 6. Pengambilan sampel untuk analisis dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari pertama pemasukan campuran dan pada hari ke 30.
Tabel 6. Kandungan bahan organik dalam substrat
Hasil Analisis hari ke.. No Parameter
1 30 1 TS
6,3 4,5
2 VS 5,6
4,2 3 COD
6460 4340
4 BOD 3750
3260
4.2.4.2. Volume dan Kualitas Biogas Setelah pengisian digester dengan campuran kotoran ternak dan jerami,
volume biogas baru terukur pada hari ke 12. Hal ini mungkin karena pengumpan berupa slurry buangan biogas yang ditambahkan hanya berjumlah 25 liter.
Dengan jumlah isian sebanyak 5,5 m
3
maka bakteri membutuhkan waktu yang panjang untuk bertumbuh. Puncak produksi biogas terjadi pada hari ke 23 yaitu
mencapai 1,1 m
3
hari, sedangkan rata-rata volume gas yang diukur selama 30 hari pertama adalah 0,84 m
3
hari. Hal ini dapat dilihat dengan terangkatnya drum penutup hingga ¾ bagian. Pada hari ke 38, volume gas kembali menurun secara
perlahan. Hal ini menandakan bahwa zat organik mulai berkurang sehingga perlu dilakukan pengisian subrat baru.
Pengujian terhadap kualitas gas menunjukan kandungan CH
4
sebesar 56 persen. Hal ini mengambarkan bahwa produksi gas dan kualitas gas cukup baik.
Jika dihitung nilai kalor bersih maka ada 18,48 Joulesm
3
. Dengan rata-rata volume gas sebesar 0,85 m
3
hari maka didapatkan nilai kalor bersih sebesar 15,71 Joulesm
3
hari. Berdasarkan uji pembakaran, kualitas api terlihat berwarna biru. Rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 6 orang, volume gas
dapat ditampung dari sore hingga pagi hari dan dapat digunakan untuk memasak pada pagi hari, dan ditampung pagi hingga sore untuk memasak dimalam harinya.
Pengujian aplikasi biogas dilakukan dengan cara merebus air mengunakan pembakaran biogas hingga air mendidih. Dengan volume air yang sama dilakukan
juga perebusan dengan bahan kayu bakar dan juga kompor minyak tanah.
Besarnya volume kayu dan minyak tanah yang digunakan untuk mendidihkan air, akan menjadi nilai kesetaraan nilai biogas dengan kayu bakar dan minyak tanah.
Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan aplikasi biogas , kayu bakar dan minyak tanah
No Sumber Kalor Volume air L
Waktu menit Volume Bahan Bakar
1 Biogas 22
110 0,85
m
3
1 m
3
2 Kayu bakar
22 68
5,6 kg 3,5 kg 3
Minyak tanah 22
85 0,58 liter 0,62 liter
Deptan 2006
Dari tabel terlihat bahwa dengan perlakuan yang sama dan volume air yang sama, maka waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air lebih lama
menggunakan biogas dibandingkan dengan mengunakan minyak tanah dan kayu bakar. Salah satu penyebab pengunaan biogas lebih lama, karena lubang kompor
biogas yang digunakan masih terlalu kecil sehingga nyala api belum sempurna. Dari hasil pengujian pembakaran biogas ini, dapat disimpulkan bahwa biogas
yang dihasilkan setiap harinya, setara dengan 6,5 kg kayu bakar dan 0,58 liter minyak tanah. Nilai konversi biogas ke minyak tanah tidak jauh berbeda seperti
yang dilakukan oleh Deptan 2006. Perbedaan konversi terlihat pada pengunaan kayu bakar. Nilai konversi ini selanjutnya digunakan untuk menghitung kelayakan
ekonomis dari reaktor biogas yang dibangun.
4.2.4. Analisis aspek ekonomis