sejauh mana kelayakan proyek tersebut, jika peternak menggunakan modal dari Bank.
Hasil analisis kelayakan finansial Lampiran 4 adalah sebagai berikut; Nilai NPV yang dihasilkan dari instalasi biogas jika dihitung dengan kesetaraan
nilai minyak tanah adalah sebesar Rp 10.804.723. Artinya bahwa nilai sekarang present value dari pendapatan yang diterima bernilai positif selama 15 tahun
pada tingkat suku bunga 17. Nilai Net BC yang dihasilkan pada tingkat diskonto 17, yaitu 3,46. Artinyanya bahwa dengan pengeluaran sebesar Rp 1.00
dapat mengahasilkan manfaat sebesar Rp 3,46 pada suku bunga 15. Sedangkan nilai pengembalian investasi atau payback period sudah dapat dilunasi pada tahun
pertama pada bulan ke-6.
4.2.5. Analisis Aspek Sosial
Masyarakat di desa Kuanheum sebagian besar bekerja sebagai petani sekaligus beternak. Sistem bertani dengan cara berladang sawah tadah hujan
adalah cara bertani yang sudah ditekuni secara turun temurun. Sedangkan cara beternak sapi yaitu dengan cara ternak diikat dan dipindahkan setiap hari.
Sedangkan ternak jantan digemukan dikandangkan dan diberi pakan pagi dan sore hari paronisasi. Usaha ternak sapi menjadi usaha dalam menopang kebutuhan
rumah tangga, baik itu untuk biaya pendidikan anak-anak maupun untuk kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan sekunder. Ternak sapi juga menjadi simbol
budaya dan status sosial bagi masyarakat di daerah ini. Perkembangan
usaha peternakan
terutama usaha penggemukan sapi menjadi semakin berkembang seiring dengan program pemerintah daerah yang
menjadikan integrasi pertanian peternakan menjadi program prioritas. Dengan adanya dukungan modal dan pendampingan oleh pemerintah ataupun swasta serta
terbukanya peluang pasar, maka usaha peternakan tetap menjadi pilihan dalam berusaha.
Sistem penggemukan sapi secara kelompok dan pola pemeliharaan dari ekstensif menjadi intensif terus berkembang seiring dengan arahan pemerintah
ataupun swasta dan makin berkurangnya padang pengembalaan. Dengan perubahan pola pemeliharaan ini tentunya limbah ternak menjadi masalah bagi
ternak maupun bagi lingkungan sekitar. Apabila limbah ternak ini diolah secara benar, maka limbah ini menjadi sebuah peluang dalam meningkatkan pendapatan
peternak. Pertanian sawah tadah hujan merupakan usaha bercocok tanah padi pada
musim penghujan yaitu pada bulan Desember hingga Februari. Biasanya sistem bercocok tanam ini dilanjutkan dengan penanaman tanaman hortikultura dan
sayur-sayuran dengan memanfaatkan sisa hujan ataupun air tanah yang masih dangkal. Sisa jerami dari penanaman sawah biasanya dibiarkan kering dan
dibakar. Diharapkan dari pembakaran jerami ini dapat menyumbangkan pupuk untuk penanaman hortikultura atau sayur-sayuran. Proses pembakaran ini harus
dilakukan serempak oleh semua petani agar tidak menggangu tanaman yang sudah lebih dulu ditanam. Hal ini membutuhkan waktu menunggu bagi sebagian petani.
Diharapkan dengan teknologi biogas pemanfaatan jerami lebih efektif, sekaligus mengurangi pembakaran.
Penanganan pencemaran skala rumah tangga menjadi rumit karena bagi peternak skala kecil, pengelolaan limbah bukanlah hal yang menarik untuk
dilakukan karena terbatasnya pemodalan serta minimnya keuntungan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut sehingga mereka cenderung untuk
mengesampingkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh limbah tersebut. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial seperti tercemarnya air, tanah serta bau
yang cukup menyengat yang pada gilirannya berpotensi untuk menurunkan kualitas hidup peternak itu sendiri. Untuk itu maka upaya pengolahan limbah yang
dilakukan sebaiknya mampu memberikan insentif kepada peternak, sehingga mereka terdorong untuk melaksanakannya secara mandiri.
Pengolahan limbah
melalui teknologi biogas, menjadi solusi sekaligus menjadi nilai tambah bagi petanipeternak. Dari hasil wawancara, nilai tambah
biogas berupa pupuk cair dan pupuk padat, menjadi faktor keinginan terbesar untuk membuat instalasi biogas. Hal ini disebabkan karena pengeluaran setiap
keluarga untuk membeli pupuk setiap tahunnya cukup tinggi yaitu Rp 250.000 - Rp 400.000. Keluarga petani yang biasanya menggunakan pupuk kimia untuk
menanam, kini bisa menghemat biaya pro-produksi pertaniannya karena sudah
tersedia pupuk organik dalam jumlah yang memadai dan kualitas pupuk yang lebih baik.
Hasil diskusi mengambarkan keseriusan kelompok yang sudah ada untuk menjaga bahkan ingin dikembangkan dalam skala yang lebih besar. Semangat
kegotoroyongan dan kerja sama dalam kelompok, menjadi kunci keberlanjutan kelembagaan pengelolaan teknologi biogas dalam kelompok.
4.2.6. Analisis Aspek Ekologis