4.2. Penelitian Aplikasi.
Lanjutan dari penelitian laboratorium, dilakukan juga penelitian aplikasi di wilayah pedesaan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan
kotoran ternak dan jerami padi. Aplikasi biogas ini mengunakan jerami yang dikomposkan dengan akticom sebanyak 55 dan kotoran ternak 45. Penelitian
aplikasi juga bertujuan untuk mengetahui analisa ekonomis dari pemanfaatan jerami dan kotoran ternak sebagai pengahasil biogas.
4.2.1. Keadaan Umum Penelitian
Penelitian aplikasi biogas dengan bahan campuran kotoran ternak dan jerami, dilakukan di kelompok pengemukan ternak Tuanebu Desa Kuanheum
Kecamatan Amabi Oefeto Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Jarak dari desa ini ke ibu kota kabupaten adalah 35 km dapat ditempuh dengan kendaraan
bermotor sekitar 30 menit. Penelitian aplikasi ini berlansung dari bulan Mei hingga Juli 2009.
Kelompok pengemukan sapi Tuanebu adalah kelompok binaan yang dibentuk oleh Koperasi Setara dan juga merupakan kelompok binaan Yayasan
Cermin Masyarakat Rasional yang bergerak dalam pengembangan pertanian terpadu. Masyarakat di desa ini bekerja sebagai petani holtikultura sekaligus juga
sebagai peternak sapi terutama dalam usaha pengemukan ternak sapi dengan cara di paron Mengemukan sapi pedet jantan. Jenis sapi yang dipelihara adalah sapi
bali dengan jumlah ternak yang di paron oleh kelompok ini sebanyak 22 ekor sapi. Pengemukan sapi dengan cara paronisasi masih dilakukan dengan cara
tradisional, yaitu ternak diikat secara kelompok di tempat yang sama. Limbah ternak berupa feses belum dimanfaatkan oleh peternak dan dibiarkan begitu saja
disekitar kandang. Hal ini dapat mencemari lingkungan dan kesehatan ternak itu sendiri. Pemanfaatan energi untuk memasak di desa kuanheum, masih
mengunakan kayu bakar dan minyak tanah. Harga minyak tanah di desa ini adalah Rp 6.000liter sedangkan harga kayu bakar adalah Rp 2.000ikat 12 kg.
Sedangkan untuk meningkatkan produksi pertanian, sebagian petani mengunakan pupuk anorganik.
4.2.2. Rancangan Reaktor
Hasil rancangan biodigester untuk penelitian aplikasi yaitu berupa digester tipe semi kontinyu dengan bentuk selinder dan terbuat dari bahan beton semen.
Model ini merupakan modifikasi dari tipe floating dome lampiran 3. Beton semen berupa cincin, dicetak dengan mal dengan ukuran cincin 0,5 meter. Model
ini dipilih karena beberapa pertimbangan yaitu: Masyarakat sudah terbiasa membuat cincin beton dipakai masyarakat untuk membuat sumur, tersedia
bahan-bahan local yang murah, mudah diperoleh, kuat dan tahan lama.
A. Reaktor penampung B. Penampung pupuk padat dan cair
C. Penampung gas D. Kompor biogas
Gambar 14. Hasil Rancangan Reaktor Penampung, Panampung Pupuk, Penampung Gas dan Kompor Biogas
Berdasarkan hasil perancangan biodigester cincin beton memiliki bagian- bagian yang terdiri dari Gambar 14. Reaktor terbuat dari cincin semen yang
berbentuk bulat dan berdiameter 1,10 m, dalam 2,5 m dengan volume total 6,28
m
3
dan volume bahan basah 5,5 m
3
. Antara reaktor dan bak pencampuran babak penampung pupuk inletautlet di hubungkan dengan pipa PVC 4”. Penampung
Gas: penampung gas terbuat dari dua buah drum yang dipasang saling menutupi dan bagian bawah diisi dengan air. Volume penampung gas 1,88 m
3
, diameter 0,75 m, tinggi 0,80 m.
Bak pencampur inlet berbentuk persegi empat dan terbuat dari batu bata, dengan ukuran: 50 cm x 50 cm x 35 cm, volume 0,0875 m
3
sedangkan bak penampung pupuk padat outlet berukuran: 100 cm x 50 cm x 20 cm, volume 0,1
m
3
. Bak penampung pupuk cair berbentuk persegi empat dan terbuat dari batu bata dengan ukuran: 35 cm x 35 cm x 40 cm, volume 0,049 m
3
. Rancangan kompor biogas terbuat dari kaleng cat ukuran 500 ml dan rangka terbuat dari besi
baton.
4.2.3. Pengisian Bahan Baku